STEVE JOBS

Pada tahun 1974, Steve Jobs pergi ke India untuk mencari tujuan hidupnya. Tujuh bulan kemudian dia kembali dengan Filosofi yang kemudian membangun Apple menjadi perusahaan yang bernilai triliunan dolar.

Pada saat usia 19 tahun, Steve Jobs merasa kehampaan setelah putus kuliah, kemudian dia menuju Delhi dengan harapan menemukan tujuan hidupnya, namun apa yang terjadi sangat jauh dari harapannya, dia bertahan hidup dengan makanan lokal, berlatih meditasi dalam goa terpencil dan tidur di atas tempat seadanya.

Namun usahanya yang gagal membawanya pada konsep "Prajna" atau kebijaksanaan agung. Prajna adalah tentang mempercayai intuisi anda bukan logika, seperti yang dikatakan Steve Jobs "Masyakarat di pedesaan India tidak menggunakan kecerdasannya seperti kita, mereka menggunakan intuisi, lebih kuat dari akal atau pikiran"

Ini telah menjadi gaya khasnya dalam mengambil keputusan berdasarkan naluri, bahkan ketika keputusan- keputusan tersebut bertentangan dengan tren pasar, dia memercayai pedoman batinnya. "Pendekatan ini tidak pernah mengecewakan saya, dan telah membuat perbedaan besar dalam hidup saya."

Dia juga menemukan hal lain yang menarik perhatiannya bahwa; masyarakat India memiliki kemampuan untuk menemukan kegembiraan dalam kesederhanaan, tidak ada alat yang mewah, tidak ada kelebihan, hanya hal-hal yang mendasar. Hal itulah yang kemudian menjadi filosofi perusahaan Apple. Bagi Steve Jobs setiap fitur dan detail harus punya tempatnya, jika sesuatu tidak memiliki tujuan yang jelas, maka itu tidak diperlukan. Ini adalah filosofi perusahaan Apple hanya fokus pada kejelasan.

Jobs percaya bahwa teknologi seharusnya bermanfaat bagi manusia, bukan mempersulit hidup mereka, produk Apple bukan hanya tentang tampilan yang bagus justru membuat teknologi begitu sederhana sehingga siapapun dapat menggunakannya bahkan semakin sederhana produk dan namanya, semakin kuat melekat di benak orang. Inilah yang membuat Apple berbeda, perusahaan lain menambahkan fitur supaya menonjol, Jobs justru melakukan hal sebaliknya, dia memperbaiki, menyederhanakan, dan menyempurnakan berbagai hal hingga yang tersisa adalah hal hal mendasar.