Sebuah Catatan di tengah Hujan…
Saat ini saya tengah berada di sebuah warung kopi yang letaknya agak-agak mojok ke ujung kabupaten, di tengah riuh gemuruh hujan. Jelas ini bukan warung kopi berlisensi logo hijau yang sering jadi tempat persinggahan kelas menengah urban ya. Ini hanya sebuah tempat sederhana yang disoraki aroma robusta dan nostalgia.
Hujan deras mengguyur atap seng warung ini dengan ritme monoton. Terlalu deras sampai-sampai mampu meredam suara pengunjung yang biasanya cukup ramai. Padahal di hari hari yang cerah, suasana di sini hampir sama seperti ricuhnya mahasiswa vs aparat beberapa hari silam.
Ada rasa lapar yang mulai menggelitik perut dalam kelelapan suasana. Mata saya juga tak lepas dari rasa kantuk yang terus menyerang, lantaran bermalam-malam saya ekstra kurang tidur akibat terjebak dalam pusaran usaha mencari nafkah yang tak ada habisnya. Huffttt… bahkan jaringan internet di sini pun ikut-ikutan malas. Koneksi yang lelet membuat ponsel saya hanya menampilkan lingkaran yang berputar-putar tanpa akhir saat membuka jendela Steemit.
Karena tak ada sesuatu yang berarti yang bisa dilakukan di tengah situasi ini, saya memutuskan untuk menulis postingan kosong ini. Postingan ini mungkin bukan sebuah epik atau esai yang penuh gagasan besar, tetapi sekadar renungan ringan yang mencoba merangkai serpihan-serpihan kenyataan menjadi sebuah narasi yang dapat dinikmati. Toh, kita harus bersyukur atas hal-hal kecil yang melintas di depan mata, meski itu hanya seteguk kopi panas di tengah hujan deras yang mengguyur.
Di sisi kiri warung kopi ini saya menyaksikan seorang anak kecil yang masih belia. Usianya mungkin baru sekitar lima atau enam tahun, tubuhnya mungil terbungkus jaket tipis yang jelas tak cukup melindunginya dari dingin. Gadis kecil itu meringkuk di pangkuan bapaknya, cukup menggigil dengan pipi yang kemerahan, entah karena udara dingin atau hanya sekadar lelah. Matanya sayunya menyiratkan kelelahan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang belum paham apa itu kehidupan, tapi sudah harus mencicipi getirnya.
Sang bapak dengan penuh kasih menggendongnya usai memakaikan anaknya sebuah raincoat yang sudah kusam, tetapi cukup untuk menahan dinginnya angin yang menusuk tulang. Mereka berdua menuju ke parkiran. Sepeda motor mereka akhirnya lepas dari pandangan saya, membawa pergi bayangan seorang bapak dan anak yang dicintainya.
Aku merindukan putri-putriku saat ini. Rindu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rindu yang menggigit seperti angin dingin yang merasuki pori-pori di malam yang basah ini. Mereka adalah warna-warna cerah di tengah kekelabuanku.
Saya memandang ke sekeliling sembari melihat para pengunjung yang datang dengan tujuan yang berbeda-beda. Ada yang datang untuk mencari kehangatan di tengah hujan, ada pula yang sekadar ingin melepas penat setelah hari yang panjang.
Di pojok lainnya, seorang pria seusiaku tampak sibuk dengan ponselnya. Mungkin dia sedang mencoba menghubungi seseorang, atau mungkin sekadar menjelajah dunia maya yang bisa kupastikan cukup lamban. Wajahnya dipenuhi konsentrasi seakan ada sesuatu yang sangat penting yang sedang dia cari. Atau bisa saja dia hanya sedang menunggu hujan reda sembari berharap waktu berjalan lebih cepat.
Saat saya berencana untuk memosting ini, suasana warung kopi terasa mulai lengang. Hanya tersisa beberapa orang yang masih bertahan. Ada yang sedang menunggu hujan berhenti—yang mana hujannya sudah mulai reda saat ini—dan ada juga yang menikmati momen hening yang semakin sulit ditemukan di tempat-tempat lain. Di sudut yang tadinya penuh dengan tawa anak muda kini hanya tersisa cangkir-cangkir kosong dan tisu bekas.
Banyak yang sudah pergi, membawa serta kebahagiaan mereka, meninggalkan warung ini kembali ke dalam kesunyian yang hanya bisa dipecahkan oleh suara hujan di luar.
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Your activity is very nice. I like these foods very much. I prefer Singhara. thanks friend Good luck.🥰
Click Here
Terima kasih untuk bacaannya, saya sangay menyukainya. Anda membahas suasana di kafe dengan pelukisan yang baik. ✨️
Salam kenal pak 🙏
Thank you very much
Membaca tulisan anda seperti ada puitis di dalamnya membuat saya tersenyum dan terbuai dengan kata-kata yang anda alunkan, tulisan panjang tapi tak terasa tiba-tiba habis aja. Salut sama kemahiran anda merangkai kata... Boleh dong sekali-kali saya mencoba menulis seperti anda. 😅
You are please to write the way you like it @ifatniza, no need to be so serious, take it slowly and you will realize that you are better than me
Siap boss🫡
Hola @el-nailul
Vivigibelis me llamó para que te contactara Pero no sabía cómo así que lo hago por este medio.
Aquí en Venezuela no hay electricidad desde la madrugada y Vivigibelis no tiene señal de internet. Para que tomes previsiones por favor
Tell her that no need to worry too much, @enamul17 and I will take care of her day @yonaikerurso. I hope @vivigibelis will be back online soon
Gracias por el apoyo chicos. Lo valoró mucho.