You are viewing a single comment's thread from:
RE: The Taste is Not Worth the Sin: Mi Instan di Tengah Kebekuan Udara |
Waahh.. jadi penasaran kita🤔 gimana ceritanya, mie instant yg cuma diseduh air panas aja udah enak asalkan bumbunya lengkap apalahi tambahvtwlur kok jadi terasa tawar meunan🤔
Tapi, agak masuk akal juga, sebab beda tangan yg masak meskipun cuma mie instant bisa beda nikmatnya. Saya bukan penggemar mie instant (mungkin karena waktu kecil sudah geu talak (dibikin puas sampai tak ingin lagi) lee mamak😅) cuma jadi penikmat mie instant socially. Sebab yang lain makan, awak ambil juga sikit aja. Sama macam bakso/mieso gitu juga.
Waktu masa bertahan hidup sebagai anak kost pun saya lebih memilih ngutang mie goreng daripada makan mie instant😁 makanya kalau pergi2 bawa pisang rebus atawa pisang wak aja bang ayi 😁 biar tak merasa berdosa.
Saya punya ekspektasi tinggi terhadap mi instan karena yang di rumah rasanya lebih enak. Sebenarnya nggak suka dengan junkfood karena tidak sehat. Makanya ketika makan terasa nggak seenak biasanya, jadi merasa bersalah sudah makan mi instan.
Kalau nggak ada perbandingan memang nggak masalah keknya yaa? Gegara ada standard tertinggi di rumah, yg laen tabeu mandum lah!
Jafi ingat kawan baik di Vietnam yg tergila2 pada indomie goreng 😅 tiap kali dia belanja bulanan, pasti cepat2 pamer foto dus mie instant nya ke cicik lewat discord chat 😅🤣 padahal adeknya penggemar K-drama yg banyak iklan mie instant, terus rasa segala Korea ada. Tapi dia tetap keukeuh dgn indomie gorengnya 🤦 awak suka Vietnam pho, kawan awak sukanya malah indomie goreng😅
Di sejumlah negara Afrika, mi instan kan termasuk makanan mewah.