The Diary (18 April 2024) - Tradisi Sungkeman Keraton Yogyakarta
Menjelang kumandang Shubuh, aku bergegas mandi dan bersiap untuk keluar menunaikan salat shubuh. Aku membangunkan salah satu rekan sekamarku untuk ikut pergi bersama, Marwazi, dia salah satu lulusan Uin Sunan Kalijaga yang sedang mempersiapkan proposal untuk melanjutkan studi doktoralnya. Suasanaan Kota Yogyakarta di sepanjang Jalan Imam Bondjol masih begitu sepi. Kendaraan yang melintas masih bisa dihitung jari. Waktu Shubuh di sini pukul 04.20. Kami salat di salah satu mesjid yang masih terjangkau dengan tempat tinggal. Mesjid syuhada, menjadi masjid favoritku tiap melaksanakan salat shubuh.
Sepulangnya dari sana, aku membuka laptop dan mengecek beberapa pemberitahuan media seperti e-mail dan pesan whatsapp, barangkali ada pesan penting yang harus kubaca. Aku membuat tulisan harian steemit. Biasanya aku akan terus berada di depan laptop hingga jam sekitar jam 08.00. Jika ada kegiatan kampus, tentu aku akan bersiap untuk pergi kesana. Namun jika tidak ada jadwal sama sekali, aku akan beristirahat.
Pukul 09.00, aku pergi menuju kantor Gubernur Sultan Yogyakarta, orang Jogja menyebutnya Bangsal Kepatihan Yogyakarta semacam pendopo kalau di daerah Aceh. Hari ini ada event Halal Bi Halal Kesultanan dengan semua masyarakat yang tinggal di Jogja. Antrian yang begitu panjang membuat kami hampir menyerah begitu saja.
Harapan untuk bersalaman dengan Sultan pun hampir sirna di bawah terik matahari yang mulai memanasi area. Kami memaksakan diri untuk tetap berada di barisan antrian. Tampak semua orang tertib tanpa ada desakan dan kerusuhan. Setelah menunggu hampir satu jam-an. Akhirnya kami bisa bersalaman dengan Sultan Hamengkubuwono X dan Istrinya GKR Hemas, setelahnya kami menikmati hidangan berbagai macam makanan yang disediakan.
Perlu diketahui bahwa Sultan Hamengkubuwono X merupakan penerus tahta kesultanan Keraton Yogyakarta sejak tahun 1989. Beliau lahir 1946, jadi secara umur hampir menjajaki 80 tahun. Kesultanan Yogya telah ada sejak abad ke-18. Dulunya Keraton Yogya masih bersatu dengan Kerajaan Mataram Islam. Namun karena perpecahan, terbentuklah Kesultanan Yogyakarta. Terlepas sekarang katanya kesultanan yang murni telah terputus saat Sultan HB. IX. Bahkan saat Sultan HB. 3. Sultan HB. X tidak memiliki anak lelaki. Kelima anaknya adalah perempuan. Namun beliau tetap setia dengan GKR Hemas walaupun pernah didesak untuk berpoligami agar memiliki anak lelaki yang akan meneruskan tahta keraton. Secara hukum kerajaan Yogyakarta, putra mahkota tidak boleh diwariskan kepada perempuan. Sehingga di internal kerajaan sendiri menimbulkan berbagai getaran. Tapi yang pasti GKR (Gusti Kanjeng Ratu) Mangkubumi sebagai anak pertama HB. X kemungkinan besar akan menggantikan posisi ayahnya kedepan. Tapi, saya tidak ingin membahas itu lebih jauh.
Kegiatan Halal bi halal di Keraton Yogyakarta terakhir dilaksanakan 2019 lalu. Tahun ini perdana dilaksanakan kembali. Masyarakat antusias ingin bersalaman secara langsung dengan Raja Keraton tersebut, khususnya masyarakat Yogyakarta. Namun banyak juga berasal dari kalangan mahasiswa yang ingin merasakan euforia salaman dengan Sultan HB. X. Bahkan turis asing juga ikut serta pada kegiatan yang diselenggarakan setelah idul fitri tersebut.
Setelah mengikuti kegiatan temu ramah dengan Sultan sekaligus Gubernur DIY tersebut, siang ini aku telah mengagendakan untuk diskusi dan belajar bersama untuk persiapan uts di salah satu rumah rekan kuliah. Minggu ini kami melaksanakan uts pasca lebaran kemarin. Kami memecahkan soal-soal yang belum dipahami jalan penyelesaiannya dengan diskusi. Hingga tak terasa sore telah tiba, dan aku kembali setelah memprint beberapa materi untuk kupelajari lagi malam ini di kostku.
Malam ini tak ada agenda yang kurencanakan. Aku fokus untuk belajar dan memahami materi yang telah kudiskusikan tadi siang bersama teman-teman. Pukul 11.00 malam aku menghentikan aktifitasku dan beristirahat agar besok bisa bangun dengan segar.
Momen yang sangat mengesankan, bisa bersalaman dengan orang-orang hebat
Benar sekali sob.
Gunakan tag utama #steemexclusive #indonesia #club5050
Lupa tulis tag ya :)
Wahh terimakasih bg @waterjoe saya lupa buat tag hahaha🙏
hhh
Gambar yang menyiratkan budaya Jawa (kepala menunduk) tidak mau menatap ke mata Sultan. Bahkan pada saat mendekati Sultan (proses mengantri). Saya sedikit penasaran, apakah hal tersebut berlaku di Aceh?
Benar bg. Sperti penghormatan trsendiri untuk sultan. Biasa hal dmikian akan berlaku pada org2 yg memiliki pengaruh kalau di Aceh. Sperti bersalaman dgn para ulama.
Ternyata seperti itu juga. Terima kasih atas ilmu yang bermanfaat ini.