Pagi & Elegi | Morning & Elegi
Sejenak di pembaringan,
bak roda yang sudah berputar.
Jgn pernah bertanya kapan berhenti.
Melepaskan diri dari hangat lembut sentuhan si 'syaithannirajim'.
Terlalu berat kelopak mata kaki berpijak menuju siraman kejut air tanah.
Sedikit lagi fikirku, ini masih sangat terlalu awal. Hanya mendengkur sejenak, dan aku pun tersentak. Ku bulatkan tekad paksakan jiwa dan siraga melompat ke dermaga. Ya, ku anggap dermaga agar lebih berwarna. Karena di sana yang ada bukan hanya air segar, tapi juga jamban penuh dusta.
For a moment in the bed, like A rotating wheel. Do not ever ask when to stop. Break away from the warm touch of the syaithannirajim. Too heavy the eyelid rests on the groundwater shock. A little more i think, this is still very early. Just snore for a moment, and I gasped. I rounded up my determination to force my soul and sail to jump to the dock. Yes, I consider the dock to be more colorful. Because there is not only fresh water, but also a lavatory toilet.
Sibidadari sudah mulai sibuk, mengepakkan sayapnya untuk menghempaskan udara agar anginnya dapat ku rasa. Sesekali segera setelah sujudnya pagi itu ia menguap sejadi jadinya. Aku hanya melirik dengan sentuhan kasih sayang dan penuh doa.
An angel is already busy, flapping his wings to blow the air so that the wind can be felt. Every now and then as soon as his prostration that morning he evaporated into it. I just glance with a touch of affection and prayer.
Tiba-tiba saja semua ia bekalkan dengan secuil kesempurnaan. Itu sudah sedikit memuaskan di tambah kecupan doa di kiri dan kanan pipi serta keningku. Aku pun membalasnya dengan punggung tanganku. Itu hangat dan penuh kasih serta doa yakinku akan hal itu.
Suddenly all she was preparing with a piece of perfection. It was a bit satisfying in the added kisses of prayer on the left and right my cheeks and my forehead. I responded with the back of my hand. It is warm and loving so my prayer is sure of it.
Pertama aku memalingkan wajah ada tambahan doa dari sebuah sentuhan lirikan mata seorang bunda. Ah sudahlah, aku yakinkan itu juga doa fikirku. Sebuah lambaian dari jemari kecil sibuah hati, ku rasakan jua adalah doa. Seperti sepanjang jalan yang ku lalui, juga doa untuk mereka.
First I turned my face there was an additional prayer from a touch of a mother's eye glance. Ah well, I assure it is also my prayer. A wave from the small fingers of baby, I feel that is also a prayer. Like all the way I went, also the prayers for them.
Ohhhh siapa kah dia??
Sbuah tanda tny,,, hahaha
Lumayan indahlah,,,
Thanks,,,
Mantap
Thanks broe,,,,
Dongeng yg asyik. Bisa diceritakan utk anak-anak nih....
Hehe,,, siap,,,
jadi inget elegi paginy ebiet g ade
Heheheeh,,,
Setiap gerak tubuh menjadi doa ya, Bang. Semoga doa yang baik-baik terus diucapkan untuk kita semua ya. Dan pendoanya juga diberikan doa yang baik-baik juga. Semoga kebaikan bersama kita dan semua akan baik-baik saja sebagaimana kebaikan memberikan yang terbaik.
Aamiiin,,, trims,,, heheeh
Sepertinya rutinitas sebelum berangkat kerja sehari-hari ya Pak
Hehehe,,, bisa jadi buk,,, anggap saja ya,,,