5 Ciri Toxic Relationship
Menjalin hubungan pertemanan yang lebih dekat dengan seseorang sebelum akhirnya melangkah lebih jauh ke jenjang pernikahan adalah hal yang biasa dilakukan oleh individu yang belum menikah. Tujuan dari hubungan pertemanan yang lebih dekat ini adalah untuk mengetahui karakter / sifat seseorang, gaya hidup, motivasi dan tujuan hidup serta banyak hal lainnya yang akhirnya akan menjadi bahan pertimbangan apakah seseorang ini cocok atau tidak untuk menjadi pasangan hidup dalam kehidupan pernikahan.
Namun tidak sedikit juga individu yang kemudian terjebak dalam toxic relationship. Toxic relationship adalah hubungan yang "beracun" / tidak sehat yang terjadi pada pasangan yang pada akhirnya bisa melukai pasangan tersebut. Melukai dalam ini bisa berupa luka secara emosi, mental maupun fisik. Oleh sebab itu ada baiknya mengetahui 3 ciri toxic relationship :
Banyak "white lies" di dalam hubungan
Kebohongan untuk kebaikan / white lies apakah benar untuk dilakukan atau tidak masih ambigu juga jawabannya. Beberapa orang setuju dengan white lies sementara beberapa orang menentangnya. Namun apapun itu, hubungan yang sehat memerlukan kejujuran dari kedua pihak dan white lies hanya akan mengurangi rasa percaya dari pasangan yang pastinya akan mempengaruhi kelanggengan hubungan.
Salah satu pihak terlalu memonopoli hubungan
Dalam suatu hubungan saling bertukar pendapat dan menghargai pendapat pasangan adalah hal yang sangat penting. Karena dengan bertukar pendapat dan menghargai pendapat pasangan komunikasi yang baik antar pasangan dapat terjalin. Namun apabila dalam hubungan hanya satu pihak saja yang memonopoli hubungan seperti selalu memaksakan pendapatnya diterima atau keputusan diambil oleh salah satu pihak saja maka hal ini akan membuat pihak yang lain merasa tidak dihargai. Rasa percaya diri pasangan juga akan terpengaruh akibat tindakan memonopoli hubungan ini.
Pasangan tidak diperbolehkan memiliki lingkup pertemanan
Sebelum bertemu dengan pasangan, tiap individu pastinya memiliki lingkup pertemanannya sendiri. Apabila setelah memiliki pasangan dan pasangannya tidak memperbolehkannya memiliki lingkup pertemanan maka hal ini perlu menjadi pertimbangan. Sebab saat individu sedang dalam suatu hubungan, individu tersebut cenderung tidak dapat menilai secara objective apakah hubungan tersebut sehat atau tidak. Apabila tidak ada teman yang memberitahu individu tersebut tentang sehat atau tidaknya hubungan yang sedang dijalani ada kemungkinan individu tersebut akan mengambil keputusan yang salah untuk masa depan hubungannya.
Toxic relationship dapat terjadi pada siapa saja. Namun jangan ragu untuk mengambil keputusan mengakhiri hubungan tersebut karena Anda adalah orang yang bertanggung jawab untuk kebahagiaan hidup Anda di masa depan.