The Undetected Series

in #history7 years ago

image

Menghargai Informasi ala Saad bin Abi Waqqash ~

Persia akan menyerang. Kekuatan mereka tidak kurang dari 100.000 prajurit. Dalam sekejap, kabar itu sampai ke telinga Umar bin Khaththab, Khalifah Pemerintahan Islam saat itu.

image

Sadar akan betapa seriusnya kabar tersebut, sang Khalifah mengambil keputusan besar: dia akan terjun ke medan perang, memimpin pasukan muslim melawan Persia. Dan selama Khalifah pergi berperang, Ali bin Abi Thalib akan menduduki kursi Khalifah.

Namun keputusan tersebut ditentang oleh para penasehatnya. Mengirim Khalifah pergi berperang terlalu besar resikonya. Solusi yang lebih baik adalah mengirim seorang panglima yang hebat untuk memimpin pasukan muslim. Sementara itu, Khalifah tetap di Madinah.

Solusi tersebut disetujui. Maka ditunjuklah seorang kesatria berjuluk “Singa yang Menyembunyikan Kukunya”, yaitu Saad bin Abi Waqqash. Saad bin Abi Waqqash pun berangkat beserta 30.000 prajurit muslim menuju Qadasiyah (Irak) untuk menyambut serangan 100.000 prajurit Persia. Sebuah pertempuran dahsyat bernama Perang Qadasiyah akan tercatat sesaat lagi.


Bila membahas perang-perang selama era Rasul dan Khulafaur Rasyidin, ada sebuah pola yang paling sering berulang, yaitu:

  1. Serangan diinisiasi oleh pihak lawan dengan jumlah pasukan yang besar (entah itu Persia, Romawi, Quraisy, Yahudi, atau pihak lainnya).

  2. Pasukan muslim menyambut serangan itu, tetapi dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit.

  3. Pasukan muslim menang.

Demikian pula dengan perang melawan Persia kali ini —yang kemudian dikenal dengan Perang Qadasiyah— pola yang sama kembali terulang. Pasukan muslim kembali menang. Maka kalau aku bahas dari sisi perangnya saja, rasanya akan membosankan karena tidak ada sesuatu yang baru.

Alih-alih, aku akan membahas sebuah kebijakan Saad bin Abi Waqqas yang menjadi salah satu alasan kemenangannya dalam Perang Qadasiyah. Aku rasa ini sangat menarik untuk direnungkan dan dipraktekkan, terutama bagi kita generasi millennial. Mari simak.


Saad bin Abi Waqqash –atau kita sebut saja Saad— dan pasukan muslim memulai perjalanan panjangnya dari Madinah ke Qadasiyah.

Bila dilihat di google maps, waktu tempuh Madinah-Qadasiyah itu 284 jam dengan berjalan kaki. Itu dengan catatan si pejalan kaki sama sekali tidak beristirahat, alias jalan non-stop. Namun bila sudah ditambah waktu istirahat dan berkemah, waktu tempuhnya bisa berkali-kali lipat lebih lama, bahkan bisa berminggu-minggu.

Berhubung moda transportasi darat terbaik saat itu adalah kuda dan unta, Saad dan pasukan muslim harus melewati waktu selama itu untuk sampai ke Qadasiyah. Bahkan bisa jadi lebih lama lagi. Pasalnya, medan perjalanan ke Qadasiyah bukan berupa aspal atau semen yang mulus, tetapi berbukit, berbatu, dan berpasir. Terbayang kan sulitnya.

Selama perjalanan, Saad memiliki kebiasaan yang unik, yaitu kirim-kiriman surat dengan Khalifah Umar bin Khaththab.

Jangan bayangkan sepasang kekasih yang sedang kirim-kiriman surat yang isinya cuma rayuan manis-manja. Soalnya, isi surat mereka benar-benar seputar kondisi perang. Ketika Saad menulis surat, dia akan menuliskan kondisi pasukannya dengan sedetil-detilnya, bahkan sampai posisi duduk dan selonjor pasukannya.

Setelah selesai ditulis, surat itu dikirimkan ke Khalifah Umar bin Khaththab. Nanti Khalifah akan membacanya, lalu mengirim surat balasan untuk Saad yang berisi perintah berikutnya.

Begitulah rutinitas Saad selama perjalanan: surat menyurat dengan Khalifah. Saad mengirim surat yang berisi kondisi pasukan, logistik, medan, dll, lalu Khalifah mengirim surat balasan yang isinya instruksi selanjutnya.

Mengapa aku menyebutnya kebiasaan unik? Ada dua alasan untuk itu.

Yang pertama, ini bukti bahwa Saad menghormati posisi Umar bin Khaththab sebagai Khalifah. Meskipun sedang ditampuk sebagai panglima pasukan, Saad tidak besar kepala dan bertindak berdasarkan keputusan pribadinya. Dia tetap membutuhkan tuntunan dari Khalifah.

Yang kedua –ini dia yang menarik– adalah metode surat-menyuratnya.

Kamu tahu sendiri, sekarang sudah ada faximile, email, dan bahkan WhatsApp. Dengan fasilitas tersebut, sebuah pesan bisa terkirim nyaris seketika pada si penerima meskipun yang satu ada di kutub utara dan yang lainnya ada di kutub selatan.

Namun dulu, media terbaik untuk mengirim pesan adalah melalui kurir yang naik unta atau kuda.

Nah, sekarang bayangkan kamu adalah Saad. Dan sekarang, kamu sudah sampai di Hail, yang jaraknya 94-jam-dengan-berjalan-kaki dari Madinah. Maka kamu memutuskan untuk mengirim surat pada Khalifah dan berharap mendapat balasan yang isinya instruksi selanjutnya. Apakah kamu bakal dapat balasannya dalam hitungan detik, menit, jam, atau setidaknya hari?

Ck, naif sekali. Hitungan minggu lebih masuk akal. Ya, Saad bisa menunggu lebih dari satu minggu hanya untuk menunggu sebuah instruksi dari Khalifah. Itu cukup gila. Butuh kepercayaan dan kesabaran setinggi apa untuk menunggu selama itu?

Duh, kasihan banget ya orang-orang zaman dulu. Mereka harus nunggu seminggu hanya untuk menerima sebuah informasi!

Namun tunggu dulu. Justru karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menerima sebuah informasi, mereka jadi SANGAT menghargai informasi tersebut.

Sebuah surat dari Khalifah yang diterima Saad akan dibaca dengan sangat hati-hati, direnungkan, lalu ditindaklanjuti dengan sebijaksana dan se-kepala-dingin mungkin. Soalnya, surat yang diterima Saad ini barang yang super-duper-ultra mewah. Surat selanjutnya mungkin baru akan didapat beberapa minggu lagi. Ini sama sekali bukan hiperbola.

Sekarang bandingkan dengan zaman sekarang, di mana informasi bisa didapat dengan seketika. Namun yang terjadi adalah orang-orang mudah galau dan marah hanya karena pesannya cuma di-read, mereka baca komentar di sosmed yang bertentangan dengan pendapatnya, atau mereka baca berita di surat kabar online.

Proses perenungan ala Saad bin Abi Waqqash sudah nyaris hilang. Orang-orang jadi terlalu reaktif. Informasi tidak lagi dihargai dengan semestinya. Ini tragedi.

Menurutku, inilah alasan paling logis kenapa era sekarang disebut era fitnah. Pasalnya, informasi beredar terlalu cepat dan orang-orang memutuskan untuk berenang-renang di dalamnya, bahkan mencipratkan airnya ke mana-mana. Mereka tidak peduli air itu mengandung kotoran, asam, virus, atau bahan-bahan berbahaya lainnya. Akibatnya, kerusakannya pun menyebar luas.


Maka ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari Saad bin Abi Waqqash, terutama dalam hal mengolah informasi.

Pertama, kurangi asupan informasi. Terlalu update dengan informasi terkini tidak selalu identik dengan keren dan gaul. Orang seperti ini justru biasanya hanya punya penggalan-penggalan informasi yang tidak matang, dan itu sama sekali tidak keren. Blas.

Kurang update tapi terjaga dari fitnah jauh lebih baik. Mungkin orang lain akan mencapmu aneh dan kurang gaul, tetapi nilaimu boleh jadi tinggi di sisi Allah. Wallahualam.

Kedua, bila kamu memutuskan untuk mengasup sebuah informasi, perlakukanlah ia dengan SANGAT hati-hati. Telitilah, selidiki, dan pikirkan setiap kata-kata dengan baik. Tidak perlu seorang jenius untuk melakukan semua itu. Yang dibutuhkan hanya pikiran jernih dan kesabaran.

Ketiga, informasi dari tokoh idola tidak selalu sama dengan kebenaran yang bisa ditelan mentah-mentah. Maka ulangi poin kedua: teliti dan selidiki.

Dengan menjalankan cara-cara itu, Saad bin Abi Waqqash akhirnya memperoleh kemenangan melawan pasukan Persia –tentunya atas izin Allah. Memang butuh waktu total dua tahun (menurut buku “Rijal Haula Rasul”). Itu waktu yang tidak sebentar, tetapi layak.

Bila kamu menjalankan cara-cara yang sama, mungkin kamu juga akan mendapat kemenanganmu sendiri. Yah, setidaknya kemenangan dalam mendapatkan kebenaran, barang paling mewah di dunia ini.

Sort:  

Congratulations @fajransy! You received a personal award!

1 Year on Steemit

Click here to view your Board

Do not miss the last post from @steemitboard:

Christmas Challenge - The party continues

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @fajransy! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Coin Marketplace

STEEM 0.22
TRX 0.26
JST 0.039
BTC 98362.82
ETH 3451.59
USDT 1.00
SBD 3.21