"Om.. ini kalau untuk alasnya bagaimana?"

Tanya seorang ibu kepada kami yang saat itu sedang duduk duduk di depan rumah sambil menikmati kopi hangat yang baru saja di buat.

"Oh iya sebentar ya...
Nanti saya ambil..
Itu tadi mau diambil, tapi sedang ada acara di masjid, nggak enak ambilnya, nanti saja ya kalau acara di masjid sudah selesai, baru ambil karpetnya".

Ungkap salah seorang dari kami menjelaskan, memang saat itu hari baru beranjak senja, mentari baru saja bersembunyi dibalik gelapnya malam.

Seperti kebiasaan ditempat tempat lain, di masjid dan surau surau, pada saat ba'da magrib biasa dijadwalkan kajian kajian dan saat itu memang jadwalnya, jadi rasa tidak enak bagi kami bila di sana sedang ada acara dan kami kasak kusuk menganbil karpet untuk hamparan.

Malam ini bukanlah kali pertama kami kumpul, bahkan waktu sebelum sebelumnya, hampir tiap bulan kumpul kumpul ini kami adakan, kami jadikan sebagai wadah untuk menjalin tali silaturahmi dan kebersamaan antar sesama warga.

Kami tinggal di sebuah perumahan yang lumayan padat, sebagian besar warga yang tinggal disini adalah para pendatang yang bekerja di perusahaan perusahaan yang terdapat di beberapa kawasan industri dan memang, perumahan kami tidak terlalu jauh dari kawasan industri.

Lokasi kerja yang jauh dari tempat asal warga, membuat para warga bermigrasi agar bisa lebih mudah menjangkaunya. Sebagian bersar warga berasal dari jawa, ada juga warga yang berasal dari pulau sumatra seperti lampung, palembang, medan, padang bahkan aceh pun ada.

Kawasan industri, memang seolah menjadi magnet yang mampu menarik masyarakat dari segala penjuru nusantara tanpa terkecuali para warga di wilayah timur, seakan tertarik oleh pesona kawasan industri untuk datang dan bersama sama memberikan warna dalam perekonomian negri. Mereka ada yang dari kepulawan kalimantan, bali, sulawesi, nusa tenggara bahkan papua pun ada.

Keberagaman yang ada, menjadikan kami lebih terikat antara satu dengan yang lain karna tinggal jauh di rantau.

Rasa kekeluargaan kami terbentuk makin erat karna sadar kami jauh dari kampung halaman, pastinya bila kami sakit atau mengalami kesusahan tentu tetanggalah yang lebih dulu membantu.

Saat malam mulai larut, kami baru beranjak kembali kerumah masing masing untuk segera beristirahat. Mungkin warga bisa tidak akan langsung terlelap tidur, meskipun setelah dengan penuh bahagia menyantap hidangan yg di sajikan bersama tadi.

_{Suasana keceriaan Warga}

Dalam kebersamaan, anak anak yang ikut bersama, menambah kecerian dan harmonis nya warga, mereka dengan lahap menyantap Nasi Uduk yang disajikan dan ditemani lauk ayam goreng, telur dadar, tempe goreng serta kerupuk emping melinjo,

dan yang tak kalah penting sebagai lauk pauk untuk menemani Nasi Uduk 'sudah pasti para steemians paham'... ya benar, 'SEMUR JENGKOL'

Penggalan Cerita ada di:

Acara pada malam ini adalah serah terima jabatan ketua gang Yang di mulai ba'da isya setelah kajian di masjid selesai.

Diawal acara, sang ketua gang yang baru sempat memberikan sambutannya kepada para warga yang hadir.

"Diantara beberapa program kerja saya nanti, yang akan saya perioritaskan yakni pengadaan Tempat sampah".

Kata pak ketua mengawali sambutannya, ada warga yang berseloroh

"Wah cocok nih... biar seragam tempat sampahnya lagipula tempat sampah yang ada sudah mulai usang".
Kata warga menimpali sambutan pak ketua.

"Selain itu, saya berencana untuk memperbaharui papan nomor tiap rumah serta membentuk Dankop/koperasi gang sebagai wadah untuk warga yang butuh bantuan pendanaan".
Lanjut pak ketua menjelaskan programnya.

"Daftar pertama saya ya paketu, hahahaha"
Waaah bapak yang satu ini, sinyalnya kuat kalau soal itu.

"Truuus, saya mau tanya nih... seandainya kita mengadakan Family Gathering setuju gaaak? " lajut pak ketua.

Sontak semua menjawab

"Setujuuuu. .."

"Yang bener? ... nanti sudah di agendakan, malah tidak jadi ikut karna ini lah, itu lah..."

Dengan antusias sebagian besar warga menjawab

"Tidaaaak, pokoknya semua mesti ikut".

Salah satu warga angkat bicara

"Family Gathering nya ke pantai aja pak, mana tahu nanti pulang kita bisa bawa pasirnya untuk bangun rumah.. hahaha"

"Bapak ini, memang mau bawa truk plesirannya? Tapi boleh juga tuh kepantai, gimana kalau ke lombok aja, sekalian lihat mandalika".

_{sumber :}

"Kejauhan kali baaang, Kita heking aja biar bisa menikmati kesejukan pegunungan sambil tadabur alam".

"Wah jangan, kalau heking nafasnya sudah gak kuat, warga banyak yang sudah Ujur, nanti kalau Alfa disana gimana?..."

Perdebatan pun mulai menghangat, satu persatu mulai mengutarakan pendapatnya.

" ya sudah... untuk rencana Family Gathering, nanti kita bahas dalam kesempatan yang lain, yang pasti semua setujukan kalau kita mengadakan Family Gathering?"

"Setuujuuuu...."
jawab warga kompak.

Memang, saat ini warga seperti penuh kejenuhan, setelah hampir 3 tahun lamanya berdampingan dengan wabah yang mendunia, dibayang bayangi ketakutan, dibatasi pergerakannya, jangan kan mau ke mall.. membesuk orang yang sakit saja di sarankan jangan.

Covid memang terasa menjadi momok yang seakan akan membayangi setiap gerak dan aktifitas warga, bahkan di beberapa daerah terjadi kemelut hingga warga yang sakit dan meninggal secara serempak bahkan sampai sampai menghantarkan jenazah keperistirahatan terakhirnya saja dilarang, bila terindikasi covid.

Tak terkecuali warga di lingkungan kami, lebih banyak kami berdiam diri di dalam rumah di bandingkan duduk bercengkrama sambil ngopi bersama warga lainnya, perusahaan pun banyak yang meliburkan karyawannya, yang akhirnya berdampak kepada kejenuhan yang bertumpuk.

Warga yang berbaris berjemur di pagi hari sudah menjadi pemandangan yang umum kala itu. Perasaan yang khawatir saat pengeras suara surau/masjid dihidupkan dan berharap bukan keluarga sendiri atau orang yang kami kenal menjadi korban wabah covid mungkin menjadi hal yang lumrah saat itu.

Dan kini, setelah wabah berlalu, setelah covid mulai hilang di gerus waktu, warga yang jenuh dengan keadaan masa itu sangan menyambut dengan antusias rencana pak ketua untuk mengadakan Family Gathering.

Warga yang berangsur angsur pulang kerumah masing masing, membuat suasana kembali sepi yang menyisakan beberapa warga saja masih duduk duduk santai.

Disela sela obrolan, ada warga yang berbicara

"nanti, kalau mau beli tempat sampah kesaya aja, nanti saya ambilkan di tempat saya bekerja..."

Yang lain ikut nimpali

"Waaah, obyekan nih..."

Ada juga yg bicara

"Uang denger aaah..."

Hahahahaha gelak tawa pun mewarnai suasana saat itu.

Hari pun beranjak kian mendekati waktu fajar, dan kami pun beranjak pulang sambil membawa hayalan suasana pantai dengan deburan ombak yang tenang, dimana anak anak dan warga saling bermain dengan ceria menikmati suasana Family Gathering.

Dan saya pun terlelap, hanyut dibawa mimpi dalam tidur nan nyenyak.