Jejak Sejarah dan Potensi Kecamatan Trienggadeng: Dari Masa Kolonial hingga Kini
Jailani, S.E. MM
(Camat Trienggadeng sekarang)
TRIENGGADENG PIDIE JAYA. – Camat Trienggadeng, Jailani, S.E., MM, dalam wawancara dengan penulis (CM Cek Mad) dari media ini menyampaikan informasi menarik tentang sejarah pemerintahan, perkembangan wilayah, dan potensi Kecamatan Trienggadeng. Dengan luas wilayah sebesar 148,46 km² atau 4,38% dari total luas Kabupaten Pidie Jaya, kecamatan ini terus berkembang sebagai salah satu kawasan strategis di wilayah tersebut.
Batas Wilayah dan Demografi
Kecamatan Trienggadeng berbatasan langsung dengan:
-Utara: Kecamatan Panteraja dan Selat Malaka.
-Selatan: Kecamatan Bandar Baru dan Meureudu.
-Barat: Kecamatan Bandar Baru dan Panteraja.
-Timur: Kecamatan Meureudu.
Pada tahun 2023, jumlah penduduk Trienggadeng mencapai 24.380 jiwa dengan komposisi 11.898 laki-laki dan 12.482 perempuan.
Pendidikan dan Kesehatan
Trienggadeng memiliki fasilitas pendidikan lengkap dari tingkat dasar hingga menengah atas:
Pendidikan dasar: 12 SD.
Pendidikan menengah pertama: 4 SMP dan 2 MTs.
Pendidikan menengah atas: 3 SMA, 1 SMK, dan 1 MA.
Di sektor kesehatan, terdapat 1 puskesmas rawat inap, 1 poliklinik, dan 1 apotek yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat.
Sejarah Nama Trienggadeng
Asal usul nama Trienggadeng memiliki beberapa versi cerita rakyat:
- Bambu Kuning: Nama ini merujuk pada banyaknya rumpun bambu kuning yang dahulu tumbuh subur di wilayah ini.
- Tanduk Gading: Cerita ini mengisahkan kawanan kerbau yang tanduknya dibengkokkan dengan bambu yang dibakar untuk mengelabui pemiliknya.
- Perbatasan Kerbau: Kisah serupa dengan versi kedua, tetapi terjadi di wilayah timur Trienggadeng yang berbatasan dengan Beuracan.
Meski demikian, ketiga versi ini masih membutuhkan kajian mendalam untuk menentukan cerita yang paling mendekati kebenaran.
Sejarah Pemerintahan
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, Trienggadeng memiliki peran strategis:
Masa Belanda: Trienggadeng menjadi bagian dari wilayah Asisten Kewedanaan.
Masa Jepang: Wilayah ini menjadi benteng pertahanan dengan bukti berupa terowongan Jepang di Gampong Sagoe.
Daftar Camat Trienggadeng
Sejak berdirinya, Trienggadeng telah dipimpin oleh 22 camat, mulai dari T.A Hamid hingga camat saat ini, Jailani, S.E., MM. Nama-nama tersebut mencerminkan perjalanan panjang administrasi wilayah ini.
Nama-nama Camat di Trienggadeng
- T.A Hamid-Kepala Negeri
- Basyah-Kepala Negeri
- Syakubat
- Tgk. Sulaiman
- Abdullah Cut (1962-1971)
- Abdullah Risyad (1971-1980)
- Yacob Hasan (1980-1983)
- Abdullah AB, BA (1983-1985)
- Drs. Muhaji Yusuf (1985-1986)
- Drs. Sulaiman Abdullah (1986-1988)
- M. Yasin H. Mahmud, BA (1988-1990)
- Drs. M. Husen Ishak (1990-1992)
- Drs. Lutfi Sulaiman (1992-1996)
- Abdul Halim Ahmad, BA (1996-2002)
- Drs. Ratmi Abdullah (2002-2005)
- Drs. Helmi Yahya (2005-2007)
- Fuadi Iskar, BA (2007-2008)
- Drs. Marzuki (2008-2012)
- Ishak Ibrahim, SE (2012-2020)
- Fuad Ansari, S.STP, MM Plt.(2021)
- Jafaruddin, S.Pi, MM (2021-2024)
- Jailani, SE, MM (2024-sekarang).
Potensi Wilayah
Potensi unggulan Trienggadeng meliputi sektor pertanian, dengan mentimun dan pisang sebagai komoditas utama. Selain itu, letaknya yang strategis mendukung pengembangan sektor pariwisata, seperti kawasan wisata pantai Islami.
Camat Jailani menutup paparannya dengan optimisme akan masa depan Trienggadeng. “Dengan kerja sama dan dukungan masyarakat, Trienggadeng akan terus berkembang menjadi kecamatan yang maju dan sejahtera,” ujarnya.
Editor: CM Cek Mad