The Eye of The Day (2001) Potret Indonesia Pada Masa Orde Baru Hingga Reformasi Dari Sudut Pandang Sebuah Keluarga
Perempuan separuh baya Rumidjah tinggal di kampung miskin di kota Jakarta bersama anak-anak lelakinya Bakti dan Dwi. Di sekitar mereka perubahan besar sedang terjadi. Harga-harga kebutuhan harian melambung, mahasiswa berdemonstrasi turun kejalan dan militer membela dan melindungi penguasa dari dampak demonstrasi ini. Film ini adalah kisah visual yang sangat menarik dan kamera di sini bukan hanya berlaku sebagai alat perekam semata, tapi juga perangkat untuk berkomentar dan pembawa ungkapan emosi. Film ini disunting (edit) untuk memungkinkan gerak kamera mengalir melintasi konsep “shot“ dan menjadikan gerakan-gerakan ini sebagai bahasa dominan dalam penuturannya.
Sutradara dan penata kamera Leonard Retel Helmrich gigih mempromosikan single shot cinema di mana kamera bertugas mengeksplorasi ruang dan hubungan antara manusia serta benda-benda di dalamnya dengan gerakan yang sistematis. Gerakan kamera menandakan urutan eksplorasi si pembuat film dan waktu yang ia butuhkan untuk mengeksplorasi suatu ruang atau makhluk berlangsung secara riil, kalau memungkinkan tanpa diputus-putus dan tanpa diganggu oleh pemaknaan baru yang akan timbul karena proses editing.
Penonton dapat mengikuti semaksimal mungkin bagaimana kamera bergerak dan berpartisipasi dalam peristiwa yang dihadirkan di layar dan menyampaikan realitasnya. Gerakan kamera juga menunjukkan emosi dan sikap sipembuat film yang tak tampak, tapi sangat dominan dalam membentuk pandangan dan pengalaman penonton mengenai peristiwa yang disaksikan.
Kedekatan yang muncul dari hasil kerja kamera dan editing film ini berada pada jarak yang terus menerus berubah, kadang dekat, kadang menjauh dan kadang mengitari makhluk atau benda. Pergerakan yang terus menerus membuat kesan kamera sebagai pengamat memudar dan menjadikannya sebagai salah satu bagian suatu peristiwa dan ikut bergerak, bereaksi dan terpengaruh olehnya.
Singel shoot dalam The Eye of The Day membuat saya tidak memindahkan pandangan ketika menonton film ini. Selalu ada kejutan baru dari pergerakan kamera. Saya cukup penasaran bagaimana pembuat film bisa sangat dekat dengan tokoh-tokoh dalam filmnya, sehingga mereka tidak merasa terganggu dengan hadirnya kamera hingga pada posisi yang sangat dekat. The Eye of The Day membuat penonton merasakan gejolak emosi seolah-olah mereka hadir saat peristiwa di dalam film terjadi. Bahkan, dengan pergerakan kamera yang mengeksplorasi sudut-sudut yang tidak terpikir oleh penonton, fungsi kamera dalam film ini melebihi jangkauan mata beserta otak penonton sekaligus.
Pergerakan kamera yang jarang statis ini membuat saya merasakan menjadi seseorang yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga sulit untuk mengalihkan perhatian dari melihat setiap apa yang dieksplorasi oleh kamera tersebut. Penonton dijadikan begitu dekat dengan tokoh-tokoh dalam film. Saya bahkan merasa mempunyai relasi yang sangat dekat dengan tokoh-tokoh tersebut hingga saya sadar bahwa ada layar yang membatasi realitas.
Ini merupakan pencapaian luar biasa bagi film dokumenter menurut saya. Saya terjun ke dalam realitas lain dengan sempurna. Saya menjadi orang yang mencari-cari kelanjutan bagi peristiwa-peristiwa. Dalam waktu yang bersamaan, mengetahui semua yang terjadi di Indonesia saat itu.
tonton full movienya di atas
Kamera yang sangat intens dengan tokoh-tokoh dalam film, dan kesabaran pengambil gambar ketika menjadikannya sebagai mata penonton membuat saya dengan leluasa bisa masuk ke dalam ruang yang sedang dialami tokoh-tokoh tersebut. Pergerakan kamera di sini sangat besar pengaruh dalam menciptakan keintiman antara penonton dengan realitas di dalam film. Kita bahkan seperti melintasi patung-patung dan dengan bebas melihatnya dari jarak dekat. Atau seperti adegan Mannequin Challenge, dimana tokoh-tokoh di dalamnya begitu pasrah dan kita bisa mengeksplorasi hingga pada jarak yang sangat dekat.
Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.
@c-squared runs a community witness. Please consider using one of your witness votes on us here
Congratulations @akbarrafs! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!