The Diary Game, 30 Juni 2024 | Mengantar Linto Baro ke Gampong Reuloh
Edited by Canva
UNDANGAN mengantar pengantin pria. Dalam bahasa Aceh, intat linto baro. Pengantinnya Ahmad Damanhuri. Dia seorang pemuda yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan sosial di gampong. Akhirnya, Ari, begitu dia disapa, mengakhiri masa lajang dengan mempersunting seorang gadis dari Gampong Reuloh, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.
Dari pukul delapan pagi, saya sudah bersiap-siap ke warung kopi terdekat. Membaca koran dan menikmati secangkir teh panas. Tidak banyak pemuda dan tetua kampung yang sibuk. Sepertinya, undangan intat linto ini terbatas. Tidak semua warga diundang.
Sebelum pukul 11 siang saya sudah siap berangkat. Ternyata sudah sangat lambat. Akhirnya, saya langsung tancap gas ke lokasi. Gampong Reuloh. Bicara gampong ini banyak muncul satire berupa sindiran positif bersifat candaan. Reuloh sendiri kalau dialihbahasakan menjadi rusak. Berarti gampong rusak. Tak sedap terdengar dikuping.
"Siapa pun bupati dan gubernurnya, pasti tak akan berhasil membangun kampong ini. Dia akan selalu reuloh sepanjang masa," canda saya. Lalu yang lain pun mengulum senyum .
Itu memang sebuah nama. Tapi, saya yakin nama Gampong Reuloh bukan bermakna rusak.
Tapi jika merunut pada kelaziman tetua dulu dalam memberi satu nama, sepertinya pada dahulu kala, kampung itu sudah dirusak. Bisa rusak karena bencana alam, atau bahkan perang. Lalu, datang orang-orang memperbaikinya. Dihuni dan kemudian beranak pinak.
Sejatinya, gampong ini dulunya rawa-rawa dan areal persawahan. Banyak pohon rumbia sepanjang mata memandang. Seiring dengan pertumbuhan pemukiman, rawa-rawa berubah menjadi kawasan penduduk. Sekarang bahkan lebih parah, sawah-sawah sudah berubah menjadi rumah-rumah.
Kini rumah-rumah itu cukup bagus untuk ditempat. Tidak reuloh. Banyak perumahan yang muncul di kawasan persawahan itu. Kompleks-kompleks ini cukup berkembang. Ke sanalah kami mengantar linto baro. Setelah segala prosesi kelar, kami langsung pulang. Kembali ke urusan masing-masing.
Sore hari saya kembali bekerja seperti biasa. Perut pun terasa minta diisi.
Duduk disini memang terasa membosankan bagi sebagian orang. Pasalnya tempat itu-itu saja. Apa tidak ada tempat lain. Sebenarnya, yang membuat saya betah lokasinya yang dekat dengan rumah. Insya Allah, ke depan juga akan dekat dengan kantor. Makanya saya memilih mangkal di sini.
Saya pun larut dalam kerjaan dan membuat beberapa laporan. Tak terasa waktu magrib tiba. Awalnya selepas magrib ingin pulang, tapi seorang rekan ingin bertemu. Mengambil airphone yang tertinggal dua hari lalu. Pukul sembilan malam baru kami pulang. Lalu beristirahat.
Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
1/7/2024
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Click Here
🤭 ada juga nama kampung seperti ini yang bg, semoga isi kampungnya ngak ikut reuloh
Iyaa, kalau kita telesuri masih banyk kampung yang namanya agak laen, hehehe