Menelusuri skema politik para elit

Pementasan "Panggung gembira" dalam beberapa hari ke depan akan disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia pada aksi pilih kontestan terbaik melalui pelaksanaan PILPRES, ajang bergengsi ini tentu akan menyedot perhatian seluruh elemen masyarakat dari masyarakat yang disebut kaum marginal hingga masyarakat elit, seakan mereka menari dalam satu pentas penampilan dalam rangka merebutkan kursi kepemimpinan menjadi orang nomor satu di tanah air.
Riuh Masa kampanye meneriaki segala macam hal yang menjadi barang "dagangan" para calon menjadi momentum yang lebih dulu mana antara detik jarum jam ataukah janji manis yang disemburkan oleh para calon kepada masyarakat. Setelah terpilih menjadi orang terbaik negeri, tidak sedikit masyarakat yang menggangtungkan tanda tanya besar terhadap apa yang pernah disampaikan pada saat kampanye dulu. Korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi adat budaya para politisi untuk mempertahankan reputasinya agar tetap pada posisi yang strategis di rebuplik ini. Lalu dimana letak janji mereka dulu yang pernah diucapkan?. Seolah terbawa angin masyarakat dibuat lupa dengan berbagai macam kejadian di negeri ini sehingga jabatan tetaplah jabatan yang melekat, sedangkan janji hilang ditelan bumi. Negeri ini oh negeri ini. Entahlah....

ia

The "Happy Staging" performance in the next few days will be witnessed by all the people of Indonesia in the best contestant's pick action through the implementation of PILPRES, this prestigious event will certainly draw the attention of all elements of the society from the so-called marginal to the elite, as if they danced in one performance stage in order to seize the leadership seat became the number one man in the country.

Rampant The campaign period shouted at all sorts of things that the candidates 'merchandise' became the first momentum between clockwise or the sweet promise spouted by the candidates to the public. After being elected the best people of the country, not a few people who menggangtungkan big question marks to what was delivered at the time of the campaign first. Corruption, collusion and nepotism become the cultural customs of politicians to maintain their reputation in order to remain in a strategic position in this rebuplik. Then where is the promise they had once spoken ?. As if carried by the wind the public was made forgetful with various events in this country so that the position remains an inherent position, while the promise lost by the earth. This country oh this country. I have no idea....