50% Payout to @steem.amal | The Diary Game | 7 September 2021 | Hari Ini, Jaring Kunanti dan Septic Tank Kugali

Setelah saya menunggu dua hari, akhirnya yang ditunggu pun datang. Bukan sesuatu yang special, tapi sesuatu yang penting untuk melanjutkan kegiatan saya membangun gubuk. Barang yang saya nanti-nanti hanyalah seikat jaring dengan ukuran 4x22 meter saja. Kemarin jaring itu datang bukan dari tempat asalnya. Gegara ini jaring, sepekan lebih kegiatan menyelesaikan pasang hateup gubuk tertunda. Dan InsyaAllah jaring itu akan saya pasang.

Alkisah, sekira lebih sepekan lalu saya pesan jaring di toko online beralamat di Banyuwangi. Jaring serupa sudah saya pesan sekali waktu, tapi karena kurang, maka saya pesan satu lagi untuk memenuhi kekurangan. Bodohnya saya, alamat pengiriman bukanlah ke tempat saya domisili sekarang ini, yaitu di Bogor. Itu akibat saya lalai. Alamat pengiriman yang saya pakai ke Banda Aceh. Itu pun ke alamat toko milik teman saya yang fokus pada bidang grafika.

Saya baru sadar alamat pengiriman salah setelah melihat data tracking. Tapi apalah daya semua telah terjadi dan saya hanya bisa pasrah. Untuk mengirim ulang ke alamat yang sebenarnya, salah seorang teman pun saya hubungi. Akhirnya, setiba jaring di Banda Aceh, seketika pula dikirim ulang ke alamat saya di Bogor dengan metode pembayaran COD. Alhasil, sore kemarin jaring pun mendarat dengan selamat.

Setiba di gubuk, paket ku keluarkan dari tas. Dalam hati aku bergumam sendiri, “sungguh ini jaring sudah berkeliling hingga ke Aceh.” Agar tak penasaran, paket pun segera kubuka. Sejenak kuperhatikan, memang tak ada yang berbeda dengan jaring yang sebelumnya kupesan. Setelahnya aku pun menikmati kopi dan rokok sebelum mulai bergiat memasang jaring hari ini.

Waktu beranjak siang. Untuk memuaskan diri selesai sudah. Saatnya kini naik ke atap gubuk untuk memasang jaring. Karena sudah pernah memasang, hingga yang ini tidak terlalu terkendala. Sekira satu jam berkutat, akhirnya jaring pun terpasang sebagaimana mestinya. Namun pekerjaan atap bukan sampai disitu saja. Aku masih harus membuat suhunan atau penyangga tampuk sebelum ditutup dengan karpet talang. Fungsinya agar atap tidak bocor saat hujan turun.

Sekira dua jam bergiat, semua rencana hari ini pun selesai tanpa cela dan itu beberapa saat sebelum dhuhur. Untuk makan siang ini, aku hanya punya tiga gorengan pisang yang kubawa pagi tadi. Bagiku itu sudah lebih dari cukup. Agar waktu yang tersisa tak menjadi sia-sia, sejenak aku arahkan pikiran ke rangka kamar yang belum selesai kukerjakan kemarin. Sebelum sore dan sebelum pulang, rencana itu rangka akan kubereskan.

Memang alam selalu punya cara sendiri untuk memberikan yang terbaik untuk manusia. Lepas ashar dan kurang dari setengah jam aku mulai menggali. Dari arah timur ku dengar suara hujan mendekat. Kupastikan lagi, dan memang benar yang terdengar adalah gemuruh suara hujan. Bergegas aku tinggalkan perkakas untuk menggali, dan segera aku berlari ke gubuk untuk berteduh. Lucunya, belum sepuluh menit aku berteduh hujan yang tadinya deras pun mereda. Hanya rintik saja yang tersisa.

Aku berpikir, mungkin alam memberikan isyarat bahwa untuk hari ini lebih baik kusudahi berkegiatan. Apalagi langit juga sudah semakin gelap ditutupi awan hitam di seputar gunung Salak. Lazimnya, jika kondisi alam sudah begini, kemungkinan besar hujan deras juga akan menyusul. Itu tak berselang lama waktu. Akhirnya, aku berkemas dan aku pun pulang.***