Cerita Tanpa Bertuan

PERISTIWA ini terjadi beberapa hari yang lalu di sebuah Gampong yang berdekatan dengan pegunungan. Akhir-akhir ini warga setempat sering resah dan tidak berani keladang untuk berkebun sendirian. Ada satu dua yang berani, namun meraka dalam keadaan was-was dan perginya-pun secara sembunyi-sembunyi. Kalau malam tiba, dipastikan perkebunan atau ladang warga sepi. Tidak ada satu pun warga yang berani menginap di ladang. Sejauh ini warga selalu dihantui oleh gajah yang berkeliaran di perkebunan warga, bahkan sempat ada isu Gajah sudah berkeliaran di pemukiman warga. Keresahan warga semakin menjadi-jadi disaat gajah mengobrak-abrik perkebunan warga.

Informasi ini saya dapatkan setelah saya berkesempatan ngopi disalah-satu warung warga yang berada di Gampong tersbeut. Kebetulan, pas saat saya pesan kopi ada salah- satu warga yang saya kenali. Jadi karena ajakan kawan tersebut, saya ikut bergabung ngopi bersama mereka. Disela-sela menikmati ngopi, terjadilah diskusi yang lumayan alot terkait kekhawatiran warga menganai ancaman Gajah yang sudah menjelajahi Gampong. Sepertinya kekhawatiran mereka sudah sampai pada puncak. Sampai-sampai ada salah-satu warga yang menyampaikan dengan nada klimak tingkat tinggi "ini merupakan ulah cokong-cokong kayu itu yang tidak bertanggung jawab itu".

Hampir sejam terjebak dalam diskusi mereka, belum ada celah sedikit pun untuk bisa saya masuk dalam diskusi mereka secara langsung. Saya hanya menjadi bagian dari peserta diskusi pasif yang hanya mendengar perdebatan mereka tentang kerusakan perkebunan warga oleh gajak. Menariknya lagi, sasaran tembak mereka semua tertuju pada penebang liar. Mereka sangat sadar bahwa Gajah turun ke pemukiman dan perkebunan warga adalah akibat dari terjadi penebangan hutan. Sempat juga keluar kata-kata dari mereka "Memanglah orang-orang yang menebang hutan itu tidak memikirkan nasib anak bangsa. Mereka terlalu prakmatis dan hanya berfikir untuk kepentingannya semata".

Ternyata menjadi bagian dari peserta diskusi yang pasif itu lumayan menarik juga. Saya bisa mengamati mimik dan raut wajah mereka secara langsung yang begitu kesal itu. Amarah dan kekesalan terlihat begitu menggebu-gebu dari gesture tubuh mereka. Mereka juga nenyadari bahwa "menebang hutan itu memberikan dampak bagi manusia itu sendiri". Namun apalah daya, yang dilakukan oleh warga dan yang menerima dampak juga warga.

Cerita Tanpa Bertuan.