Jameka Asuhan Mendiang Ayah
Ragam jambu sangat mudah tumbuh di daerah tropis. Ragam jambu pula telah dikembangkan dengan cara kawin silang, semua bertujuan menjadikan buah yang mengandung banyak air ini dapat dinikmati dalam varian rasa.
Entah dari mana asal bibitnya, di halaman depan rumahku, sebatang Jameka tumbuh subur dan berbuah lebat.
Jika aku tak salah ingat, Jameka di halaman rumah adalah tumbuhan asuhan tangan mendiang ayahku. Belum genap sebulan ia dipanggil Allah. Tidak hanya sebatang, rupanya di belakang rumahku, sebatang Jameka lain juga tumbuh subur. Umurnya pun masih terbilang muda, sekira 3,5 tahun. Kuperhatikan, Jameka muda pun mulai memberikan buah. Alhamdulillah...
Menurut literatur yang tidak teratur dan kudapat dari beberapa orang penutur, jameka adalah jenis jambu hasil rekayasa genetik metode kawin silang antara jambu ball (jambe meulaboh) dan jambu kaca. Sehingga wajar, bentuknya seperti jambu kaca dan warna kemerahannya serupa dengan jambe meulaboh. Begitu kira-kira asal muasalnya.
Kata tetanggaku, jameka boleh ia jual kepada teman-temannya. Bahkan semasa mendiang ayah masih ada, jameka seringkali dijual kepada teman-teman tetanggaku melalui jasa tetanggaku. Berbekal snapgram saja, tidak butuh waktu lama dan jameka pun terjual dengan harga pantas. Selama ini ia jual dengan harga 25 ribu perkilogram. Menurutku, lumayan mahal untuk ukuran buah bernama jambu.
Masih seperti tahun-tahun lalu. Alhamdulillah jameka selalu berbuah tanpa henti, tanpa kenal musim, pun tanpa kenal lelah.
Walau tidak banyak, tapi buahnya selalu ada. Lebih Alhamdulillah lagi, di saat puasa hingga jelang lebaran, jameka pun seperti ikut serta berkontribusi penuh dengan memaksimalkan buahnya. Selain dijual bersebab ada insan yang meminta beli, tak jarang pula jameka boleh diambil percuma bagi sesiapa saja yang ingin dan suka.
Gratis panjat pohon dan ambil buahnya. Jika terlalu berhasrat, boleh pula datang setiap hari. Akan lebih afdhal, cukup sekali dua ambil buahnya saja, lalu semai bijinya, dan InsyaAllah akan berguna selama ia hidup. Jika pun kita tidak sempat menikmati, yakinlah ada makhluk lain yang siap menggantikannya.
Bukankah buah yang selama ini kita makan adalah buah yang bukan kita tanam?