Assalamu'alaikum,...

Halo Sahabat stemian, semoga semua sehat dan semangat ya..

Sahabat stemian, pernah gak sih gak tebangun waktu sahur. Aduuuuh kami tadi benar-benar kelewat sahurnya. Alarm betul-betul gak guna. Bukannya ngebangunin tapi malah di nina boboin he..he..
Waktu saya buka mata, pandangan langsung melek ke jam dinding.
Ya Allah,...jam 05.30. Kesaaaaaal kali. Saya segera membangunkan suami. Bukan untuk makan sahur. Tapi untuk menyampaikan berita buruk, sahur kelewat...
Suami saya bangun, mendengar berita buruk itu, dia hanya menatap saya dengan penuh kecewa. Saya jadi merasa bersalah. Kemudian dia langsung tidur lagi. Bagaimana ini, saya jadi serba salah. Selama berpuasa kami semua sangat semangat waktu sahur. Suami selalu mengingatkan agar jangan sampai tidak terbangun sahur supaya saat berpuasa tidak lemas. Dia juga selalu menanyakan apakah alarm sudah disetel setiap mau tidur. Aduuuuh, saya menggaruk kepala yang tidak gatal, kemudian menatap anak-anak yang masih tertidur lelap. Mereka pasti sangat kecewa waktu bangun nanti. Apa yang harus saya lakukan. Seandainya waktu bisa diulang saya akan setel volume alarm hingga 100%. Supaya musibah ini tidak terjadi...
Saya keluar dari kamar, sesampai di dapur saya terpana menatap tudung saji. Ahh....
Saya berwudhu untuk sholat subuh, takut anak-anak kecewa saya tidak membangunkan mereka.
Jam 07.15 Bilqis terbangun sendiri. Begitu matanya terbuka dia langsung menoleh ke jam dinding.
" Masih jam 7 ya mak". Tanyanya.
" Iya, Nak. Bobok lagi ya". Jawabku.
Pasti Bilqis pikir dia sudah sahur tuh he..he..
Biasanya setelah sahur anak-anak akan tidur lagi, dan saya selalu ingatkan agar mereka tidak cepat-cepat bangun supaya waktu berbuka tidak terasa lama. Jika mereka terbangun mereka akan langsung lihat jam, jika masih di bawah jam 10 pagi maka mereka akan tidur lagi.

Untuk sementara aman, pikir saya. Kemudian saya ke dapur menyimpan semua makanan yang ada dibawah tudung. Mencuci piring dan membersihkan rumah.
Jam 10.30, saya mendengar suara ribut-ribut dikamar. Mereka pasti sudah bangun. Sambil senyum-senyum saya ke kamar.
" Mak, tadi kita ada sahur, adek macam tak ingat". Kata Bilqis.
Adam pun seperti menunggu jawaban dari saya. Mereka menatap saya. Aduuhh anak-anak ini, kasihan banget.
" Kita gak sahur, Nak. Mamak terlambat bangun, udah setengah enam mamak terbangun. Gak bisa makan sahur lagi". Jelasku.
" Aaalah mamaaaak. Adek tetap mau puasa walaupun gak makan sahur".
"Abang juga mau puasa. Apa mamak ni. Gak tebangun".
"Boleh puasa, tapi kalo gak tahan buka ya". Kataku.
" Adek gak mau buka".
" Abang juga gak mau".
" Kami mau puasa sampai sore".

Jam 1 siang saya kembali bertanya sama anak-anak. Apa mereka masih sanggup berpuasa. Jika tidak sanggup boleh buka.
" Siapa yang mau berbuka udah boleh ya". Kata saya.
" Kenapa di buka, Mak?". Tanya Bilqis.
" Karena gak sahur. Nanti adek bisa sakit perut". Jawab saya.
" Adek gak mau buka. Adek gak sakit perut pun. Adek mau puasa penuh".
" Abang pun. Mamak jangan paksa kami suruh buka".
Saya hanya tersenyum mendengar jawaban mereka. Paling bentar lagi mereka juga akan minta makan, pikir saya.
" Tapi hari ini abang mau buka puasa dengan ayam goreng mak, ya. Ayamnya goreng dengan tepung".
" Iya, mak adek pun".
" Baiklah, jika puasanya sampai ya".
" Horeeee, ayam goreng".

Jam tiga sore saya kepasar untuk belanja. Tak ingin mengecewakan anak-anak lagi saya membeli satu ekor ayam potong. Sesampai dirumah saya memasak kuah sop dan menggoreng dengan tepung sesuai permintaan mereka.

Hingga jam 5 sore mereka masih bertahan dalam puasa mereka tanpa mengeluh haus dan lapar. Saya benar-benar salut. Tidak menyangka sama sekali mereka akan mampu berpuasa kosong hingga penuh.
" Mak adek mau beli kue untuk berbuka sama ayah, ya mak". Kata Bilqis setelah sholat ashar.
" Iya, pergilah".

Setengah jam kemudian Bilqis pulang dengan tentengan penganan berbuka ditangannya....

Alhamdulillah, puasa mereka selamat hingga tiba waktu berbuka....