Kopi, Bidadari Dan Perjalanan Yang Gila

Pagi 19 agustus 2017 adalah hari dimana kami, enam pemuda sederhana, humoris, dan pastinya sedikit gila sedang bersiap-siap menuju tempat yang katanya indah, dingin, dan penuh dengan perempuan-perempuan cantik. Dimana yang terakhir tersebut membuat kami semakin gila.

Setelah persiapan selesai, kami berkumpul di tempat pertemuan sebelum memacu kuda besi kami ke tempat tujuan kami.

Pagi yang cerah dan itu suatu berkah bagi kami yang tak mengharapkan hujan turun di perjalanan kami. Tak ada kejadian-kejadian aneh di perjalanan kami. Cuma rasa lapar yang menghampiri kami setiap saat. Waktu diperjalananpun banyak kami habiskan dikedai, toko yang kami singgahi.

Selang beberapa jam kemudian, kami pun tiba dikota Takengon. Kota dingin, kota impian bagi saya pribadi, karena bagi saya kota takengon adalah kota kopi, ladang kopi. Belum lengkap bagi kami bila tak merasakan pahitnya kopi, hangatnya segelas minuman berwarna hitam pekat yang selalu membuat ketagihan.

Kami pun singgah disalah satu cafe yang kekinian. Iya ramai akan anak jaman now, yang kekinian dan pasti tentunya dipenuhi oleh para ladies-ladies cantik kota kopi. Dengan segelas kopi, kelelahan kami pun hilang, walaupun sebenarnya kami tak lelah. Tapi kegilaan kami hanya reda sesaat. Sikap gila kami pun timbul beriringan dengan banyaknya bidadari kopi. Sungguh kami adalah pecinta wanita.

kami hampir lupa dengan tujuan kami ke sini. Acara 100 tenda yang diadakan oleh pemuda-pemudi kota Takengon. Akhirnya kami pun sudah hampir sampai ketempat tujuan kami. Bertempat di kampung entah, maaf saya lupa namanya, maklum otak saya dan teman saya sudah dicuci oleh kecantikan bidadari kopi.

Sungguh perjalanan yang menyenangkan.
Sekian dulu cerita amburadul ini.