"Merangkai Bahagia dengan Makan Mie Aceh"
Saat Aku ijin pulang ke Medan untuk menghadiri Wisuda anakku yang telah selesai menempuh pendidikan Perguruan Tinggi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, mengisi dan merangkai bahagia dengan makan mie Aceh. Momen makan mie Aceh dengan istri alias sering berjalan berdua saat Aku tugas di Medan, menjadi kisah tak terlupakan. Kini walau jarang-jarang momen ijin tak pernah kami berdua lewatkan makan mie Aceh.
"Pa, makan mie Aceh yok malam ini," ajak sang istri manja. "Okay. Ada saran dimana lokasi pilihan? Jawabku singkat sambil tersenyum bahagia. "Biasa Pa. Lokasi pilihan di Marelan. Ada Warung Kopi (warkop) Mie Aceh yang baru. Ayo kita coba," saran istriku dengan semangat. "Ayo Ma, dengan syarat usai salat isya ya! jelasku ringan. " setubuh...eh.eh..setuju," jawab istriku mesra.
Waktu berjalan cepat. Secepat usia manusia bertambah. Waktu tak akan mundur kebelakang. Melihat kebelakang sama halnya mengenang sejuta satu kisah kenangan. Salat isya sudah ditegakkan. Aku yang wajibkan diri (istiqamah) salat lima waktu berjamaah di masjid. Kami sudah siap berangkat dengan motor jantung hati, motor setia bersama kali 23 tahun, Shogun merk Suzuki yang kami beli saat bertugas di Lanal Dumai tahun 2001.
Kami sudah keluar dari Komplek TNI AL . Pintu gapura sudah dilewati dan motor dipacu arah kekanan. Tak perlu pakai tanya mbah google karena Aku sudah sangat hafal wilayahnya. Ya, Marelan. Kota Marelan sudah maju pesat. Apalagi ditambah berjamur tumbuh kopi Aceh yang ada di sepanjang jalan Marelan Raya. Sudah beberapa warung mie Aceh kami lewati. Ramai warga yang datang dan minum. Nah, pilihan hati jatuh kepada Warkop Agam Marelan (WAR).
Warung Agama Marelan
Hebat juga nama singkatan warungnya yaitu WAR. Dalam bahasa Inggris War mengandung arti perang. Hebat juga pengambilan nama warung sehingga menjadi singkatan WAR. Kami sudah parkirkan kendaraan sakti mandraguna. Lho kendaraan tua disebut sakti. Sakti dari mana? Okay, sedikit Aku urai, saat hujan lebat menghajar kota Medan, maka banjir menyerang kota ini. Memang banjir tidak merata. Namun debit air sungai Deli cukup tinggi. Bahkan jalan Yos Sudarso digenang air setinggi lutut orang dewasa. Banyak motor yang kandas alias mati akibat air masuk ke mesin. Sang shogun sakti terus melaju walau dengan gigi atau porsneling satu. Hebat bukan?Hehe.
- Merangkai bahagia dengan Makan Mie Aceh*
Kami te1ah duduk dimeja pilihan. Dekat tembok. Meja no 03. Suasana ramai baik muda mudi dan juga para keluarga. WAR ini infonya sudah ada beberapa cabang di kota Medan. Dan, kita tak perlu heran jika mulai banyak kedai kopi Aceh di kota Metropolitan. Sepertinya warga Medan mulai jatuh cinta dengan kopi dan makanan mie Aceh. Kami pesan dua porsi Mie, satu kering dan satunya basah. Gunanya bisa saling menukar. Saling mencicipi. Seakan kembali layaknya pengantin baru padahal anak sudah empat orang Allah titipkan.
Malam itu suasana ceria berada diantara hati kami. Masa seperti ini ingin selalu terbina. Namun, tak mungkin untuk saat ini. Aku hanya sesaat ijin jumpa keluarga dan nantinya sendiri lagi di negeri Segantang Lada dan istri serta anak-anak di kota Medan metropolitan. Jalani dengan penuh syukur dan sabar, insyaallah akan Allah persatukan kembali.
Gunung Kaleng Susu
Waktu mulai meninggi. Sudah saatnya kembali. Kami pesan buat anak-anak yang menanti dirumah. Saat pulang di meja dekat kasir kita bisa menyaksikan dengan penuh kagum "gunung kaleng susu" yang khas terlihat saat minum kopi dan makan mie Aceh di warung orang Aceh. Terbukti tidak hanya di Aceh namun juga di Medan para pemilik menyusun kaleng bekas susu layaknya gunung Seulawah yang menjulang tinggi.
- Bergaya di depan Gunung Kaleng Susu*
Adalah tidak mudah menyusun ini. Butuh konsentrasi tingkat tinggi dan kesabaran yang tiada henti. Sungguhlah karya tangan yang luar biasa. Jika Aku yang membuatnya maka dijamin akan berantakan semua kaleng susu. Jatuh dan mengagetkan para tamu atau pengunjung yang akan menikmati serubut kopi enak made in Aceh. Maka tak perlu heran jika melihat diriku bergaya didepan gunung kaleng susu.
Setelah menyelesaikan pembayaran yang kami makan dan minum kami segera kembali kerumah. Jalan belum sepi. Jalan masih asyik dilalui walau waktu menunjukkan pukul 22.45 WIB. Tapi jika agak larut malam berbahaya juga karena dikuatirkan akan muncul gerombolan geng motor sadis. Tak menjelang lama kami tiba dirumah dengan selamat. Terima kasih ya Allah.
Salam hangat dari Negeri Segantang Lada@hoesniy
NB. Kisah 22 Agustus 2024
Hawa teuh
Sukses selalu bersama keluarga Bang @hoesniy. Saleum
Siap Bang.tks
Mie Aceh memang selalu bikin ngiler dan ingat kampung, hehe
Thank you for sharing together here.