Memperkuat Budaya Menulis dan Membaca |
Belajar menulis sekarang sudah jauh lebih mudah. Selain perkembangan teknologi, buku-buku tentang panduan menulis sudah semakin mudah diperoleh di pasaran. Panduan menulis bisa diperoleh di mana saja dengan mudah, hanya dibutuhkan ketekunan membaca, latihan menulis, dan menulis terus.
Dulu, ketika masih sekolah di STM Negeri Bireuen (1988 – 1991), di pustaka ada buku Mengarang itu Gampang karya penulis Arswendo Atmowiloto. Buku itu kemudian saya buat salinannya dan saya baca berulang-ulang ketika mentok dalam menulis. Sebegitu sering membacanya, bahkan sampai bisa menghafal—ketika itu.
Sampai sekarang pun, saya masih ingat beberapa kalimat dan pertanyaan dari buku tersebut, sebegitu kuatnya pengaruh buku itu dalam perjalanan kepenulisan saya. Buku itu memang menyajikan ilmu dalam bentuk pertanyaan seperti FAQ yang ada di berbagai platform, termasuk Steemit.
Kemudian saya tahu ada buku Yuk, Mengarang Yuk karya Mohammad Diponegoro, tetapi tidak pernah membaca buku itu sampai sekarang. Toko buku di daerah jarang menjual panduan menulis. Praktis hanya dua buku itu saja yang saya ketahui tentang pedoman mengarang fiksi. Suatu saat nanti, saya ingin membeli dan membaca buku klasik itu.
Lebih sulit lagi, pelatihan menulis hampir tidak ada. Pelajaran mengarang di sekolah tidak bisa diandalkan. Akhirnya, hanya belajar secara otodidak. Langsung praktek saat itu dengan mengirim tulisan (terutama cerpen) ke berbagai media di Aceh (terutama Serambi Indonesia) dan majalah terbitan Jakarta. Kalau ditolak, kirim lagi, lagi, dan lagi.
Belajar menulis memang sebaiknya dilakukan sejak kecil. Penulis adalah profesi yang diperoleh melalui kesetiaan menulis dan membaca selama bertahun-tahun. Beruntunglah para pelajar yang sekolahnya menggelar workshop penulisan untuk membangun dan memperkuat budaya menulis dan membaca.[]
Keep writing👏
Keep spirit 💪
Seperti nya pk @ayiejufridar lagi mengingatkan kami. Janfan Asik menulis lupa membaca
Saya belajar menulis dengan otodidak bang 😄 bahkan pelajaran Bahasa Indonesia saya di sekolah formal sangat jeblok 😂
Saya menulis puisi sejak kecil, SD tepat awalnya .SMP baru menulis cerpen itu juga karena saya dihukum guru males bikin tugas karangan. 😂
Setelah dewasa, saya butuh menyalurkan isi batin saya, terlalu penuh kenangan di otak saya, akhirnya saya menyimpan semua ingatan itu ke dalam tulisan. Gak nyangka bisa masuk beberapa antologi juga koran.
Sekarang pun nulis puisi bukan untuk menjadi penyair, saya ingin hidup saya seimbang dengan menulis, karena saya bukan tipe manusia perumpi dengan gaya sosialita. 😁
Bang, boleh enggak minta satu kalimat yang pedas dari Bang Ayi sebagai motivasi kalau lagi mentok ide untuk nulis?
Terimakasih Bang Ayi yang selalu Cool 🙏🏻😅
Boleh saya bergabung di komunitas ini bapak @ayijufridar terhormat?! 😁😁😁. Cerita yang bagaimana bisa menjadi sebuah postingan di steem literacy ini. Salam