Wisata Edukatif ke Museum Gedung Sate
Siapa yang tidak mengenal Gedung Sate? Ya, gedung yang dibangun pada zaman Pemerintah Hindia Belanda itu, kini menjadi ikon Kota Bandung sekaligus ikon Provinsi Jawa Barat.
Sejak dahulu hingga sekarang, gedung dengan arstektur kuno tersebut, tidak terbuka untuk umum. Karena digunakan sebagai kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Padahal khalayak umum juga ingin mengetahui apa saja yang ada di dalam gedung bersejarah seluas 500 meter persegi itu.
Namun kini, masyarakat bisa mengenal lebih jauh tentang sejarah arsitektur gedung sate dan perkembangan Kota Bandung saat mengunjungi Museum Gedung Sate. Museum ini berada di basement bangunan dengan gaya arsitektur Indo-Eropa itu.
Museum Gedung Sate sendiri diresmikan pada tanggal 8 Desember 2017 oleh Gubernur Jawa Barat, Bapak Ahmad Heryawan. Di dalam museum tersebut, masyarakat bisa mengetahui proses pembangunan gedung bersejarah tersebut mulai dari tahun 1920 hingga tahun 1924.
Masyarakat yang berkunjung ke Museum Gedung Sate, akan dibawa berkeliling di dalam museum sambil dipandu oleh petugas. Dan kebetulan ketika saya berkunjung ke sana, pemandu yang mendampingi kami berkeliling dan menerangkan isi museum adalah Mbak Dea.
Sebelumnya Mbak Dea menerangkan pada kami, peristiwa bersejarah yang terjadi di Kota Bandung pada zaman dulu. Diawali dari pembuatan jalan dari Anyer hingga Panarukan oleh seorang Gubernur Hindia Belanda, Willem Daendels pada tahun 1810.
Adapun bagian dari jalan sepanjang 1000 km tersebut, yang melalui Kota Bandung adalah Jalan Asia Afrika.
Pada waktu itu, Daendels memerintahkan Bupati Bandung untuk membangun kota di sekitar jalan tersebut. Dan sarana pertama yang dibangun yaitu alun-alun kota.
Setelah itu, baru dibangun gedung-gedung yang dimanfaatkan sebagai fasilitas kota. Seperti Bank Indonesia, Hotel Preanger, Pabrik Kina, Gedung ITB dan gedung lainnya.
Arsitektur Gedung Sate
Setelah menerangkan sejarah perkembangan kota Bandung, kami juga diperlihatkan miniatur Gedung Sate untuk melihat lebih jelas arsitektur gedung tersebut.
Kalangan tertentu mengatakan jika Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia. Sebuah bangunan, hasil karya arsitektur besar, yang memadukan langgam timur dan barat secara harmonis.
Di atas gedung terdapat ornamen yang menyerupai tusuk sate. Hal inilah yang kemudian membuat gedung ini dinamakan Gedung Sate. Padahal ornamen tersebut merupakan alat penangkal petir. Konon 6 buah ornamen yang ada di puncak gedung tersebut, melambangkan 6 juta gulden, jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.
Bentuk dan struktur dari Gedung Sate begitu kokoh dan tetap utuh hingga sekarang. Semua dindingnya dibuat dari tumpukan batu gunung dari Gunung Manglayang. Tebal dindingnya antara 80 cm hingga 1m, disusun dari bebatuan berukuran 1x1x2 meter.
Konon, karena kokohnya, bangunan ini tahan gempa dan tahan peluru. Keren, ya!
Saat berkeliling museum, saya juga melihat di sudut museum, ada bagian dinding Gedung Sate yang sengaja "dikoyak". Bagian tersebut sengaja dibuka, untuk menunjukkan struktur dinding yang menunjang gedung yang awalnya bernama Gouverment Bedrijven tersebut.
Setelah mendengar penjelasan tentang konstruksi dan arsitektur dari gedung yang termasuk cagar budaya itu, kami juga diantar untuk melihat berbagai fasilitas yang menggunakan teknologi canggih.
Teknologi Canggih di Dalam Museum Gedung Sate
Museum yang satu ini, berbeda dengan museum lainnya. Di dalam Museum.Gedung Sate disuguhi fasilitas multimedia yang interaktif dan inovatif.
Ada Interactive 3 D Scale Model, yaitu teknologi yang menunjukkan ruangan-ruangan yang ada di dalam Gedung Sate. Untuk mengetahui apa saja ruangan yang ada, pengunjung bisa menyentuhkan tangannya agar gambar yang diinginkan bisa terbuka.
Selain itu ada juga teknologi virtual reality, yang membuat pengunjung seolah-olah menaiki balon udara. Wahana ini dilengkapi dengan kamera VR yang menyuguhkan tayangan 3D. Seakan-akan kita terbang mengelilingi area sekitar Gedung Sate.
Di dalam museum Gedung Sate, pengunjung juga dapat menikmati Architarium yaitu wahana untuk menonton sejarah pembangunan Gedung Sate melalui tujuh layar yang dibuat melengkung 270 derajat.
Ada juga interactive picture frame yaitu layar sentuh yang menyajikan profil para pemimpin Provinsi Jawa Barat dari masa ke masa.
Sirene
Salah satu bagian dari Gedung Sate yang menarik untuk dipelajari, yaitu sirene yang ada di atap Gedung Sate.
Dahulu sirene tersebut cakupannya bisa mencapai 40 km. Suaranya bisa terdengar hingga Kota Purwakarta, Kota Subang, Kota Cianjur, daerah Pangalengan, Kota Sumedang hingga ke wilayah Cicalengka.
Sirene tersebut masih bisa berfungsi hingga saat ini, hanya suaranya tidak sekeras dahulu.
Meski fungsinya sudah mulai berkurang, tetapi alat tersebut masih terlihat terawat dengan baik.
Selesai berkeliling sambil mendengarkan penjelasan pemandu dan setelah menonton film pendek tentang proses pembangunan Gedung Sate, saya pun setuju jika gedung ini dikatakan mirip dengan Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat.
Karena sama-sama dibangun ditengah kawasan hijau dengan menara sentral yang begitu megah.
Bahkan ada yang menyatakan Gedung Sate sebagai Gedung Putih- nya Kota Bandung.
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Congratulations @nurulfitri! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
Click here to view your Board of Honor
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Do not miss the last post from @steemitboard: