Tak ada arti keringat kami

in #esteem6 years ago

image

Saat ini terima atau tidak terima di negara kita Indonesia tercinta ini begitu banyak tenaga bakti dan honorer. Sebagian dari mereka bekerja tanpa ada upah dan sebagian dari mereka mendapatkan uang belas kasih atau disebut juga dengan uang trasnpor. Tenaga bakti ini tersebar di semua kantor-kantor pemerintah maupun di sekolah-sekolah.

Awal dua ribu sebelas sampai pertengahan dua ribu lima belas saya pernah menjadi guru bakti di salah satu sekolah yang tergolong favorit di Kabupaten Bireuen. Tenaga bakti di sekolah ini tergolong banyak, saat itu kami berjumlah dua belas orang. Setiap bulan sekolah memberikan transpor kepada kami sebesar dua ratus ribu rupiah perorang, jadi setiap bulan sekolah menganggarkan uang sebesar dua juta empat ratus ribu rupiah. Namun upah yang kami terima tergolong banyak bila dibandingkan dengan kawan-kawan kami di sekolah lain.

Di sekolah ini kami tenaga bakti diterima dengan baik oleh kepala sekolah maupun guru PNS. Kami selalu dibantu oleh mereka agar bisa menjadi guru yang baik dalam mengajar dan mendidik murid-murid kami. Mereka selalu mendukung dan memberikan semangat kepada kami agar tidak menyerah dan keluar dari sekolah, kata mereka pertama memang susah tapi suatu saat nanti kami pasti menjadi seperti mereka.

Saya sangat merasakan kasih sayang guru-guru di sekolah, saat saya memutuskan untuk berhenti dan ikut suami ke Banda Aceh. Berkali- bakali saya minta keluar berkali-kali mereka bilang sabar dan pikirkan kembali keputusan yang ingin saya ambil, akhirnya saya pun mantap untuk keluar. Banyak kawan-kawan yang bertanya apa saya menyesal dengan keputusan saya, saya hanya menjawab sampai saat ini saya tidak menyesal tapi tidak tahu nanti.

Saya membaca di salah satu surat kabar online Pengangkatan Honorer Menjadi PNS Ditutup, Menpan RB: Silakan Ikut Tes Jika Mau Jadi Pegawai Negeri! membaca berita ini, saya jadi kasihan dengan nasib kawan-kawan saya yang honornya sudah cukup lama, sebagian dari mereka sudah honor lebih dari sepuluh tahun dan mingkin saat rekrutmen CPNS umur mereka tidak memenuhi persyaratan, karena banyak diantara kami sudah berkepala tiga alias sudah berumur tiga puluh tahun. Apakah pemerintah bisa memberikan keadilan kepada mereka!

Mereka yang bakti lebih dari sepuluh tahun itu, seharusnya sudah lewat K2 namun dengan berbagai alasan kepala sekolah saat itu akhirnya mereka terabaikan. Mudah-mudahan pemerintah bisa memperhatikan mereka-mereka yang terabaikan ini. Saya yakin masih banyak lagi kawan-kawan honorer dan bakti yang bernasib serupa. Kasihanilah jerih payah dan keringat mereka, karena banyak dari mereka memiliki beban kerja sama dengan PNS.

Sort:  

Menpan gak pernah jadi babu atau tenaga honorer bakti kayaknya, jadi dia tidak merasa apapun dihatinya, kecuali hanya bisa mengerok harta kekayaan Indonesia saja, seperti pejabat yang pernah korupsi aja dia

Sungguh sangat memprihatinkan. Pahlawan pahlawan yang terabaikan oleh pemerintah.

Padahal begitu banyak tenaga bakti dan honorer yang lebih memiliki kemampuan diatas PNS, setidaknya merekalah yang harus jadi perhatian.

Saya sepakat dengan Menpan, kita hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga. Di Bireuen jumlah PNS sudah melebihi kuota yang ada artinya sudah masuk blok merah dan bila belum mampu melakukan penyeimbangan, maka tidak boleh lagi menambah kuota. Saya kira, berkarya di luar, akan lebih berguna. Soal apa yang akan dilakukan, hanya kita yang tahu potensi diri. Tetap semangat adinda dan terus lihat peluang.

Benar bang @muhajir.juli tapi negara juga harus mengevaluasi guru pns yang ada, karena selama ini beban mereka dominan dikerjakan oleh tenaga bakti
Justru tenaga bakti yang lebih produktif

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 66984.34
ETH 2607.28
USDT 1.00
SBD 2.66