Pisang Reubôh dan Narasi Keacehan

Aceh adalah negeri yang dikenal dengan kuliner kaya rempah. Juga bangsa yang memiliki tradisi makan daging minimal empat kali dalam setahun. Satu hari jelang Ramadan, satu hari jelang Idulfitri, satu hari jelang Iduladha, dan makan daging qurban.

Aceh adalah negeri yang memiliki sejarah panjang. Pernah menjadi salah satu vassal penting Turki Usmani. Kesultanan - kesultanan di Aceh seperti Samudera Pasai dan Aceh Darussalam pernah menjadi negara besar di kawasan Asia. Bahkan sangat disegani di Asia Tenggara.

Itu dulu. Sekarang kegemilangan masa lampau hanya jadi cerita. Kegemilangan yang selalu dibanggakan oleh orang Aceh, sembari meratapi kekalahan yang telah berlangsung puluhan tahun. Aceh yang dulunya bangsa besar, kini hanya diakui sebagai suku --istilah kolonial gaya baru, di dalam Republik Indonesia.

Ada PR besar yang sedang ditanggung oleh semua orang Aceh. Bahwa kita adalah bangsa, bukan suku. Kita memiliki peradaban besar, dan dicatat di dalam berbagai buku dan laporan perjalanan penjelajah kelas dunia seperti Cheng Ho, Marcopolo, hingga Ibnu Batutah.

Narasi tentang Aceh yang mulai redup, perlu digebyarkan kembali. Agar di masa depan, Aceh tidak seperti pisang reubôh, sekadar ada tapi dianggap tidak penting.