Berkebun Lagi, Rapat Kecil dan Kunjungan ke Pesantren

munaa (73)🆙Delegator ⭐⭐[2,000sp]|Club75in Steem SEA • yesterday

Setelah lama tak mengurus media tanam dan pot-pot kosong, akhirnya saya kembali turun tangan. Berhubung hujan sudah mulai reda dalam empat hari terakhir. Tanah pun sudah cukup kering dijemur. Maka pagi itu selepas mengantar anak sekolah, saya membereskan pekerjaan rumah di kebun. Waktu tak lama. Sebab, pukul sepuluh nanti harus menjemput anak ke sekolah. Kali ini mereka pulang cepat.

Karena guru ada rapat. Anak-anak pun tidak belajar maksimal seperti biasa. Usai mengurus pot-pot berisi tanah subur inilah, baru saya menjemput Ghazi ke sekolahnya. Waktunya memang serba tanggung. Sebab, satu jam setengah ke depan, giliran adiknya harus dijemput. Akhirnya kami pun memilih singgal di Cek Rim Kopi, Ulee Kareng.

Di sini kami duduk sambil membuat postingan dan memperbaiki beberapa masalah di aplikasi perpajakan. Kunjungan ke Cek Rim ini pertama kali saya lakukan. Tenyata cukup nyaman juga. Meski saya bukan penggemar kopi, tapi saya suka dengan atmosfer warung ini. Sangat nyaman. Sehingga saya berniat untuk mampir lagi. Semoga.

Setelah selesai menjemput Gulfam, tiga puluh menit sebelum pukul dua belas siang, kami langsung pulang. Karena hari ini ada les, kami sudah berencana untuk berangkat lebih cepat. Sebab, harus mampir ke beberapa toko untuk membeli kebutuhan olahraga Duo Ge. Awalnya saya mampir di toko obat untuk membeli vitamin. Di luar hujan sedikit gerimis. Sehingga menghambat gerak.

Ketika gerimis tak berarti basah, kami pun menerabas jalan yang sedikit lengang. Saat tiba di Lambhuk, kami singgah di One Sport. Kali ini untuk membeli bola nomor empat. Untuk dipakai anak-anak umur di bawah sepuluh tahun. Setelah dapat bola kesukaannya, kami segera ke tempat les. Di Beurawe. Masih satu jalur, bertetangga dengan Lambhuk.

Usai menurunkan mereka di les, saya menuju ke Sentra Kopi.

Saya sudah janjian dengan seorang Master Ceremony (MC) Dosi Elfian. Dia Ketua Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI). Ada rapat kecil untuk beberapa kegiatan ke depan. Saat tiba di lokasi, saya mencari-cari Dosi. Tapi, sayangnya tidak ada di semua meja yang saya senter. Di salah satu kursi mata saya membentur para mantan. Mereka bertiga duduk di sana. Terlibat diskusi serius.

Trio mantan itu adalah Zainal Abidin alias Keusyik Zainal. Dia mantan Wakil Wali Kota Banda Aceh. Juga mantan kandidat Wali Kota Banda Aceh yang gagal. Di depannya, ada Amiruddin. Dia mantan Penjabat Wali Kota Banda Aceh. Juga mantan kandidat Bupati Pidie yang gagal pada pilkada 27 November 2024 lalu. Amiruddin juga mantan Sekda Kota. Kini dia sudah pensiun dari birokrasi.

Sosok yang terakhir adalah Usman. Dia mantan pekerja di Bank Central Asia (BCA). Terakhir dia jadi politisi dan Wakil Ketua DPRK Banda Aceh. Pada pemilu lalu, dia tak terpilih lagi sebagai wakil rakyat. Ketiganya terlibat diskusi cukup serius. Sayangnya tak ada peluang untuk mengambil foto. Takut nanti dipikir negatif. Tapi, dia duduk bertiga seperti orang biasa. Tak ada yang datang menyapa atau sekadar menegurnya.

Termasuk saya yang kenal mereka. Berat rasanya untuk sekada menyapa. Tak tahu entah kenapa?

Saya mengabaikan mereka. Lalu, kami serius dalam diskusi sendiri hingga tak terasa sudah terdengar suara azan Ashar. Rapat kecil ini dilanjutkan oleh Dosi dkk. Karena harus menjemput anak-anak dari les, saya pun pamit duluan. Sebab, setelah ini akan berkunjung ke Pesantren Modern Babun Najah di Ulee Kareng. Menjenguk anak sulung.

Kunjungan kali ini tidak bisa lama. Setelah membeli es teh lecce untuk dibawa ke pesantren, kami mampir sejenak. Bincang-bincang dengan si kakak. Belasan menit kemudian harus berpisah lagi. Sebab, waktu kungan sudah berakhir. Lebih kurang ada waktu 30 menit bertemu. Setelah itu kami pulang.