The Diary Game, 31 Oktober 2024 | Kegiatanku Sepanjang Rabu
Assalamualaikum... |
---|
Edited by Canva
RABU kali ini penutup akhir bulan. Tanggal 31 Oktober. Kegiatan saya hari ini adalah menghadari Milad ke-61 Uiversitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. Kegiatan ini digelar di Auditorium Ali Hasjmy, Darussalam. Ruangan ini cukuo besar dan muat ratusan pengunjung. Dari pukul sembilan pagi, saya sudah bersiap-siap, usai mengurus tanaman sayuran.
Undang mulai pukul 8.30 Wib . Saya datang sudah pukul sembilan. Karena sudah pasti acaranya diawali dengan hiburan kecil-kecilan untuk tamu yang cepat datang. Saya masuk acara masuk ke lokasi acara masih tarian rapai geleng. Baru berlangsung setengah "babak". Setelah melihat tempat yang sudah disediakan, baru duduk dengan manis.
Peringatannya dimulai dengan Rapat Senat Terbuka dan Kenduri Maulid. Kali ini Milad ke-61 mengusung tema “Sinergi Membangun Negeri untuk Peradaban”. Ikut hadir Penjabat Gubernur Aceh DR H Safrizal ZA, pimpinan universitas, para dosen, mahasiswa, serta para tetamu.
Milad kali ini juga diisi dengan orasi ilmiah yang bertemakan Transformasi Pendidikan Tinggi Islam: Membangun SDM Berkualitas, Mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pembicaranya adalah Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan (PMK) Kementerian PPN/Bappenas RI, Amich Alhumami.
Sementara Safrizal ZA, mengungkapkan rasa bangganya. Karena dalam perjalanan UIN Ar-Raniry selama 61 tahun telah memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Aceh. “UIN Ar-Raniry telah berdiri kokoh sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berpijak pada prinsip keislaman dan kebangsaan, menjadi harapan bagi masyarakat Aceh untuk mencetak generasi cerdas, beriman, dan berakhlak mulia,”
.
Profesor Mujiburrahman, menyebutkan peringatan ini menjadi momen refleksi perjalanan 61 tahun UIN Ar-Raniry sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Dia juga menyoroti berbagai pencapaian UIN Ar-Raniry dalam beberapa tahun terakhir, termasuk perolehan akreditasi institusi unggul dengan nilai tertinggi di antara PTKIN se-Indonesia dan pengembangan fakultas serta program studi baru.
Usai makan siang. Kami bubar. Saya pulang menjemput anak pulang dari sekolah. Kembali ke rumah. Selesai shalat Zuhur, kami beristirahat sejenak. Pukul 14.30 melanjutkan lagi perjalanan. Kali ini jadwal les bagi Ghazi dan Gulfam (Duo Ge). Usai menurunkan mereka di les, saya meluncur ke kantor Dispora Aceh. Menyerahkan berkas. Tak lama di sini. Belasan menit, lalu ke Sentra Kopi. Menunggu keduanya kelar les, saya mampir di sini sejenak.
Hampir 40 menit di sini. Hingga masuk waktu shalat Ashar. Pukul 16.15 saya baru menjemput keduanya dari les. Kami pun menuju ke Pesantrean. Menjenguk si sulung. Saat melintas di jalanan, ada pamplet yang menyita perhatian saya. Kata-katanya sudah pasti akibat berawal dari putus asa.
Tumpukan sampah seperti ini memang seakan sudah menjadi tradisi. Meski sudah di larang, tapi masih ada yang buang. Sialnya, yang lempar sampah itu kadang kali mereka yang hidupnya kelas menengah. Terbukti di beberapa tempat, plastik yang berisi sampah itu mereka sebuah swalayan tenar. Atau bahkan ada yang berisi plastik khusus. Khusus untuk sampah yang dijual.
Biasanya orang umum tak mau peduli sampai membeli plastik khusus untuk menampung sampah. Dan itu biasa kita temua di tumpukan yang dibuang sembarang. Sayang sekali kesadarannya amat kurang. Usai berkeluh kesah dalam hati melihat lingkungan yang dirusak dengan beraneka jenis sampah, kami segera ke tujuan utama.
Pukul 17.15 Wib kami pamit dari pesantren. Lebih cepat karena ingin membeli susu di sebuah swalayan. Setelah itu baru pulang ke rumah dan melanjutkan rutinitas sore. Menyiram tanaman hingga malam turun. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
1/11/2024