Spontanitas menuju kota Ciawi Bogor
Hallo rekan-rekan steemian. Apa kabar. Maju terus walau votenya akhir-akhir ini kecil. Menulislah walau perhatiannya sedikit. Menulis merupakan ibadah. Vote sama rekan-rekan adalah rezeki. Beribadahlah agar Tuhan beri rezeki buat kita. Semangat terus pantang mundur. Aku akan menulis terus. Sedikit kisah namun seribu makna dapat di sebarkan. Nah, Aku mulai lagi menulis kisah ya?
Kegiatan Asia Pasific Chaplaincy Symposium (APCS) tahun 2025 baru akan dibuka pada tanggal 27 Januari 2025. Aku masih di mess transit Paroh, Masjid Al-Arief Mabesal. Pagi hingga siang hari masih menikmati suasana Mabesal. Paling kalau makan siang keluar penjagaan pintu 2 maka sebelah kiri jalan, tak jauh dari penjagaan ada Warung Tegal (Warteg). Setelah makan maka kembali lagi ke mess. Rencana, Minggu pagi (26/1/2025) Aku akan berangkat bareng dengan rekan lainnya ke Ciawi, Bogor. Namun, usai salat ashar saat Aku hendak keluar, tiba-tiba berjumpa dengan Bang Khasan Syukur, sohibku yang seangkatan dalam kedinasan militer.
"Ayo berangkat bareng sekarang ke Ciawi," ajak Bang Syukur. Aku yang rencana berangkat esok harinya menyampaikan,"Besok pagi aja Aku berangkat Bang." Aku sudah dapat informasi bahwa jika Minggu baru dibuka penginapan. Jika Sabtu masih tidur ramai-ramai satu bunggalow. "Sudah, Aku tunggu sekarang,"ngajak Bang Khasan. "Oke deh, tapi tunggu sesaat Aku harus kemas-kemas," jawabku cepat.
Aku sudah tiba dikamar. Tak ada waktu untuk berpikir lama, pakaian yang belum disusun masuk ke rangsel main masukkan saja tanpa dipikir harus rapi. Jika terlalu lama bisa kena tinggal. Khan enak juga naik mobil bertiga menuju ke Ciawi. Aku sebagai prajurit terbiasa cepat maka dengan kekuatan penuh sekejab Aku sudah berada di mobil dinasnya Bang Syukur.
Perjalanan menuju Ciawi bersama Bang Khasan
Sekitar pukul 16.45 WIB kami berangkat menuju ke Ciawi Bogor. Mobil di bawa oleh Letda Aziz. Beliau adalah sosok prajurit hebat. Kuliahnya sudah Master, penulis buku, desainer dan beberapa kemampuan yang melekat pada dirinya. Mobil terus dipacu dengan baik. Kami memasuki gerbang Tol Ciawi untuk mempercepat perjalanan. Ngak heran, bahwa ibukota negara, Jakarta, banyak akses jalan tol. Pada sore itu cuaca hujan menyertai keberangkatan kami. Agak sabar dalam mengemudi karena pastilah jalan licin. Rawan kecelakaan.
Bangunan Flat tempat tinggal warga
Gerbang Tol Ciawi Bogor
Bersama Bang Khasan di area penginapan Pangrango, Bogor
Ditengah perjalanan, sama-samar terlihat bangunan flat rumah susun. Tapi tak terlalu jelas karena hujan. Mobil terus dipacu. Dan, tak lama kemudian kami memasuki gerbang tol keluar arah Ciawi, Kota Bogor. Hujan masih turun rintik-rintik. Kami melewati Hotel Pullman. Hotel yang akan dipergunakan untuk kegiatan APCS pada pembukaan dan menginap para peserta dari luar negeri. Kami masih terus berjalan dan memasuki area semacam villa Pangrango. Dan, akhirnya kami tiba salah satu rumah yang akan ditempati sesaat sebelum memasuki penginapan yang sebenarnya. Hujan masih turun. Sebelum memasuki rumah maka ditengah hujan sempatkan mengabadikan gambar bergaya dengan Bang Khasan. Bang Khasan mendapatkan tugas sebagai Kepala Bidang Akomodasi. Orangnya gesit dan lihai serta sangat trampil.
Mengisi waktu dengan membaca buku
Udara malam itu sangat sejuk. Kota Bogor terkenal dengan sebutan kota hujan. Sering turun hujan. Sudah diatas ketinggian berudara sejuk plus hujan lagi, sempurnalah kesejukan dirasakan tubuh. Aku turunkan dan membawa barang masuk kerumah peristirahatan. Rupanya sudah banyak teman-teman yang duluan hadir, ada Mentor Syafrudin, sisun Latief, sisun Albert, para ibu-ibu Kowal dan beberapa teman lainnya. Suasana ramai sangat indah dirasa. Nah, untuk mengisi waktu Aku sesaat membaca buku. Membaca itu dapat menghibur diri. Membaca itu menambah pengetahuan. Membaca itu membuka cakrawala imajinasi, dan lain sebagainya. Nah, buku yang Aku baca berjudul "Anak Bajang Mengiring Angin", karya Sindhunata.
Secuil Aku sampaikan bahwa dalam buku ini berisi tentang kisah kesatria dan angkara murka dalam cerita pewayangan. Banyak petuah kehidupan yang bisa diserap dan menjadi hikmah bagi kita. Sedikit kisah bahwa keinginan Dewi Sukesi untuk mempelajari pengetahuan tentang Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, menjadi awal malapetaka terjadi di negeri Alengka, rajanya adalah Prabu Sumali, ayah dari Dewi Sukesi.
Begawan Wisrawa yang mumpuni hendak mengajarkan hasrat dari Dewi Sukesi. Tidak sembarang diri untuk belajar tentang pengetahuan Satra Jendra.
Sastra Jendra itu bukan kata-kata, ia adalah kehidupan anakku. Kehidupan dalam hati yang tidak mempunyai wadah didunia. Tenangkan hatimu seperti embun pagi yang belum terganggu matahari. Jangan kau menjerit kepada siapa pun, sebab di sekitarmu tak ada siapa pun, tak ada apa pun. Jangankan manusia, dewa-dewa pun sudah tiada, mereka mati, anakku, hanya dalam ketiadaan dan kematiannya itulah mereka berada dalam kehidupan sejati, seperti kau anakku (Dewi Sukesi), ketika kau mulai memahami Satra Jendra ini. Demikian disampaikan oleh Begawan Wisrawa. (Sindhunata; cet ke 14, April 2024, hal:14)
Begawan Wisrawa melanjutkan bahwa,"Sukesi, cinta itu ada dalam budimu sendiri. Budimu itulah yang menjadi sumber cinta, bukan hawa nafsumu. Budimu itulah pangkal segala-galanya, Sukesi, maka Sastra Jendra tak lain tak bukan adalah cinta dalam budi. Cinta di dalam budi itulah kehidupan yang sejati. Kalau kau sudah memahami cinta dalam terang budimu, genap sudah pemahamanmu akan Sastra Jendra". (Sindhunata, cet. ke 14, April 2024; hal 20-21)
Menarik khan kawan isi bukunya. Waktu pun sudah larut. Mata pun ingin ditutup. Tubuh lelah semakin nikmat dan lelap tidur. Aku tidur dikursi sofa empuk. Tidak tidur dikamar karena terbatas dan ramai orang. Udara dingin dan bertambah dingin karena Air Conditioner (AC) dengan gagah mengudara. Menambah gairah tidur. Semoga mimpi indah. Semoga bisa bangun subuh salat berjamaah bersama. ***
Ciawi, 25 Januari 2025
Salam semangat dari @hoesniy