Puisi #13 : pertemuan dan perasaan
Hari ini aku dijadwalkan meeting dengan Rino, pak Haidar sudah berpesan padaku bahwa aku satu dan mbak Nita adalah perwakilan dari kantor. Padahal aku sudah berkata bahwa aku akan profesional tapi entah kenapa perasaan di hatiku terus bergejolak. Aku ingin bercerita dengan mbak Nita bahwa clien kita hari ini adalah mantan pacar ku waktu SMA, tapi sebaiknya jangan karena nanti aku tidak bisa dianggap profesional.
Sekarang sudah pukul 10.30 aku sudah di restoran yang terkenal dengan masakan jawanya. Aku Ndak mbak Nita masih menunggu Rino, sepertinya dia agak telat kali ini. Aku terus menunggu, dan mbak Nita tiba-tiba pamit sebentar ke kamar mandi. Sedari padi dia memang sakit perut. Aku berharap mbak Nita cepat kembali sebelum Rino datang, sumpah aku gak bisa menyiapkan batinku. Aku harus bersikap jutek kah atau sok manis gitu?
Aku masih dalam keadaan kebingungan, tanpa sadar Rino sudah datang dan berdiri di sampingku. "Hallo lama menunggu saya?" Ucap Rino menyapa. Akupun menggelengkan kepala ku dan senyum kepadanya.
"Maaf ya teman saya masih dikamar mandi sebaiknya kita tunggu dia sampai kembali ke sini" ucapku sangat formal untuk kategori teman sendiri.
"Baiklah" ucap Rino dan kemudian suasana menjadi hening. Dalam hatiku berkata mbak Nita kenapa lama sekali? "Amara" "Rino" ucapku dan dia bersaman dan kemudian suasana semakin canggung.
"Emm baik biarkan aku dulu yang berbicara" ucap Rino.
"Ya silahkan"
"Aku tidak tahu entah kenapa sekarang kita semakin canggung. Aku merasa tidak nyaman dan kamu sepertinya juga demikian" ucapan Rino benar aku hanya bisa diam dan terus mendengarkan apa yang dia katakan. "Kau bilang padaku kita menjalin hubungan secara profesional tapi sepertinya kamu atau aku masih membawa perasaannya masing-masing" aku masih saja diam.
"Amara, aku tidak tahu sebesar apakah kau membenciku. Aku juga tidak bisa menjalin hubungan seperti ini. Jujur saja, aku tidak bisa berpura-pura tidak mengenalmu. Atau berpura-pura kita sangat menjalin relasi yang baik" Ucap Rino dan semuanya benar.
"Iya aku memahami itu, tapi aku heran kenapa kita dipertemukan dan sekarang malah kita malah akan sering bertemu. Aku harap ini bukan ulahmu"
"Kamu masih tertutup dengan ku. Beri aku kesempatan selama 4 bulan kedepan dan aku akan memperbaiki hubungan kita"
"Kau boleh meminta apapun dariku selain jangan minta perasaan ku. Aku sedang berusaha melupakan mu, kamu tak pernah tahu masa-masa depresiku. Aku telah melewati banyak hal sendiri dan itu tanpamu, aku harap kamu mengerti"
"Aku tahu, ini hanya 4 bulan aku harap kamu akan lebih terbuka denganku"
"Semoga aku bisa mempercayai mu kali ini"
Obrolan kami menjadi hening dan seketika itu juga mbak Nita kembali dari kamar mandi. Aku dan Rino lalu memasang senyum kepada mbak Nita, seolah kami memiliki hubungan baik. Setelah mbak Nita bergabung, meeting akhirnya kami mulai.
Sekarang sudah pukul 16.00 aku dan mbak Nita telah kembali ke kantor dan kami bersiap untuk pulang. Rasanya masih berat sekali dihatiku jika dalam 4 bulan ini harus sering bertemu dengn Rino. Mbak Nita pamit pulang duluan, sedangkan aku masih di depan meja kerja. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk dalam ponselku.
Apakah sekarang masih sibuk? Aku ingin kita bicara sebentar. Aku sudah di depan kantormu Rino.
Aku segera menuju depan kantor dan terlihat Rino sedang menunggu di dekat pintu masuk. Aku melangkah menghampirinya dengan mantap, aku tak ingin dia melihatku sebagai seseorang yang kalud dengan masa lalunya.
Sumber gambar :
http://kemalasunshine.blogspot.com/2014/01/sepasang-pertemuan-dan-perpisahan_4.html?m=1
"Ada hal apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyaku dengan nada serius.
"Aku ingin menjelaskan sesuatu, tapi apakah bisa kita berbicara di tempat lain?"
"Tidak perlu kemana-mana, aku rasa disini sudah cukup. Aku tidak ingin membuang waktuku terlalu banyak, ini sudah diluar jam kerjaku"
"Oke baiklah jika memang kamu sudah nyaman" ucap Rino dan kemudian dia menghela nafas sebentar, aku masih memasang wajah jutekku. Aku tak hisa tersenyum bahagia lagi dengan dia sekarang.
"Aku ingin menjelaskan kepadamu. Selama 6 tahun ini sejujurnya aku selalu mencarimu kabar tentangmu. Aku pernah pergi ke Semarang setelah aku mendengar kamu kuliah disini. 6 tahun aku berusaha mencari, anehnya kenapa kita baru bertemu?" aku hanya diam mendengar omongan yang panjang dari Rino.
"Aku selalu bertanya kepada sahabatmu, dimana kamu sekarang? Tapi mereka tak pernah menjawabku. Apa terlalu besar kesalahan yang ku buat padamu? Seberapa besar luka yang telah ku buat? Aku ingin mengetahui semuanya" ucap Rino, ini baru pertama kalinya aku melihat tatapan Rino yang berbeda. Biasanya dia identik dengan keramahan dan kehangatan, tapi kali ini aku benar-benar melihat tatapan yang penuh dengan rasa iba. Apa yang salah dalam diriku? Kenapa kami menjadi seperti ini?
"Aku tak tahu harus berkata apalagi padamu. Aku sudah mengatakannya, aku sudah baik-baik saja sekarang. Jadi kamu tak perlu mengkhawatirkan apapun. Lagipula kamu masih punya Lala atau gadis lain bukan?" tanyaku yang mencoba menutupi perasaanku yang sebenarnya.
"Amara aku tidak suka sikapmu yang sekarang. Kau harus tahu bukan hanya kau saja yang menderita saat ini, tapi aku juga. 6 tahun ini aku menahan rindu yang membulat dihatiku, jika kamu berpikir aku memilki wanita lain. Kamu salah, setelah aku melukaimu tak ada satupun wanita yang membuatku jatuh hati"
"Rino aku harap kamu tidak bersikap seperti ini lagi, aku tidak ingin masa lalu ini menghalangiku melangkah. Aku harap kamu memahaminya, jangan buat aku semakin terperangkap dalam kenangan kita. Aku sudah lelah menjadi Amara yang 4 tahun lalu terharap bahwa Rino akan datang dan memperbaikinya tapi ternyata aku salah"
"Dan sekarang aku datang untuk memperbaikinya"
"Kamu tahu arti kata terambat? Dan sekarang itulah yang terjadi"
Obrolan kami sangat sengit, dan akhirnya aku dan Rino saling berdiam diri. Perasaan ku saat itu sangat kalut. Aku tak bisa membendung lagi emosiku yang tak bisa kuungkapkan dalam 6 tahun ini. Bagiku apa yang dikatakan Rino hanyalah omong kosong.
"Baiklah aku mengerti, aku tak ingin membuatmu menangis karena perdebatan ini. Lebih baik kamu segera pulang aku akan pamit sekarang" ucap Rino dan langsung pergi meninggalkan ku.
Sumber gambar : https://www.inovasee.com/wanita-kadang-memang-perlu-untuk-menangis-22860/
Air mataku sudah tak tertahan lagi, aku tidak tahu apakah ini perasaan sedihku atau perasaan apa? Terlalu rumit sekali yang kurasakan. Aku benar-benar membutuhkan orang lain untuk aku bercerita. Semua ini membuatku lelah, lebih baik aku bersiap pulang. Aku tak ingin orang kantor mengetshui hubunganku dengan Rino.