[Fake] Bagian #2 - Versi Bahasa Indonesia

in #fiksi6 years ago

Kepala ku masih sedikit pusing. Aku merasa hangat dan nyaman. Ketika aku membuka mata, tempat yang tak asing muncul di penglihatan ku. Ini adalah kamar ku.

"Apa? Orang itu, apakah dia yang membawa ku kembali ke sini?"

Seseorang memasuki kamar ku. Seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah ibuku. Wajahnya tampak memendam amarah. "Kau sudah bangun sekarang, jelaskan semuanya." Sebisa mungkin, dia mencoba untuk meredam amarahnya. "Kau berniat kabur dari rumah kan?"

Aku hanya diam, tak mengucapkan satu kata pun. Kemudian dia kembali berbicara, "Ray, kau pasti sudah tahu tentang ini. Di luar sana sangat berbahaya. Apa yang bisa ku lakukan jika ada orang yang mencelakai mu?" Dia membelai rambut ku. Sepertinya aku telah membuatnya khawatir.

"Aku bukan anak kandung kalian. Jadi, sama sekali tidak masalah kalau aku pergi. Meski orang di luar sana mungkin akan mencelakai ku, siapa peduli?" Tak ada seorang pun yang peduli dengab ku, meski mereka bermain peran sebagai orang tua, aku tak pernah merasakan kasih sayang. Mereka selalu meninggalkan ku di sini dengan para pembantunya. Mereka juga tak pernah peduli dengan ulang tahun ku, tak seorang pun yanh peduli. Mereka bahkan tak peduli ketika aku sakit dan memanggil mereka dalam tidur ku. Baru-baru ini aku paham, alasan mereka seperti itu adalah karena aku bukan anak mereka.

"Ray, ketika kami memberitahu mu tentang itu, reaksi seperti ini bukanlah yang kami inginkan. Kami hanya ingin kau tahu kebenarannya. Meski kita tidak terhubung dengan darah, kau tetap anak ku. Kita keluarga, harusnya kau berpikir seperti itu."

Kata-kata tersebut menyentuh perasaan ku. Tanpa sadar, air mata ku berjatuhan. Ini pertama kalinya aku merasa dia benar-benar peduli. Aku memeluknya dengan erat.

"Aku khawatir saat kau pergi. Tapi kau sudah di sini sekarang, jadi tak apa-apa. Aku akan beri tahu ayahmu, dan memberi tahukan kondisi mu. Dia juga sangat khawatir, setidaknya dia bisa merasa lega sekarang. Ray, istirahatlah." Dia pergi dari kamar ku.

Sebelumnya, ketika Ray meninggalkan rumah

"Nyonya, tuan muda pergi bertemu temannya." Ujar salah satu orang kepercayaannya.

"Apa?" Dia tampah terkejut dan memukul meja dengan genggamannya. "Kapan? Bawa dia kembali sekarang juga!" Melihat nyonya-nya marah, tanpa kata-kata lain dia segera mengambil poselnya dan memberi perintah pada yang lain.

"Temukan tuan muda sekarang! Dia pergi ke luar."

"Anak itu belum pernah keluar rumah sendirian. Dia bahkan tak punya teman. Kenapa malah dibiarkan pergi?" Dia menyalahkan pelayannya. Dengan perasaan yang masih panik, ia pergi menemui suaminya di ruangan lain.

Suaminya tampak sedang membaca koran dengan santai, dia pun berteriak "Ray kabur dari rumah." Dia merebut koran tersebut dari tangan suaminya. "Bagaimana jika MR Group merupakan dalang di balik semua ini?"

"Mustahil. Tidak ada kaitannya dengan MR Group. Mungkin dia hanya ingin pergi ke luar sesekali."

"Bisa-bisanya kau santai di saat keadaan seperti ini? Kau sudah dengar rumornya kan? Baru-baru ini orang-orang MR Group melakukan aktivitas di area kita."

"Tenanglah dulu. Meski dia kabur dari rumah, itu semua tak ada hubungannya dengan MR Group. Anak di usianya memiliki perasaan yang sensitif. Alasan yang masuk akal adalah dia kabur karena dia merasa tak nyaman di rumah. Jika itu bmada kaitannya dengan MR Group, kau kira mereka akan tinggal diam membiarkan anak itu berkeliaran sendiri? Mereka akan datang langsung untuk membawanya."

Seseorang mengetuj pintu. "Masuk"

Pelayan yang sebelumnya muncul. "Nyonya, kami telah menemukan tuan muda. Dia ditemukan di stasiun kereta. JR sedang dalam perjalanan ke sini dengan tuan muda."

Mendengar kabar tersebut, akhirnya dia merasa lega. "Ok, kerja bagus. Selanjutnya, jangan pernah biarkan anak itu keluar rumah tanpa izin dari ku."

"Siap, Nyonya. Permisi."

image
📎 [Fake] Bagian #1
https://steemit.com/cerita/@arniall/fake-bagian-1-versi-bahasa-indonesia-d45630dffcdae

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.19
JST 0.033
BTC 88985.87
ETH 3290.31
USDT 1.00
SBD 2.98