The Diary Game, 3 November 2023 | Pesta Perkawinan di Blang Krueng
Assalamualaikum... |
---|
Edited by Canva
PAGI jatuh dengan cerah. Tak ada kabut pagi yang menyelimuti. Semalam saya bergadang. Menonton bola. Baru tidur pukul dua dini hari. Kalau sudah begini, bangun pagi lebih cepat susah sekali. Masih terbuai mimpi. Tidur tak cukup. Makanya menjadi telat bangun. Tapi itu biasa dilakukan. Apalagi esoknya libur sekolah. Tanpa anak-anak berangkat ke sekolah.
Namun, pukul delapan lewat saya sudah berada di pekarangan. Sebelumnya menuntaskan beberapa perkara alamiah. Usai itu, baru menyibukkan diri dengan urusan perkebunan. Biasa, sedang kemaruk berkebun. Tapi sebenarnya, lebih pada tanggungjawab. Soalnya saya sudah menanam cabai dalam karung sebagai pengganti polibag. Karena ditanama dalam karung, dia butuh penyiraman. Tak bisa mencari air sendiri. Apalagi hari-hari tanpa hujan.
Akhirnya, saya pun melarutkan diri dengan tanaman sayur-saayuran. Membersamai. Menyiram, memberi pupuk, membuang gulma yang menggangu. Kelar itu, semua, saya menyapu daun-daun kering yang sudah sangat berserak. Karena sedang tak ingin bikin kompos, saya pun membakarnya. Sisa pembakaran menjadi pupuk. Begitulah.
Selesai membereskan itu semua, baru bergerak ke warung kopi terdekat. Mencari secangkir teh panas dan setumpuk berita yang masih hangat mengepul. Seperti kepulan asap dari nasi yang baru siap dimasak. Teh dingin alias teh manis dingin dihidang. Belasan menit kelar. Baru pulang ke rumah setelah jam jam lewat pukul sebelas siang. Agenda lain menanti.
Kali ini menghadiri undangan pesta. Pesta perkawinan di kawasan Blang Krueng, Aceh Besar. Posisinya persis di depan lapangan bola kaki Cot Sibati. Kami tiba di sana sudah hampir jam dua siang. Lingkungan rumah dara baro, khususnya di arena pesta sudah mulai sepi. Sajian makanan juga sudah mulai menipis. Jadi, kami pun menikmati apa adanya. Risiko datang terlambat. Jangan disesali. Nasib.
Ke pesta ini kami diundang adik ipar. Suami dari adik saya. Namanya Mulia. Suaminya Mukhlis. Dari baro ini anak dari abang Mukhlis. Undangan sudah dilayangkan 22 Oktober lalu. Ya, lebih kurang dua minggu sebelum acara. Di undang lebih awal, takut dipikir tak bisa hadir jika undangan datang beberapa hari sebelum pesta. Kenapa begitu? Pasalnya, mereka tahu saya tukang jalan-jalan, hehehe.
Tapi yang pasti bukan, jalan-jalan ke sana kemari mencari alamat. Seperti lagunya Ayu Tingting.
Pukul dua siang, saat tamu undangan tak lagi datang. Sesi foto-foto di buka. Keluarga dara baro (pengantin wanita) dan linto (penganti pria) silih berganti mengambil posisi . Di kodak sama fotografernya. Pose terbaik harus benar-benar tak bisa dilewatkan. Pasalnya ini sekali dalam seumur hidup kedua penganti. Kecuali ada hal-hal lain di luar prediksi BMKG. hehe.
Ketika tamu undangan sudah berkurang. Kami naik sebenar bikin juga kenang-kenangan. Biar sekalian, tahu jika kami ada datang. Dua puluh menit sebelum jam tiga, kami sudah pamit. Kali ini ke Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Blang Padang, Banda Aceh. Giliran mengambil berkas mamanya anak-anak. Usai itu, baru kembali ke rumah.
Setengah empat lewat tiba. Lalu bersiap-siap lagi. Pukul 16.20 Wib sudah bergerak lagi ke Pesantren Babun Najah. Menjenguk si sulung. Hari Ahad, jatah kunjungan keluarga. Kami di sini datang untuk "kewajiban" seperti biasa. Hampir satu jam bertamu, kami pun pamit. Pulang, melanjutkan lagi banyak urusan.
Apalagi, banyak tugas di rumah sedang menanti. Salah satunya yang sudah pasti adalah, menyiram cabai-cabai sebelum batangnya keriting. Jika sampai dia tanpa siraman, pasti akan kering dan mati. Bukan matinya yang ditakuti, tapi dimaki sama tanaman. Itu yang tidak tahan. Sebab, kita sudah menyandera dia dalam polibag. Penyiraman tanggung jawab yang tanam.
Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
5/11/2024
Thanks for your support...