The Diary Game, 13 November 2024 | Tanam Jambu Madu Hasil Cangkok
Hello Everyone
Assalamualaikum... |
---|
Edited by Canva
PAGI ini saya kembali berkutat dengan pohon-pohon. Pohon jambu madu hasil cangkok empat bulan lalu sudah bisa dipanen. Ini panen kedua saya, setelah sebelumnya ada tiga batang dipindah tanam ke dalam karung besar. Polybag dan planterbag. Hari ini saya potong lagi.
Kenapa tidak dipindah tanam sekaligus? Awalnya direncanakan begitu. Namun, setelah melihat beberapa kendala, akhirnya saya potong bertahap. Setelah ini, masih ada lagi yang harus dipotong dan pindah tanam. Sudah ada empat batang jambu madu hasil cangkok. Untuk membuat media tanam dalam karung dan planterbag lembab, saya bikin irigasi-nya.
Ini dua batang cangkokan jambu madu. Foto sebelah kiri masih baru dicangkok. Sedangkan foto kanan sudah cukup lama. Ada empat bulan lebih. Tapi belum dipotong karena banyak alasan. Soal media tanam, ada akar yang belum padat serta kendala utama adalah, di ujungnya masih ada jambu yang sedang membesar.
Kan kasihan kalau dipotong. Asupan nutrisinya nanti akan berkurang, karena serapan nutrisi terganggu, akibat akar hasil cangkokan belum merata. Begitu besti. Saya pun mempersiapkan media tanam dan kebutuhan pendukung agar batang jambu cangkokan tidak layu.
Sebelum jadwal pulang sekolah anak-anak saya menuntaskan proses panen hasil cangkok. Memasukkan ke dalam bekas karung beras. Ada beberapa yang kurang, yakni kotoran hewan (kohe) yang masih kurang. Saya ingin taburkan dia agar bernutrisi media tanamnya.
Akhirnya saya benar-benar jadi petani sebisa sendiri. Belajar dari beberapa aplikasi dan juga menonton Youtube yang biasanya masuk beranda gawai saya. Yang kurang adalah, semua proses itu tidak dibikin videonya. Saya bisa bayangkan kalau ada yang ambil visual terhadap semua kegiatan bertani saya. Mungkin akan fyp salah satunya.
Foto kiri botol yang saya siapkan untuk "menyimpan air" di dalam karung serta planter bag. Penyerapan air ini dibantu oleh kain kasa yang disembunyi dalam media tanam. Dia akan menjadi sarana untuk menarik air dari dalam botol mineral bekas ke area perakaran pohonnya.
Pertanyaannya, apakah langkah ini berhasil? Berhasil atau tidak bukan ukuran. Namun, yang pasti, kita patut mencoba. Apalagi ini baru kita lihat di beranda media sosial yang muncul belakangan. Saya pun menuntaskan semuanya dengan senang hati. Seraya berharap, pola ini akan membantu tananama dalam menyerap air. Apalagi, jika kadangkala terlambat menyiramnya.
Ketika jadwal jemput tiba, saya tinggalkan semua kegiatan berkebunnya. Jam 11.30 menjemput Gulfam. Ketika sudah jam 15.50 giliran abangnya, Gazhi yang menunggu di depan pintu gerbang sekolah. Keduanya tiba di rumah dengan peluh yang basah. Setelah istirahat dan semua kegiatan wajib tuntas, saya merancang tujuan baru.
Sepertinya pukul 16.15 Wib baru bisa keluar. Setelah mengantar keduanya mengikuti pengajian di Masjid Meunara Baro, Mireuk, Aceh Besar. Baru setelah itu, saya ke Nyak Mad Kupi. Pramusajinya menyodorkan kopi coklat untuk saya. Pertama saya pikir akan menarik dan baik.Nyatanya, sedikit pahit.
Dengan berat hati, saya pun sembari memejam mati menghabiskan juga kopi coklat. Tapi tidak sekaligus. Seruputnya bertahap. Kelar shalat Ashar pun masih ada se pinggang gelas kecil.
Setelah pukul enam sore saya sudah berpindah tempat. Kali ini pulang. Masih ada yang harus diutak-atik diperkebunan mini saya. Ada banyak rencana dan hal yang ingin dilakukan, tapi belum bisa, karena bahan-bahannya harus dicari lebih dulu. Setelah dapat baru bisa dirancang. Saatnya malam turun. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
14/11/2024