Film Inspiratif: The Billionaire a.k.a. Top Secret
Dahulu kala, jiwa pengusaha hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah memiliki cukup pengalaman dan berani untuk membuka usaha. Namun sekarang ini makin banyak pengusaha-pengusaha muda yang bermunculan, yang mampu mencetak 1 miliar pertamanya di usia yang boleh dibilang masih sangat muda.
The Billionaire (2011), merupakan salah satu film yang terinspirasi dari kisah nyata, yang menceritakan tentang kisah Top Ittipat Kulapongvanich, yang di mana pada usianya masih 19 tahun ia berhenti dari universitas untuk memulai bisnis rumput laut goreng yang kita kenal dengan nama snack ‘Tao Kae Noi’. Ia menjadi salah satu billionaire (baht) termuda dari Thailand.
Pria kelahiran Thailand ini sesungguhnya hanyalah seorang yang biasa saja, tak ada yang spesial dari dirinya. Justru cenderung cuek dan tidak terlalu memikirkan masa depannya. Seperti kebanyakan pemuda seumurannya, Top pernah mengalami kecanduan game online saat dia berusia 16 tahun, dan hal ini membuat ia tidak pernah berkonsentrasi kepada pendidikannya, yang mengakibatkan nilainya banyak yang di bawah standard rata-rata.
Suatu hari, Top ditawari oleh sesama pemain game online agar Top mau menjual senjata (item) milik Top kepadanya (Para gamers tentu paham betul akan hal ini ^.^). Pada awalnya Top menolak menjualnya, namun karena pemain game online tadi berani membayar Top dengan harga yang sangat tinggi (dalam baht), maka akhirnya Top pun menjualnya. Dari situlah Top mulai ketagihan berbisnis.
Semakin lama semakin banyak keuntungan yang ia dapatkan, hingga Top bisa membeli sebuah mobil dengan harga tunai. Namun kedua orang tua Top tidak setuju dengan apa yang telah dilakukan Top itu, terlebih lagi mereka semakin marah karena mengetahui ternyata anaknya tidak diterima di Universitas Negeri. Namun dengan percaya diri, Top mengatakan bahwa ia bisa masuk ke Universitas Swasta dengan biaya sendiri.
Yang tidak diduga oleh Top, ternyata akun game online-nya diblokir karena dianggap sudah melakukan kegiatan illegal (memperjual belikan item di game online). Tak putus asa di sini, Top pun berpikir keras supaya bisa masuk ke Universitas dengan biaya sendiri. Akhirnya ia berinisiatif untuk membuka bisnis dengan berjualan DVD player. Belum sempat ia memulai bisnis barunya ini, ternyata Top baru mengetahui bahwa DVD player yang berjumlah 50 unit yang ia beli semuanya cacat produk, dan tidak bisa dikembalikan karena merupakan DVD player bajakan (tidak resmi). Di titik inilah Top mulai merasakan betapa kerasnya dunia bisnis.
Hal ini membuat Top berpikir keras dan mencoba melakukan bisnis baru, yaitu berjualan kacang goreng (chesnut) bersama dengan pamannya. Top mulai melakukan survei di lapangan, dan melakukan berbagai macam cara termasuk bereksperimen untuk membuat cita rasa kacangnya yang spesial dan khas, yang diminati oleh pasar. Top akhirnya menyewa lokasi di mall untuk berjualan kacangnya. Namun karena mendapatkan tempat yang tidak strategis, kacang yang dijual Top tidak seberapa laku. Akhirnya Top pun mengajukan pindah ke lokasi yang ia rasa paling strategis, yaitu di dekat pintu masuk mall.
Dan ternyata tepat sekali tindakan yang telah diambil oleh Top, kacangnya laku keras. Setelah beberapa hari, hasil penjualan selalu memuaskan, Top pun berpikiran untuk membuka bisnis kacangnya ini di tempat lain. Namun ternyata Top harus menghadapi permasalahan setelah pihak mall mendapatkan bahwa, mesin pembuat kacangnya mengakibatkan atap mall menjadi kotor. Top pun berusaha mengatasi hal itu, dengan cara melakukan pengecatan pada atap mall.
Namun pada malam itu, kedua orang tuanya mengajak Top untuk pindah ke luar negeri (china). Tapi Top berpegang teguh pada pendiriannya bahwa ia akan tetap tinggal di Thailand dan melanjutkan bisnis kacangnya. Sayang sekali kekecewaan ia rasakan kembali, ketika bisnis kacangnya harus berhenti sampai disitu karena lokasi tempat dagangannya sudah dijual kepada pihak lain dan pihak mall membatalkan kontraknya.
Keesokan harinya, Top mengetahui bahwa rumahnya di segel, pertanda akan disita oleh pihak bank. Top sedih tidak tahu harus berbuat apa, sampai akhirnya ia bertemu dengan kekasihnya, dan memakan oleh-oleh yang diberikan kekasihnya berupa makanan rumput laut. Inspirasi memang bisa datang dari mana saja, dari sinilah muncul tekad Top untuk membuat bisnis makanan rumput laut.
Top pun memulai usaha kerasnya dengan mencari bahan-bahan untuk makanan rumput laut. Meskipun sudah dibantu oleh pamannya, namun Top belum berhasil mendapatkan cara yang tepat untuk menggoreng rumput laut tersebut. Top pun belajar mencari cara yang tepat, bahkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelajaran ini mencapai lebih dari 100 ribu Baht.
Hingga pada suatu kejadian, paman Top terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit. Melihat apa yang ia dan pamannya sudah lakukan sejauh ini, membuat Top mulai berputus asa, sampai akhirnya ia menemukan satu bungkus rumput laut yang terendam air dan belum digoreng. Top berpikir biarlah ia lakukan ini untuk terakhir kalinya. Iapun membuka bungkus rumput laut itu dan menggorengnya.
Dari situlah, Top mendapatkan bahwa untuk mendapatkan rasa yang enak, rumput laut itu harus direndam dengan air dulu baru digoreng. Top pun mulai memproduksi rumput laut dengan cara itu dalam jumlah yang banyak. Ia mulai menjual makanan rumput lautnya di berbagai tempat, dan mendapatkan respon yang luar biasa, dagangannya laku keras.
Namun untuk bisa melunasi hutang usaha kedua orang tuanya yang mencapai 40 juta Baht, Top harus memikirkan suatu cara agar bisnis makanan rumput lautnya dapat memberikan penghasilan yang cukup untuk melunasinya. Di saat itulah, Top teringat akan suatu teori yang pernah ia dapatkan ketika ia kuliah. Sehingga akhirnya Top memutuskan ia harus bekerja sama dengan 7Eleven untuk memasarkan makanan rumput lautnya tersebut.
Ketika pertama kali bertemu dengan manajer 7Eleven untuk menawarkan makanan rumput lautnya, produknya pun ditolak dengan alasan karena kemasannya terlalu besar dan tidak sesuai dengan standard 7Eleven, selain itu harganya juga dirasa terlalu mahal. Top tidak menyerah begitu saja, ia segera merubah kemasan produknya menjadi lebih kecil, dan mempercantik design kemasannya. Ia juga menamakan produknya dengan nama ‘Tao Kae Noi’ yang artinya adalah pengusaha muda.
Ketika ia dengan semangat kembali ke 7Eleven dengan maksud ingin memperlihatkan kemasan produknya sesuai yang diinginkan, Top harus kecewa karena ternyata si manajer tidak ingin bertemu dengan dirinya lagi. Setelah menunggu lama dan tidak ada kabar, akhirnya Top memutuskan untuk pulang, dan memberikan beberapa kemasan produknya kepada petugas 7Eleven yang mengoperasikan lift. Ternyata beberapa produknya diambil oleh karyawan 7Eleven yang kebetulan naik ke lift tersebut.
Di saat Top sedang merasa sedih, tiba-tiba ia dihubungi oleh pihak 7Eleven karena produknya diterima. Top merasa sangat senang, dan akhirnya ia menandatangani kontrak yang dibuat dengan pihak 7Eleven. Namun permasalahan berikutnya telah menanti, karena Top harus bisa mengikuti persyaratan yang diajukan oleh pihak 7Eleven, diantaranya yaitu harus memiliki pabrik yang dapat memproduksi dagangannya dalam jumlah yang besar.
Untunglah keluarganya masih mempunyai sebuah kantor kecil, yang akhirnya direnovasi oleh Top menjadi sebuah pabrik. Pada saat pihak 7Eleven datang untuk melakukan pengecekan, mereka menemukan banyak hal terutama keamanan dan kebersihan dari pabrik Top yang tidak memenuhi standard mereka. Tak menyerah sampai disitu, Top segera melakukan perbaikan yang masih kurang hingga akhirnya kontrak pun disetujui.
Hanya dalam waktu 2 tahun, Top berhasil melunasi hutang kedua orang tuanya dan berhasil mendapatkan kembali rumahnya. Di usia ke 26 tahun (2010), Top berhasil memiliki pendapatan yang mencapai 1.5 Miliar Baht, memiliki lebih dari 2000 karyawan, Tao Kei Noi di sebarkan ke semua cabang 7Eleven, serta di ekspor ke beberapa negara di dunia.
Nilai yang dapat di ambil dari Film The Billionaire adalah :
Perjuangan Top dengan segala kegagalan, kekecewaan dan kesedihan dalam membangun bisnisnya kini membuat Top dapat mencapai kesuksesan seperti yang ia inginkan. Sikapnya yang tidak mudah putus asa ketika mengalami kesulitan itulah yang patut kita teladani. Tidak ada yang mudah ketika seseorang melangkah menuju ke tangga kesuksesan, kita harus belajar dari satu pengalaman ke pengalaman berikutnya, hal ini yang akan membuat kita menjadi lebih kuat dalam menghadapi suatu permasalahan.
Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari Film The Billionaire ini adalah, bahwa ketika kita sudah memulai sesuatu, jangan mudah menyerah, keluarkan semua kemampuan yang kita miliki. Sehingga untuk mencapai suatu kesuksesan, tidak ada jalan pendek (shortcut), karena itu dibutuhkan kerja keras dan sikap mau belajar tiada henti. Dan ketika kita menemui kesulitan atau kegagalan, belajarlah dari itu semua dan kembangkan kemampuan kita untuk mengatasinya. Karena hanya dengan pengembangan dirilah, kita bisa melewati masalah yang sekarang menghambat kita untuk sukses.
“Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, kalau menyerah habislah sudah“
Sekian review film The Billionaire, semoga dapat memberikan inspirasi dan motivasi untuk kita semua.
Salam @dzoelfikri
Thank's 🥰