Belajar Berpuisi: Tengah Malam, Banyak Angin
I.
Kabar baik ini malam. Malam-malam kutulis puisi. Malam sekali, dan puisi-puisi kutatah dalam hati. Kurapal dengan gumaman, dan angin yang bertiup kencang sesuka hati, angin-anginan, mendengarnya sambil lalu. Untuk kemudian mengabarkan puisiku pada dahan pohon yang patah, dan hantu-hantu, juga kawanan kelelawar yang bergelantungan di sana bersumpah serapah.
II.
Ada banyak angin tengah malam begini. Membuat malam yang sebelumnya tampak baik, jadi tak baik. Membuatnya gigil, awal mula gejala demam yang akan dialaminya pada malam-malam selanjutnya. Dan gerombolan burung hantu menjadi lesu di dalam sarangnya. Suntuk dan tak tahu harus berbuat apa selama mendekam di sana. Angin yang bertiup serampangan begitu rupa banyak membawa petaka. Setidaknya itulah yang kerap diwanti-wanti para tetua pembaca musim. Tapi terlepas dari itu semua, terang pembaca musim lagi, inilah sebaik-baik musim kawin yang ada.
III.
Angin bertiup makin serampangan saja. Malam yang cuma tersisa sepertiganya kian menderita. Seng atap sebuah rumah terlepas dari paku pengikatnya di satu sudut. Angin kian mendesaknya agar lebih menga-nga, dan tidak boleh tidak, setiap desakan itu membuatnya mengeluarkan sejenis bunyi. Bunyi yang bisa memecahkan gendang telinga, hingga nyamuk-nyamuk merasa enggan terbang mencari mangsa karenanya.
IV.
Apa yang membuat angin begitu kalap, mengamuk seperti tingkah anjing kurap dan malam kian terpuruk dalam penderitaan karenanya, disebabkan oleh zaman yang berputar cepat. Atau para ahli geologi menyebutnya dalam istilah-istilah yang tak bisa langsung dipahami. Tapi kata perubahan iklim cukup mewakili duduk soal ulah manusia yang tak mampu menjaga alamnya sendiri. Alih-alih menjaga, dengan serakah manusia mengeksploitasinya. Hingga musim berganti sesuka hati, pertanda alam saling bertabrakan, pasang surut air laut hilang jadwal edarnya. Dan bumi berputar pada poros yang telah kehabisan oli.
V.
Kabar baik ini malam. Baik yang hanya sebentar saja. Hingga angin beliung yang mematahkan dahan sebatang pohon di pinggir jalan, mengoyakkan atap rumah, dan rumah bantuan duafa yang pengerjaannya dipegang kontraktor korup doyong ke samping kanan, membalikkan malam baik-baik menjadi demikian buduk, buruk. Maka tak ayal, seperti kusebut tadi, malam kian menggigil saja. Ia tak sanggup berkata, sebab jika pun memaksa bicara, yang terdengar hanyalah suara sendawa seorang gila makan yang tengah melahap hidangan, atau boleh jadi juga terdengar seperti suara cegukan ayam betina ketika diperkosa pejantan secara tiba-tiba.
Congratulations @footsteem! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Do not miss the last post from @steemitboard:
SteemitBoard World Cup Contest - The results, the winners and the prizes
Sebut saja ini Terduga-Anomali-Cuaca