Negara Sedang Tak Aman
Negeriku sedang tak aman, negeriku di landa konflik yang ntah bagaimana ceritanya yang ayahku pun sulit menceritakannya. Sarung satu alasan dari beberapa alasan pemuda bisa hilang, orang tua tannggung hilang namun mengantarkan anak anak menjadi pengguna sarung terselamatkan karena sang ayah dan ibu tak bisa menjamin keselamatan sang anak, namun bagi pimpinan pasantren nyawanya boleh di tukar dengan santri yang mana saja bahkan yang bagun pagi hingga pagi esok terus dalam bermasalah.
Yang jauh lebih menggangu jiwa kami para pemakai sarung adalah ada tersemat cita cita orang tua kami, guru guru kami untuk dapat mendoakan mereka kalau dalam menjalankan kehidupan hilang di culik yang siapa pun tidak tau siapa mereka [penculik]. Ada beberapa kali dalam perjalanan menggunakan sarung, ada yang harus pulang tengah malam karena sang ayah menjadi jenazah dan ada yang tak bisa kembali karena harus pindah menyelamatkan jiwa.
Suara senjata tak kami takuti, suara truk ada namun tak tau truk mn tak kami takuti yang kami takuti disebutkan nama setelah sholat jamaah isya oleh kakak dan abang abang pengurus mahkamah syariah. Bicara HAM, maka malam itu baju dan lemari mu di bungkus dipulangkan ke ayah bunda mu, bicara tak kemanusiaan maka tidur saja di bawah susuan ibu mu karena yang sedang diluruskan generasi walaup kami adalah tulang rusuk yang bengkok.
Nanti ku ceritakan bagaimana hari pertama memakai kain sarung dipintu gerbang yang orang tua tak boleh masuk ke Asrama kecuali esok ketika kamis senja dan setelah jumat.
-isu hoax juga dari kami-