The Diary Game | Di Kantor Pajak Jelang Bayar Zakat Fitrah
KALI ini saya singgah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banda Aceh. Kesan berbeda langsung masuk dimensi pikir. Ketika teringat kata "pajak" langsung terbayang yang sedang viral belakangan ini. Itu terjadi setelah kasus anak seorang petinggi pajak di Jakarta bermasalah. Padahal kasus ini bermula dari urusan cinta anak muda.
Suasana loket pelayanan kantor pajak Banda Aceh
Saya tak ingin membahas soal pemukulan itu di sini. Saya hanya teringat flayer yang kemudian berseleweran. Ini terkait dua diksi, Zakat dan Pajak. Bunyinya kurang lebih begini; Pajak itu setoran dari orang-orang miskin untuk si kaya. Zakat, kontribusi orang-orang kaya untuk si miskin. "Jadi kita pilih yang mana?," begitu nada agitasi yang muncul sebulan terakhir.
Kembali ke KPP Pratama Banda Aceh. Maps Mengapa kali ini berbeda? Yang berbeda itu adalah kantornya. Sekarang, Kantor Pajak sudah pindah alamat. Jika dulu di Simpang Lima Banda Aceh, sekarang sudah di dekat Rumah Sakit Umum Zainal Abidin. Makanya, sejak pagi usai jadwal buka kantor, saya sudah berada di Simpang Lima.
Di sana, pagar masih terkunci. Seorang costumer sedang menunggu di luar. Di sudut kanan atas pagar terpasang dua lembar pengumuman. "Iya, sudah pindah ke kantor baru si samping Zainal Abidin," ujar ibu-ibu berbaju hijau dengan masker di wajahnya.
Saya pun belok kanan. Memang sehari sebelumnya saya sudah janji bertamu ke sana dengan mendaftar lewat Aplikasi Kujungan WP. Saya ambil jadwal pukul 9.00 - 10.00 WIB. Tiba di kantor baru dengan warna mencolok kuning dan biru sudah pukul 10.00 WIB.
Suasana kantor pajak Banda Aceh
Tiba di dalam saya langsung ke meja informasi. Menjelaskan keperluan dan keluhan. Saya diarahkan untuk mengisi formulir sesuai apa yang saya perlukan. Selesai, baru mengambil nomor antrean. "Boleh, ambil C atau D," titah wanita cantik di meja informasi. Saya dapat nomor C002 dengan nama petugas Dini.
Setelah antrian di tangan, saya menunggu beberapa saat, baru kemudian menuju ke loket 3. Proses permintaan Nomor Seri Faktur Pajak alias NSFP pun tuntas. Namun, ada kendali di aplikasi e-fakturnya. Saat merekam, masih tercatat tahun 2022. "Nah, kalau itu, harus ke petugas di Loket E sana, minta bantu sama mereka," tunjuk Ibu Dini.
Untuk pelayanan teknis ada dua loket. Sayangnya, semuanya sudah penuh. Jam didinding sudah mendekat angka 11. Saya kembali ke meja informasi. "Kalau mau ke layanan teknis, harus daftar dulu di aplikasi," sebut si cantik tadi pada saya. "Oh, kalau daftar kunjungan itu saya sudah, malah nomor satu," jawab saya.
Karena masih ada yang dilayani saya yang menunggu dengan sabar. Sekira 10 menit kemudian, sudah ada loket kosong. Lalu saya pun mendekati seorang petugas dengan baju hijau tosca motif bunga. "Siapa namanya,? Oh, berarti sudah lewat, jadwalnya jam 9 tadi, ini sudah utk jadwal layanan jam 10," dia memberi penjelasan.
Saya saat menunggu proses reset aplikasi
"Ditunggu saja, kalau tidak ada yang datang, nanti saya panggil," titah dia lagi seakan menghipnotis. Saya pun bergeser mencari tempat duduk. Ada kursi dengan hijau dengan bentuk menarik. Tiba-tiba ada panggilan. Saya mendekat lagi ke loket E.
Gadis itu bertanya. Setelah saya jelaskan semua persoalan dengan sedikit keramahan akhirnya tuntas. Aplikasi sudah bisa difungsikan lagi. "Terima kasih banyak, semoga bisa berjumpa lagi," seloroh saya seraya bertanya nama si petugas. "Isna Adira," jawab.
Saya tersentak. "Kenapa," tanya Isna penasaran. Lalu saya cerita tentang seorang teman di Kecamatan Pomalaa, Kabuparen Kolaka, Sulawesi Tenggara. Itu zaman sebelum ada media sosial. Namanya Isna Vania Ismail. "Kami sama-sama marga Ismail," kata saya. "Wiuh masih ingat yaa...? Pasti punya kesan yang dalam ni?
"Ah, tidak juga, saya malah tidak pernah bertemu dengan orangnya,"
"Kalau tidak kenapa masih ingat yaa..?
"Sekarang saya sudah bertemu dengan Isna yang baru ini.."
Seketika membuat wanita di depan saya seperti terkaget saat mendengar ucapan itu. Sepertinya setelah saya tak bosan-bosan lagi ke sini, ke kantor Pajak. "Karena ada kamu yang sudah memberi kesan," sebut saya bernada gombal.
"Ada lagi yang bisa dibantuk Pak,? tanya Isna.
Ia membuyarkan lamunan saya.
Salah satu sudut kantor pajak yang baru
Sedikit tergagap saya menjawab tidak. Semua sudah tuntas. Saya pun keluar dengan perasaan senang. Aplikasi efaktur sudah berfungsi lagi. Tiba di rumah sudah jam 12 siang. Segera saya proses permintaan aplikasi dari seorang rekan bisnis. Semua tuntas tak lama saat suara bilal mengaji di masjid terdengar.
Kami pun ke masjid menunaikan shalat Jumat. Pulang jumaatan istirahat di rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan rutin. Pukul enam sore, membawa anak-anak mencari bahan berbuka. Seperti biasa yang dicari khusus minuman segar saja.
Kondisi panas di luar Masjid Meunara Baro
Tiga puluh menit kemudian, saya ke lokasi buka puasa bersama (iftar) di kantor Askot PSSI Banda Aceh di kawasan Simpang BPKP. Tiba di sana acara sudah dimulai. Kebetulan tausiyah disampaikan Teungku Ameer Hamzah. Seorang senior yang sudah terpilih sebagai Ketua MAA Banda Aceh.
Usai buka puasa, sudah pukul 20.35 tiba kembali di rumah. Kami pun teringat persiapan untuk membayar zakat fitrah. Biasanya di tempat lain, bayar zakat sudah dimulai sejak 27 puasa. Namun di tempat kami, khusus malam hari raya zakat fitrah mulai dibayar.
Gla 15 April 2023