Mampir dan salat dhuhur di Masjid Raya Al-Osmani Kota Medan
Hello rekan-rekan Steemian. Apa kabar? Semoga sehat selalu. Aku hadir kembali dengan tulisan apik tentang masjid. Masjid apakah? Ayo ikuti tulisanku. Semoga bermanfaat dan terima kasih bagi yang hadir dalam postinganku kali ini.
Sisa waktuku di Medan tinggal sehari lagi. Rencana tanggal 7 Januari 2025, Aku akan kembali ke Tanjungpinang, Kepri. Nah, Aku mencoba mengenang kota Belawan sejenak dengan mengunjungi kota yang terletak di ujung Kota Medan. Kota Belawan merupakan salah satu Kecamatan dari kota Medan, yang Walikotanya adalah Pak Bobby Nasution. Pak Bobby insyaallah sebentar lagi akan dilantik menjadi Gubernur Sumatera Utara.
Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 10.30 WIB. Sarana mobil Avanza produksi tahun 2013 setia menemaniku. Untuk lebih cepat lewat tol Belmera dari pintu Tol Mabar. Sekitar lima belas menit Aku tiba di Belawan. Masih seperti yang dulu, truk-truk besar, truk trontone masih wara wiri dijalan raya. Suasana akan ramai jika kapal Pelni KM Kelud masuk ke Pelabuhan maka macet tak terhindar karena jalannya tidak terlalu lebar.
Aku menuju Primkopal Batalyon Marinir Pangkalan (Yonmarhanlan) I. Jalannya agak becek, air tergenang. Entah air hujan atau air laut pasang ROB, yaitu air laut meluap kedaratan. Hal pasang ROB sudah rutin terjadi di Belawan dan tidak asing lagi. Semua dinikmati warga dengan sabar karena sudah kondisi alam.
Tiga kaos yang berbeda jadi pilihan
Aku sudah tiba di Primkopal Yonmarhanlan I. Aku sudah janjian sama prajurit yang mengawaki Primkopal, Pak Sihombing. Aku ingin membeli kaos yang motifnya sangat cocok dihati. Setelah diterima dengan penuh keakraban Aku memilih tiga baju kaos, pertama warna hijau tua, warna merah plus hitam dan abu. Ketiga baju ini bagus dan nyaman dipakai. Segar mata dipandang mata dan pastilah keren.
Aku hanya sebentar di Primkopal. Kemudian pamit pulang. Aku melihat jam menunjukkan pukul 11.30 WIB. Mobil dengan santai Aku pacu. Tiba dipertigaan jalan Kampung Salam Aku belok. Aku ambil jalan lurus. Jika belok kekiri maka akan ke jalan Tol Belmera. Aku ingin lewat bawah, lewat jalan biasa yang sudah lama sekali tak dilewati. Suasana jalan masih seperti dulu. Ramai dan jalannya sempit serta kita harus berhati-hati dijalan raya karena banyak truk besar dan kecil, mobil tangki Pertamina berlalu lalang tiada henti.
Tiba-tiba terlintas niat mulia dalam hati bahwa Aku ingin salat dhuhur di Masjid Raya Al-Osmani alias Masjid Kuning yang terletak disisi di Jln. Yos Sudarso, Km. 19,5, Labuhan, Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara. Aku melihat salat dhuhur pukul 12.31 WIB. Aku sempatkan salat di masjid tua di Medan, masjid zaman Kesultanan Deli. Dan, Aku tiba di masjid sekitar pukul 12.10 WIB.
Oh iya, secuil informasi bahwa menurut Wikipedia Masjid Al-Osmani dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh, yakni Suktan Osman Perkasa Alam. Awalnya bahan baku dari kayu, seiring waktu sekitar tahun 1870 hingga 1872 masjid dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam, yakni Raja Deli kedelapan. Nah, dipintu masuk gapura masjid kita dapat melihat panplet yang terbuat dari keramik episode Sultan Deli yang pernah memimpin Kesultanan Deli.
Tiang Panplet nama-nama Sultan Deli
Mengitari masjid Raya Al-Osmani
Aku melangkah kearah halaman masjid. Bisa kita lihat banyaknya tiang sebagai penyangga masjid. Ingin Aku hitung tapi sepertinya sampai azan dhuhur pun ngak akan ketemu. Pastilah bingung hitungnya. Sama seperti Aku pernah menghitung tiang didalam Masjid Bujang Salim yang terletak di Krueng Geukueh, Aceh Utara. Tiang-tiangnya warna setengah hijau dan kuning. Comel-comel bentuknya. Kita bisa melihat tangga yang menguhubungkan ruangan diatas. Bukan bangunan tingkat buat jamaah salat. Untuk rest area atau istirahat asyik lho, sejuk dan nyaman.
Bangunan di belakang Masjid dan tempat wudhu
Pada kesempatan tersebut kita bisa melihat tempat wudhu yang berada dibagian belakang masjid. Ada juga rumah panggung dan rumah yang infonya tempat sekolah Taman Kanak-kanak(TK) . Untuk rumah panggung itu disebut rumah adat. Bangunan khas warna melayu, kuning hijau.
Pintu masuk masjid dan tempat wudhu di sisi kanan
Disisi belakang kita bisa melihat tempat wudhu juga. Jika jamaah ramai maka tak perlu antrian. Nah, selesai wudhu maka kita akan masuk ke masjid. Pintu masjid dari luar terbuat dari pintu kaca dan setelah melewati pintu kaca maka pintu dari kayu harus kita buka. Ornamen pintu dapat kita lihat dari luar dan juga dari dalam. Yang dari dalam tampak ukiran warna merah diatas pintu. Pintu terbuat dari kayu keras dan tetap warna kuning hijau menjadi warna khas.
Mihrab dan Mimbar masjid
Kini saatnya kita masuk kedalam masjid. Kita akan kagum saat masuk kedalamnya. Jelas terlihat mihrab yang dipergunakan imam memimpin salat menggingatkan pikiran saat kita masuk ke Raudhah di masjid Nabawi. Posisi bulat didepan dan bagi yang pernah haji dan umroh serta masuk Raudhah maka ada mihrab bulat, namun pastilah berbeda ornamen dan warnanya. Kemudian ada mimbar khas dari kayu dengan ukiran-ukiran indah khas melayu. Untuk khatib naik ke mimbar harus agak ditundukkan kepala sedikit sehingga tidak terkena kepala sang khatib. Ini mungkin bisa dianalogikan sebagai etika menuju mimbar.
Lampu kristal didalam masjid
Selanjutnya kita bisa dapati beberapa lampu kristak yang besar dan kecil sangat indah yang tergantung. Ada yang tergantung ditengah-tengah dan melihat keatas langit-langit tempat lampu digantung motif-motif ukiran yang indah. Hebat juga yang membuat motif-motif ukiran tersebut. Pastilah lampu-lampu kristal ini mahal harganya dan untuk memasangnya harus hati-hati agar terhindar pecah. Butuh kerjasama dan kesabaran untuk memasangnya.
Proses salat dhuhur
Aku melihat pak imam sudah tiba di masjid. Beliau melaksanakan salat sunat. Dari belakang Aku kenal dengan beliau walau sudah lama Aku tak pernah salat di masjid ini. Perawakan beliau yang tinggi besar, hidung mancung, kaca mata tebal, kulit hitam, kopiah putih dan sal putih, Aku sangat hafal bahwa kami adalah sudah saling mengenal. Aku hampiri beliau dan benar saja setelah saling mengetuk pikiran, beliau ingat kembali dulunya kami sering berjumpa salat dimasjid ini saat Aku tugas di Lantamal I Belawan. Beliau bernama Ustad H. Basuki Sahid, dan beliau sudah 30 tahun menjadi imam Masjid Al-Osmani. Cukup lama sekali. Aku ijin untuk azan dhuhur dengan beliau dan alhamdulillah diberikan. Nah, tepat pukul 12.31 WIB, azan dhuhur Aku kumandangkan. Aku sangat percaya diri walau suaranya serak-serak basah..Hehehe.
Makam yang terdapat diarea masjid
Selesai pelaksanaan salat, Aku pamit dan saat keluar kita bisa melihat disisi depan, samping kanan dan kiri ada banyak makam. Ada makam para Sultan-Sultan beserta keluarga yang terletak didepan dan ada juga makam warga yang mempunyai kekerabatan dengan kesultanan. Untuk diketahui bahwa menurut Wikipedia disitu terdapat lima Makam Raja Deli diantaranya makam Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.
Berfoto sebelum tinggalkan masjid
Aku terus melangkah mendekati pintu gerbang. Mobil yang Aku parkirkan didepan pintu gerbang. Namun sebelumnya, tak lupa Aku ambil gambar tampak masjid dengan kubah besarnya warna hitam dan kubah-kubah kecil berwarna kuning. Tampak dari depan indah dan bertabur cahaya warna kekuning-kuningan. Aku kembali jumpa dengan pak Imam beserta jamaah lainnya yang pada saat itu sama-sama meninggalkan masjid.
Semoga kegiatanku di masjid Raya Al-Osmani diberkahi dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Aku pulang menuju rumah mengitari jalan sembari diperciki air hujan yang baru memulai menyirami bumi Kota Medan. Hujan itu berkah. Di kala hujan waktunya mustajab untuk berdo'a, maka berdoalah kawan.***
Curated by : @miftahulrizky
Thank you for publishing a post on the Hot News Community, make sure you :
Verified by : @fantvwiki
Tks Adoe hebat
Ok Pak, sukses selalu untuk Pak hoesniy.
Aamiin..dolphin masih belum jumpa..masih jauh di tengah samudera.hehe