Memulai Hikayat Pagi Hari

in Steem SEA3 days ago

Apakabar rekan-rekan?

Selepas mengurus rutinitas rumahan seperti biasa, saya tergoda keluar. Mencari warung kopi terdekat. Kebutuhannya bukan sekadar secangkir teh manis panas. Tapi ada lembaran yang selalu dirindukan. Dan ini paling susah dilupakan. Makanya, saya pun segera ke Bodin Kopi. Maps.

Sejatinya, tak banyak alasan untuk duduk di warung kopi ini. Saya bukan pecandu sanger, apalagi kopi. Terkadang, saya ke sini untuk memenuhi undangan ngopi dari beberapa sejawat. Kadang kala juga mampir di sini, sekalian membawa motor masuk doorsmeer. Tapi, kali ini saya ke sini, tidak untuk keduanya.

Entah kenapa, saya hanya ingin melihat lembaran koran saja. Meski terkadang, hanya membaca judul dan melihat foto-foto yang menarik. Terkadang, baru lama berhenti di halaman yang agak berat, seperti halaman opini. Di rubrik ini, mata lebih lama. Apalagi, jika ada opini yang menarik dan asyik. Atau ada teman, kolega yang menulis di sini.

20250216_121414.jpg20250216_121353.jpg
20250216_121533.jpg20250216_121511.jpg20250216_164017.jpg

Kali ini yang menarik saya bukan lembaran korannya. Tapi sebuah meja yang di atasnya ada dua lembar koran. Kedua-duanya koran lokal. Memang di sini tak ada koran lain, misalnya koran yang terdekat dengan kita Aceh, Waspada. Media tempat saya bekerja ini kantor pusatnya di Medan, Sumatera Utara.

Yang dekat saja tak ada, apalagi yang jauh, semacam Republika, Media Indonesia, Kompas, dan lainnya. Untuk kondisi sekarang, ini sangat-sangat langka. Tak ada lagi penjual koran seperti lima tahun atau tujuh tahun lalu. Sebelum Covid-19 melanda. Apalagi sejak derasnya arus digitalisasi media. Media sosial juga mewabah.

Akibatnya, orang-orang lebih banyak makan, eh maksudnya lihat gawai (smartphone), ketimbang membaca. Apalagi yang khusus membaca berita. Sudah jarang ditemua. Jarang sekali. Hal ini sudah saya alami dalam dua tahun terakhir. Bahkan mungkin dalam tiga tahun terakhir menjadi lebih parah.

Di mana parahnya?

Parahnya adalah lembaran koran itu menjadi seperti benda asing yang tak perlu dipegang. Terbukti, saat saya tiba di Bodin Kopi jam sudah pas 12 siang. Koran lokal Serambi Indonesia dan Prohaba masih rapi. Persis seperti saat pertama kali dilempar ringan oleh agen koran.

Tak ada yang pegang. Tak ada yang baca. Sudah separuh perjalanan matahari pagi ini, malah saya yang pertama membacanya. Ini bukan kondisi pertama kali begitu. Sempat terekam beberapa kali ini. Meski hingga tengah hari belum ada yang baca, si pemilik warung kopi tetap membeli koran tersebut.

Ia sudah tahu, selepas Zuhur mungkin akan ada pengunjung yang tanya. Tentu sambil minum kopi kesukaannya.

20250216_163946.jpg

Sekitar pukul dua siang, saya pindah ke warung lain. Kali ini di Nyak Mad Kupi. Saya sudah sering hangout di sini. Tapi bukan dari pagi. Biasanya dari jam 2 siang atau bahkan selepas ashar baru ke sini. Nyaris selama ini tak perhatian dengan koran. Tapi, melihat tipikal pengunjung saya sudah tahu. Tak ada korang di sini.

Sebab, pengunjunganya asyik bekerja dan sebagian yang muda-muda main game. Berita bisa mereka ikuti di media sosial alias medsos, seperti Instagram, TikTok, atau X.

20250216_171753.jpg20250216_171740.jpg

20250216_170045.jpg

Semua mudah dan gampang. Saya pun larut dalam kegiatan sendiri sampai selepas Ashar. Setelah itu saya berkunjung ke pesantren. Menjenguk anak sulung.

Cuaca kali ini cukup bersahabat. Kali ini saya malah datang lebih cepat. Pesan ibunya, minta saya membawa nasi. Saya pun memilih menu hidangan dari Duckter, Specialis Bebek Goreng.

Di situ juga saya membeli minuman. Cappucino Cincau. Hasilnya tidak mengecewakan. Si kakak makannya layap betul. Sampai-sampai hanya tinggal tulangnya saja. Wajar, sebab ini terlalu sadis untuk dibilang sedap.

Pasalnya ini memang enak sekali. Saya sudah berulang kali menikmati makanan di sini. Barangkali, jika ada punya waktu bisa mencobanya.



10 % payout to @steem.amal



Thanks for being with me and reading my post patiently


Introduce myself

Salam @Munaa


*****

divider-36066.png

Sort:  
 3 days ago 

Berita sekarang sudah pindah ke handphone semua, jarang sekali kitemui koran, bahkan bungkusan mie pake koran pun sudah gak ada lagi.. hehehe

 yesterday 

Nah, bener sangat. Lebih praktis dan mudah lewat hp. Soal bungkusan mie iyaa, betul sudah jarang juga lihat ada penjual mi pakai bungkusan dengan koran, hehe
terima kasih sudah singgah di postingan saya

 yesterday 

Sama-sama pak

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.24
JST 0.034
BTC 96461.55
ETH 2689.89
SBD 0.66