The Diary Game, 30 Oktober 2024 | Menunggu Panen Cabe Hijau
Assalamualaikum... |
---|
Edited by Canva
PAGI yang hangat. Sehangat perasaan saat melihat hijaunya sayur-sayuran. Kalau batang cabai tumbuh sesuai harapan, beda dengan beberapa tanaman lain, seperti kangkung, bayam dan saledri. Kayaknya, mereka semua kurang paparan sinar matahari, makanya tumbuh lambat dan tak menggairahkan. Tapi.
Kelar mengurus tanaman ini hingga pukul sepuluh pagi. Tentu jadwal mengantar anak-anak seperti biasa sudah berakhir sebelum pukul 7.30 Wib. Setelah itu, saya menuju pusat Kota Banda Aceh. Sekitaran tujuh hingga delapan kilometer dari kediaman kami di perbatasan, Banda Aceh dan Aceh Besar. Segera, menghadap salah satu seorang petinggi gedung dewan.
Sebelum bercerita soal pertemuan itu, saya ingin kembali ke kegiatan pagi selepas mengantar anak-anak sekolah. Kali ini memang agak berbeda. Baberapa batang cabai tumbuh segar. Sebagian malas tumbuh. Duan kerinting, batang macam dahan busuk. Lalu, saya pun memberi penangkalnya. Kali ini spray tembakau campur daun bawang.
Rencananya akan saya spray tiga hari sekali. Begitu juga dengan batang tomat yang pertumbuhannya sangat lambat karena paparan matahari sangat kurang. Kini, setelah saya potong penghalang dua pekan lalu, sudah ada perubahan. Penghalangnya tak lain pohon kelenkeng. Tentu saya sekali kalau ditebang semua. Saya cuma pangkas dahan penghalang saja.
Begitu pula dengan jambu madu yang bunganya cukup lebat dan bakal buah-buahnya harus dibungkus plastik. Sayangnya, banyak serangga buah yang menyerang. Saya pun sudah berniat mencari penangkalnya. Sebuah serum yang bikin semua serangga buah datang tanpa diundang. Rencananya akan segera diaplikasikan. Agar buahnya selamat dan tidak busuk.
Pada sisi lain saya sedikit bergembira. Karena belimbing segi aman dari sengatan serangga buah. Buahnya sebesar satu kepalan orang dewasa. Melihat warnanya saja sudah amat menggugah selera. Saya melihat dia sudah cukup matang. Sudah layak dipetik. Hanya saja buahnya belum lembek. Dari sudah buah yang sudah memberi sinyal untuk dipetik, saya memilih satu dulu.
Sisanya, saya tunggu setelah benar-benar matang dan siap dipetik.
Karena sosok yang ditunggu sedang padat kegiatan, saya memilih balik kanan. Lalu, belasan menit kemudian menghabiskan waktu sambil baca novel online di warung kopi dekat kantor DPRK Banda Aceh. Pukul 12.22 Wib saya berpindah tempat. Menuju Ulee Kareng. Menjemput Ghazi pulang sekolah. Pukul 12.50 dia baru keluar kelas dan segera berangkat pulang.
Sebelum jalan masuk ke arah rumah tiba, saya langsung mengajak Ghazi mencari serum perangkap serangga buah. Kami pun ke Cot Cut. Di sana ada toko pertanian. Meski tidak lengkap, tapi sudah cukuplah untuk beberapa kebutuhan pertanian kecil-kecilan. Toko ini sudah menjadi langganan saya. Dalam setahun terakhir. Untuk urusan kecil, saya beli di sini. Terlalu jauh kalau ke Lambaro.
Rayana Tani, toko pertanian.
Hampir jam dua siang kami tiba di rumah. Lalu mengisi nutrisi untuk badan dan menunaikan kewajiban. Sebelum jam tiga saya sudah bergerak lagi. Kali ini ke Nyak Mad Kupi, Ilie lagi. Menunaikan tugas dan juga ingin mengisi nutrisi juga. Agar imun tubuh meninggkat. Seperti biasa, lima jam lewat duduk di sini. Baru kemudian pulang.
Karena ada pesanan ayam krispi, saya pun harus bergegas. Sebab, jika 10 menit lagi bakal tutup. Karena jadwal azan magrib sudah dekat. Benar saja, begitu saya selesai membayar dua potong ayam krispi di pusat pasar Ulee Kareng, beberapa saat kemudian, suara azan magrib terdengar. Malam pun turun. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
31/10/2024