Teringat sebuah puisi karya bapakTaufik Ismail tentang rokok yang berjudul "Tuhan Sembilan Centi".
Dalam puisi tersebut diceritakan bahwa rokok bagaikan "tuhan" yang didewakan oleh para penikmat di Indonesia. Diberbagai tempat kita dengan mudah para penikmat rokok, mulai dari kalangan atas yang merokok di ruang ber AC seperti anggota Dewan hingga kalangan bawah seperti di sawah.
Seolah-olah tanpa tempat dan hari tiada rokok. Di Aceh para penikmat rokok di warung kopi juga bisa kita temukan dengan mudah. Indonesia menjadi syurga empuk bagi produsen rokok di dunia; dengan jumlah penduduk yang banyak membuat industri rokok dengan mudah berkembang di tanah air.
Perokok di Indonesia bukan cuma para laki-laki, perempuan bahkan anak-anak tidak luput dari "tuhan sembilan centi" ini. Pernah seorang kawan mengatakan bahwa ada korelasi antara rokok dan kemiskinan di Indonesia. Mungkin saja kolerasi ini butuh kajian mendalam supaya memiliki kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan.
Salam
@usmanosama