Puisi Cinta Terpendam | burnsteem25

PENGANTAR

Kala teknologi berkembang, perilaku manusia ikut dipengaruhi olehnya. Teknologi bukan hanya mempengaruhi cara manusia bekerja beserta pandangan dunianya, tetapi turut mewarnai hal-hal yang bersifat sangat privasi. Seperti bagaimana orang memperoleh pasangan hidupnya.

Dahulu, cara orang-orang menemukan pasangan hidup mereka adalah melalui perkenalan fisik (bertemu). Tetapi kini, ketika media sosial dikenal. Maka ada banyak orang di dunia yang menemukan jodoh dari perkenalan via media sosial. Coba tengok pasangan di sekitarmu, atau jangan-jangan kamu sendiri adalah salah seorang yang menemukan jodohmu dari perkenalan media sosial?

Pada masa ketika alat komunikasi elektronik belum dikenal, orang-orang menggunakan pena dan kertas untuk menyampaikan perasaannya kepada lawan jenis. Tulisan pada kertas tentang menyatakan perasaan kepada doi, lebih dengan istilah surat cinta.

Saya yakin, kalian yang ditakdirkan telah berumur remaja pada tahun 90-an, bisa jadi kamu mempunyai nostalgia tentang menulis surat cinta kepada pasangan. Ayo jujur, siapa diantara kamu yang pernah menulis surat cinta? Silakan jawab dengan meramaikan kolom komentar.

Aku, adalah salah seorang diantara miliaran penduduk bumi yang "terpaksa" menjadi manusia remaja kala internet belum dikenal. Dan karena itu, aku pernah menuliskan surat cinta kepada pasangan di atas kertas, lalu mengirimnya via Kantor Pos.

Puisi dibawah ini merupakan ungkapan cinta yang aku tulis pada tahun 98 kepada seorang wanita yang pernah aku kenal dan kini ia telah dipanggil ke pangkuan Tuhan di alam nirwana. Doaku, semoga engkau damai di jannah.

PUISI

Bila aku menatapmu,
Serasa ada berjuta bintang yang jatuh di dekapan,
Kamu sederhana, tapi kamu istimewa.
Laksana embun pagi yang jatuh dari surga,
Walau tak tertumpah padaku, dan mungkin tak akan pernah.

Aduh...
Mengapa begitu sulit mengatakan, bahwa kamu istimewa
Apakah aku mulai mengagumi mu?
Ataukah dalam diam aku telah menyayangi mu?
Hal itu hanya berani kusimpan dalam angan ku,
Karena ketika aku terjaga,
kudapati kau tak ada,
sedih..!

PENUTUP

Andai saja kala itu WhatsApp telah ada, tentu puisi ini akan aku kirim ke nomor WhatsApp si doi. Bukan lewat surat.

Puisi itu belum ku beri judul hingga kini. Apa judul yang tepat menurut kalian?

Inilah karya puisi sederhanaku, semoga kalian menikmatinya.