Diary: Kedamaian Pikiran di Atas Puncak Gunung dengan Secangkir Kopi
Menjalankan sebuah rutinitas dalam jangka waktu yang panjang tentu akan membuat kita merasa bosan dan lelah, diperlukan selingan-selingan diantara rutinitas tersebut untuk memicu pikiran kita berada di frekuensi yang berbeda sehingga membuat pikiran kita bisa keluar sejenak dari tempurung kebosanan yang kadang-kadang membelunggu.
Selasa kemarin yang juga bertepatan dengan hari libur nasional, tanpa perencanaan sebelumnya saya dan teman saya mengarahkan perjalanan menuju puncak gunung salak yang berlokasi di antara perbatasan kabupaten Aceh utara dengan gunung salak yang jauhnya sekitar 2 jam dari kediaman.
Karena kondisi jalan yang bagus dan cuaca yang sejuk serta hijaunya pegunungan yang bisa dinikmati, perjalanan yang jauh pun tidak terasa.
Di beberapa spot tertentu di sepanjang jalan yang kami lalui ternyata telah berdiri bebagai kafe dan resto yang lumayan banyak dikunjungi para wisatawan lokal karena dari tempat tersebut kita bisa melepas pandangan menikmati pegunungan yang hijau dari puncaknya.
Kami berhenti di sebuah lokasi yang menjual kopi dari mobil atau juga dikenal dengan mobil kopi keliling, ditempat tersebut kami memesan tiga cup kopi espresso yang agak pahit.
Sekitar 5 menit kemudian, sang pelayan kopi mengantarkan kopi sesuai yang kami pesan sebelumnya, kami pun menikmati kopi tersebut dengan menghisap sebatang rokok dan diselingi percakapan ringan diantara kami.
Beberapa meter dari tempat kami duduk, ada lembah curam yang ditanami dengan pohon kopi yang umurnya kira-kira sekitar satu tahunan, melihat dari lokasinya yang ekstrem tentu tidak mudah untuk menanam dan merawat kopi di tempat tersebut.
Selesai menikmati secangkir kopi, kami memutuskan melanjutkan perjalanan untuk membeli alpukat dan bubuk kopi di kedai kenalan dari salah satu teman kami.