Merdeka Belajar; Sebuah Renungan Atas Realita Pendidikan Kita
"Tulisan ini saya dedikasikan kepada steemian's yang berlatar belakang pendidikan dan pengajaran alias guru. Kepada @radjasalman @alol @fwinanda @cutsophia11 @nandamasna @kanzia @ernaerningsih @naniarmansyah @tutiaryati @nurulsalwa @fadlymatch @dianaakmal @jondahl @dekmameh @teukumukhlis @hhusaini @p3d1 @elianaelisma @ayijufridar @indraismawan @safridafatih @indahdp, khususan ilal @el-nailul yang selama ini mengajari dan mendidik saya mengenai semua hal yang berarti. Semoga langkah anda semua selalu diberkahi dan diridhai-Nya..."
The function of education is to teach one to think intensively and to think critically. Intelligence plus character-that is the goal of true education — Martin Luther King Jr.
Kutipan di atas mengena sekali di hati saya. Pendidikan berfungsi untuk mencetak manusia yang dapat berpikir secara intensif dan kritis. Namun tujuan sesungguhnya dari pendidikan adalah mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter elok.
Ketika merujuk pada pengertian "cerdas", kita harus memahami hakikat kecerdasan itu sendiri terlebih dahulu. Apakah orang cerdas itu adalah orang yang menguasai mata pelajaran matematika, fisika, atau kimia sekaligus? Atau mengerjakan soal Higher Order of Thinking Skill (HOTS) dalam hitungan detik?
Hal tersebut bisa jadi benar atau bahkan salah besar, karena kecerdasan tidak hanya berhenti pada prestasi akademik namun berimprovisasi dengan kreativitas yang tak terbatas. Padahal ada banyak faktor yang menjadi indikator dan menyusun pengertian "cerdas" itu sendiri, diantaranya;
- Intelligence Quotient (IQ)/Kecerdasan Intelektual
- Emotional Quotient (EQ)/Kecerdasan Emosional
- Spiritual Quotient (SQ)/ Kecerdasan Spiritual
- Moral Quotient (MQ)/Kecerdasan Moral
- Adversity Quotient (AQ)/Kecerdasan Adversitas
- Creativity Quotient (CQ)/Kecerdasan Kreativitas
Belum lagi jika kita berpaku pada teori Multiple Intelligences yang terdiri dari sembilan kecerdasan yakni linguistik, musikal, visual, kinetis, naturalis, interpersonal, intrapersonal dan spiritual. Mungkin saya akan membahasnya lain kali di postingan yang berbeda. Namun saat ini saya tidak ingin membahas semua teori itu, karena ada pertanyaan besar di benak saya:
Mengapa sistem pendidikan kita menjadikan standar kurikulum sebagai tolak ukur kecerdasan? Dan bagaimana setiap anak yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda menyesuaikan diri dengan standar itu?
Syukurnya, presiden kita tercinta Ir., Hj. Joko Widodo memprioritaskan program revolusi karakter anak bangsa melalui Penguatan Pendidikan Karakter (P2K) yang tentu saja diimplementasikan pada pendidikan formal, keluarga, serta komunitas masyarakat. Lima pilar karakter yang menjadi prioritas program Penguatan Pendidikan Karakter (P2K) adalah religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan. Sumber
Saya, sebagai seorang pelajar membutuhkan sosok pendidik yang visioner dan terbuka dengan pemikiran kritis siswa-siswinya. Ketika menemukan guru yang seperti itu, saya merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini. Bagaimana tidak, saya bisa menyuarakan isi kepala tanpa beban, tentu saja dengan mengimplementasikan tata krama yang berlaku.
Pada akhirnya saya berdoa semoga seluruh pelajar di Indonesia dapat merasakan nikmatnya "Merdeka Belajar" melawan penjajah dalam diri, rasa malas dan ketidak(ingin)tahuan. Aamiin YRA...
Kamu mampu lebih dari apa yang saya harap, saya impikan, saya inginkan sbg gurumu. Dan semoga, kita terus saling belajar, menanam, & menuai ilmu bersama. Mengenalmu, membuat saya semakin yakin bahwa tua muda bukan alasan untuk tidak saling berbagi pengalaman & ilmu. Thanks luv, so proud of u!
I'm also like that, so proud to be your student and learn lotta things from you!
Wadduuhhh, saya harus manggil buk Professor kalo bahasannya sudah mengenai ilmu yang tidak sanggup saya nalar ni Elang Kecil. Mantap, terus berkarya ya, berfikir kreatif itu sangat penting, saya juga mau ucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan mbah guru semua, dan guru kecil @firyfaiz.
Salam
Teyima kasyih kembali...
Waah beruntung saya bisa mengenal dedek kecil dengan samudra bahasa yang sudah matang begini.. semoga kamu terus dapat kesempatan belajar dari guru - guru hebat bahkan lingkungan biasa sekalipun karena belajar tidak mengenal ruang dan waktu. Asah terus mutiara yang ada didalam dirimu...sukses ya @firyfaiz much love😍
Saya lebih beruntung lagi bisa mengenal bu @tutiaryati dkk.
Semoga ilmu yang kita punya dapat berguna bagi orang banyak, terima kasih❤
tulisan yang sangat bagus... semoga dimasa depan firya bisa menjadi salah satu motor yang bisa memperbaiki sistem pendidikan itu sendiri.... 😀
Thank pak @alol. Gak mau jadi motor, maunya jadi pesawat aja deh😁
Asah terus kemampuannya sesuai dengan potensi diri. Semoga kelak kamu menjadi orang sukses yang mampu melukiskan senyum semua orang dengan hasil karya dan keberadaan kamu.
Aamiin, teyima kasyih tuan guru😻
Saya setuju dengan pendapat yang menyebutkan bahwa raja dalam kegiatan belajar mengajar adalah para peserta didik. Mereka lah yang utama dalam proses transfer ilmu. Dengan tidak mengurangi hormat saya kepada para pendidik.
Setujuu. By the way gambar animasinya Anda desain sendiri ya? Cute banget:D
Oh hai, Firyfaiz. Kenalkan aku Kriting Boy.