"Kasih Tak Sampai"
Sumber foto milik sendiri, foto pribadi sebagai ilustrasi
Hai...hai... sahabat Hot News Community, salam terbaik untuk kita semua. Bertemu lagi kita lewat postingan sederhana saya. Harapan terbaik-nya mudah-mudah postingan ini dapat menghibur anda semua, dan menjadi tempat saya bercerita tentang banyak hal yang terpikirkan oleh saya.
Bagi kaum Bibliophile (pencinta buku) mungkin novel yang terdapat karakter Sitti Nurbaya didalamnya tidaklah asing bagi mereka, dalam Novel tersebut di ceritakan, bahwa terjalin cinta yang terjadi antara Samsul Bahri dan Sitti Nurbaya. Berbagai dilema terjadi dalam cerita tersebut, sehingga Samsul Bahri di ceritakan akhirnya pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan disana, sedangkan Sitti Nurbaya berada Minangkabau, Sumatera Barat yang merupakan latar dari cerita tersebut.
Seiring perjalanan waktu keluarga Sitti Nurbaya berhutung dari seorang yang kaya dan kasar, dia diperankan oleh Datuk Meringgih tokoh Antagonis dalam buku tersebut. Untuk melunasi utang keluarga Sitti Nurbaya menjodohkan dia dengan Datuk Meringgih agar terbebas dari hutang yang membebani mereka.
Atas keterpaksaan untuk menerima pinangan Datuk Meringgih, Sitti Nurbaya menentang hingga akhirnya Datuk Meringgih membencinya. Karena alasan benci tersebut lewat lemang yang dibawa oleh pesuruh Datuk Meringgih, akhirnya Sitti Nurbaya meninggal dengan cara di racun lewat perantara lemang tersebut. Kabar ini sampai ke telinga Samsul Bahri di negeri seberang. Dan singkat cerita Datuk Meringgih pun tewas di tangan Samsul Bahri yang saat itu menjadi tentara kolonial Belanda.
Itulah karangan Marah Rusli yang sangat terkenal hingga sekarang, dan menjadi simbol kasih tak sampai dari sepasang anak manusia, dan penolakan dijodohkan mungkin di mulai dari sini.
Bagaimana menurut anda, apakah dijodohkan merupakan sesuatu yang masih relevan untuk saat ini?
Di masa lalu dijodohkan mungkin menjadi cara agar calon pencari pria dan wanita dapat menemukan jodoh-nya, merupakan cara diperkenalkan agar nantinya mereka mudah untuk mengenal satu dan lainnya. Pendapat lain mungkin karena mereka yang menjodohkan lebih tahu mana yang terbaik untuk yang dijodohkan, ini cara menjaga pria dan wanita dari kalangan keluarga untuk tidak salah jatuh di pelukan seseorang yang asing dan tidak mereka kenal.
Dari sudut keyakinan praktik perjodohan bukan menjadi sesuatu yang dilarang, atau bahkan di haruskan. Karena yang lebih utama adalah memperkenalkan calon pasangan yang memiliki keunggulan keimanan dari segi agama dan tentunya memiliki akhlak yang baik dan terpuji. Proses mengenalan ini diharapkan dapat menghindari mereka dari praktik pacaran, yang saat ini telah keluar dari kebaikan sebagai cara perkenalan.
Sepengetahuan saya, menjodohkan seseorang yang baik untuk seseorang yang baik hingga mereka menikah adalah hal yang mulia. Perjodohan seperti proses Taaruf dalam islam yang artinya saling mengenal, tujuan utamanya adalah nantinya mereka dapat hidup bersama dalam bingkai pernikahan lewat proses Taaruf tersebut.
Studi kasus membuktikan (sang-sang kahayeu that na studi kasus), maksud saya pengalaman yang telah saya lihat selama ini. Banyak sekali pernikahan yang dijodohkan bertahan lama bahkan sangat bahagia terlihat, mereka menemukan pasangan serasi hingga akhir hidup.
Namun sebaliknya, banyak sekali juga Pernikahan yang didasari oleh perjodohan melahirkan anak dan penderitaan. Ujung-ujungnya adalah perceraian yang didasarkan pada ketidakcocokan diawal, karena mungkin sebelum di jodohkan sepasang suami istri tersebut sudah lebih dulu mendapatkan pujaan hati sebelum menikah, namun karena alasan keterpaksaan tersebut membuat salah satu dari mereka mau tidak mau, suka tidak suka harus menikah karena alasan orang tua dan sebagainya.
Studi banding,,opss... studi kasus maksudnya juga membuktikan, bahwa ada terdapat pria dewasa dan wanita dewasa yang berharap dijodohkan. Mereka pusing tujuh keliling (capek) memantau, mencari, menargetkan, mengidolakan, mengharapkan, dan mendapatkan pasangan yang sesuai dengan ekspektasi imajinasi mereka. Mustahil menemukan sosok seperti Nabi Yusuf yang memiliki ketampanan yang luar biasa, serta keimanan terbaik yang ada padanya. Atau menemukan Fatimah binti Rasulullah yang luar biasa sabar, sangat cerdas, dan taat kepada suaminya.
Namun terdapat juga pria dewasa dan wanita dewasa yang tidak ingin dijodohkan, mereka lebih menunggu cinta sejati datang padanya (preet). Mencari dan menghindari buaya darat, serta melihat dan menghindari kadal yang suka mengadali.
Bagi saya pribadi, mempersiapkan diri dengan segala amunisi yang diperlukan, terlebih lagi harga diri Mas jauh sangat mahal, mungkin adalah cara terbaik untuk langsung menyerang dari sisi terbaik, cocok, datang dan melamar bagi pria. Atau sebaliknya, bagi wanita terus jaga diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi sosok yang paling tidak, mendekati diri pada hal baik yang terdapat pada wanita hebat yang saya sebutkan di atas, berdoa dan bersabar agar sosok pangeran datang meminang dengan penuh keyakinan bahwa kau lah jodoh ku
Dengan demikian Ku Pinang Kau dengan bismillahirrahmanirrahim serta embel-embel yang terdapat di depan dan belakangnya, benar-benar akan terwujud. Pada akhirnya praktik pacaran hanya menjadi cerita kelam yang terlupakan dan tidak dilakukan, menjaga jodoh orang lain itu menyedihkan kawan.
Lantas, bagaimana pendapat anda tentang menjodokan atau dijodohkan masih relevan untuk saat ini? atau mungkin mencari sendiri jauh lebih relevan?
Period | 15 August to 15 November 2024 |
---|---|
Transfer to Vesting | 1,705.199 Steem |
Cash Out | 0 Steem |
Result | Club100 |
CSI | 14.4 (0.00 % self, 82 upvotes, 64 accounts, last 7d) |
cerita yang menarik untuk di perbincangkan(kapan kita duduk di warung kopi untuk membahas hal ini pak?)
yang menjadi perhatian saya bapak belum menyebutkan berapa persen study kasus yang berhasil dan yang gagal dari perjodohan itu.
untuk pertanyaan terakhir, jawabannya di jepang saja makin marak perjodohan (istilahnya kencan buta) artinya bisnis mak comblang harus di budayakan di saat ini.
Tempat yang cocok, terlihat sedikit serius ibu.
Barometernya adalah orang orang yang ada di sekitar saya, 10 dari 60 pernikahan (seingat saya) yang pernah saya dengar dan hadiri sebagai undangan, tidak begitu akurat memang
Perjodohan terlalu beresiko untuk saat ini, akan ada efek dari ketidakcocokan yang terjadi bila sudah berada di tengah jalan. (pandangan pribadi)
Congratulations!!!
your post has been supported. We support quality posts, good comments anywhere and any tags.
Curated By : @wirngo
Dari judul cerita. Teringat sebuah filem yang pernah tenar pada zamannya. Sebuah perkawinan antara Datuk Maringgih dengan Siti Nurbaya. Cinta yang tidak tersampaikan pada si Samsul Bahri.
Ya, benar sekali ibu. Cerita yang di angkat menjadi film yang juga sempat jaya pada masanya, seakan tulisan fiksi yang menjadi kisah nyata.
Ya. Di era sekarang ini keterlibatan orang tua terhadap jodoh anaknya hanya sekitar 20 % barang kali. Dari mulai cah rauh sampai lamaran dan pernikahan terkadang sudah diputuskan sendiri dari calon pengantin. Itu amatan daya selama ini. Walau masih ada juga peran orang tua. Namun persennya sedikit.
Saya juga berpendapat demikian, Perjodohan di masa sekarang sudah mulai berkurang, banyak orang tua yang percaya akan pilihan anak-anak mereka masing-masing, walau demikian di beberapa daerah dan kebiasaan, cara ini masih di percaya untuk dilakukan.