BUKAN MALAHAYATI || NOT MALAHAYATI
Terkait nama yang dicantumkan di SK penobatan Malahayati sebagai Pahlawan Nasional. Seharusnya, "Keumalahayati" bukan Malahayati.
▪Karena secara etimologi Aceh, "Mala" berarti layu. "Hayat" berarti hidup. "Malahayati" berarti Hidup yang layu. Dalam bahasa Arab, Mala berarti harta, dan tidak mungkin terminologinya 'Harta yang hidup'. Justru,jika menilik nama seorang pahlawan seperti beliau sepertinya ada kesalahan jika merujuk etimologi diatas.
▪Dan, dari beberapa literasi sejarah nama beliau ditulis dengan Keumalahayati; yang berarti "Kesempurnaan Hidup". Bukan Malahayati. Kesalahan ini, jika terus dibiarkan akan menjadi perdebatan tokoh sejarah di masa depan. Belum lagi soal photo Keumalahayati.
▪Apalagi dicantumkan dalam sebuah Surat Keputusan yang mengikat secara regulasi. Hal ini sama dengan persoalan Jilbab yang ada pada Cut Nyak Dhien atau Cut Mutia. Pokok djih tanyöe bagian Peutupat Iküe Mï sabé-sabé.
▪Nah, merujuk posisi nya sebagai seorang Laksamana. Keumalahayati adalah sosok Laksamana perempuan pertama di dunia. Hal ini menegaskan kepada kita, persoalan Gender adalah term yang sudah selesai di Aceh jauh sebelum Barat menemukan teorinya. Tentunya, Genderisasi di Aceh begitu dinamis, tidak kaku, dan mengacu pada nilai-nilai Agama dan Budaya.
▪Dalam Qanun Syara' Al Asyi, seorang Laksamana harus memiliki 15 Syarat:
(1) Memenuhi 16 syarat menjadi Ulée Balang.
(2) Mengetahui perihal peperangan.
(3) Memahami Strategi Perang.
(4) Menguasai Ilmu Perang.
(5) Mengetahui tertib Darjah (tingkat) si Fael (Prajurit/Si Pai).
(6) Setia kepada Sultan, negeri dan Rakyat.
(7) Mengurus Persenjataan.
(8) Mengurus makanan dan pakaian si Fael (Prajurit).
(9) Mampu mengajar si fael senjata.
(10) Mampu mengajar si fael silat.
(11) Semua si fael diperintahkan menuntut ilmu kebal.
(12) Saling kasih-mengasihani kepada semua si fael.
(13) Memberi tadah dalam setiap orang dalam sebulan lima tahil.
(14) Tadah yang diberikan tidak mesti sama, tapi sebanyak-banyak tadah adalah lima tahil.
(15) Memberi nasehat kepada semua si Fael.
▪Syarat ini, sudah mencakupi tanggung jawab seorang Laksamana. Melihat semua syarat ini. Keumalahayati adalah sosok yang memiliki kesempurnaan dalam bidang peperangan yang melebihi seorang laki-laki. Jika, penulisan namanya salah maka kesan kesempurnaan ini akan terasa abai.
▪Kesempurnaan ilmunya layak dengan kesempurnaan yang melekat pada namanya. Jangan sampai, kesalahan penulisan akan menjadi pembenaran dimasa depan dan membuat kita Abéh Batrée bak Peubulat Lampu Senté. Dan seakan persoalan sepele, hingga muncullah para sejarawan dadakan alias 'googelan'. Padahal, pendekatan sejarah adalah ragam perspektif termasuk Linguistik. Jangan seperti Lombard yang mengartikan "Kejam" pada Istilah "Al Qahhar".
▪Oleh Karena itu, jangan latah ngomong Gender jika nilai yang melekat pada seorang wanita Aceh masa lalu tidak kita ketahui dan kita perjuangkan. Menyamakan Laksamana Keumalahayati yang berperang demi agama dan negaranya dengan Malahayati Jaman Now yang sekedar 'Pöh Bandét' dalam Bak Seukée adalah keliru alias Dhillun Mudhillun. Ada Meuhöe.
From the beginning, I actually have protests related to the name listed in the coronation decree of Malahayati as National Hero. Supposedly, "Keumalahayati" is not Malahayati.
▪ Because etymologically Aceh, "Mala" means withered. "Hayat" means life. "Malahayati" means Life withered. In Arabic, Mala means treasure, and it is not possible to terminologinya 'Living treasure'. In fact, if you look at the name of a hero like him it seems there is a mistake when referring to the etymology above.
▪ And from some historical literature his name was written with Keumalahayati; which means "Perfection of Life". Not Malahayati. This error, if it continues to be left will be a debate of historical figures in the future. Not to mention about Keumalahayati photo.
▪Effectively included in a regulatory binding Decree. This is similar to the existing veil problem on Cut Nyak Dhien or Cut Mutia. Principal djih tanyöe part Peutupat Iküe Mï sabé-sabé.
▪ Well, referring to his position as an Admiral. Keumalahayati is the figure of the first female admiral in the world. This confirms to us that the issue of Gender is a term that has been completed in Aceh long before the West finds its theory. Of course, Genderisasi in Aceh is so dynamic, not rigid, and refers to the values of Religion and Culture.
▪ In Qanun Syara 'Al Asyi, an Admiral must have 15 Requirements:
(1) Meet the 16 conditions to be the Balang Ulée.
(2) Knowing about war.
(3) Understanding the War Strategy.
(4) Mastering the Science of War.
(5) Knowing the order of Darjah (level) of the Fael (Soldier / Si Pai).
(6) Faithful to the Sultan, the country and the People.
(7) Take care of the Armament.
(8) Take care of food and clothing of the Fael (Soldier).
(9) Able to teach the fael weapon.
(10) Able to teach the fael silat.
(11) All the fael are instructed to be immune.
(12) Mutual love-pity to all the fael.
(13) Giving a cage in each person in a month of five years.
(14) The provided caterer is not necessarily the same, but as many as five cisterns.
(15) Advise all the Fael.
▪This condition, already covers the responsibilities of an Admiral. View all these terms. Keumalahayati is a figure who has perfection in the field of war that exceeds a man. If, the writing of his name is wrong then the impression of this perfection will feel neglected.
▪ The perfection of knowledge is worthy of the perfection attached to its name. Do not let, the errors of writing will be the justification of the future and make us Abe Batrée like Peubulat Lamp Senté. And as if a trivial matter, until emerging historians impromptu aka 'googelan'. In fact, the historical approach is a variety of perspectives including Linguistics. Do not be like Lombard who defines "cruel" to the term "Al Qahhar".
▪ Therefore, do not speak Gender if the value attached to a past Acehnese woman is unknown to us and we strive for. Equalizing Admiral Keumalahayati who fought for his religion and his country with Malahayati Jaman Now who simply 'Pöh Bandét' in Bak Seukée is a misnomer aka Dhillun Mudhillun. There Meuhöe?.
Postingannya dah mantap ni mas bro