Lukisan Kolaborasi Penuh dengan Makan "Gambar Tikus Berdasi dalam Burung Garuda" karya seniman asal Banjarmasin Rokhyat.
Lukisan "Tikus Berdasi dalam Burung Garuda" karya seniman asal BanjarmasinRokhyat menggambarkan ironi besar dalam realitas bangsa Indonesia saat ini. Lambang Burung Garuda yang menjadi simbol kebanggaan dan kedaulatan Negara Republik, ternyata dikuasai oleh tikus-tikus rakus yang berdasi menggerogoti keadilan sosial, moralitas, dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Rokhyat menyematkan sosok "Tikus Berdasi" dalam lukisannya yang sering dikaitkan dengan koruptor dan pejabat yang serakah di dalam tubuh seekor Burung Garuda. Lukisan ini menggambarkan para oknum penguasa yang berlindung di balik jabatan strategis yang mempunyai kekuasaan dan wewenang tinggi sehingga mampu menggerogoti berbagai hal demi memenuhi kepentingan pribadi demi memperkaya dirinya sendiri tanpa mempedulikan rakyatnya yang menjerit kelaparan.
Seorang pejabat negara dengan gaji ratusan juta per bulan seharusnya tak perlu mencuri hak-hak rakyatnya. Namun, Realita Korupsi yang sudah menjadi budaya para penguasa tetap merajalela. Mengapa? Tikus-tikus berdasi dalam birokrasi tak lagi sekadar mencari makan demi kebutuhan seharinya melainkan terus memperbesar perut mereka dengan rakus.
Begitu ironisnya tikus berdasi yang memanfaatkan burung Garuda sebagai topeng kolaborasi demi keuntungan semata. Mereka hidup dalam lingkaran ketamakan, di mana kekayaan dianggap sebagai ukuran kesuksesan. Jabatan yang seharusnya menjadi amanah yang akan di pertanggung jawabkan di kemudian hari nanti, berubah menjadi alat untuk memperkaya diri sendiri.
Semoga di negeri ku tercinta Indonesia Raya ini masih ada burung Garuda yang mampu membunuh tikus berdasi tanpa harus menghilangkan jati diri bangsa demi kejayaan pribadi.
Cocok! Negara ini memang sedang dikelola gerombolan tikus paret.
Mungkin maksud Anda dalam judul adalah "Penuh Dengan Makna", tetapi "Makan" juga bisa menemukan korelasinya dengan tema tulisan, karena kita tahu tikus-tikus itu -seperti kata Bang Iwan Fals dalam "Tikus-Tikus Kantor"- bahwa mereka taj kenal kenyang dan rakusnya bukan kepalang.