Essay # Death as Tragic Human Existence (Kematian sebagai Tragik dalam Eksistensi Manusia)
Image Source
Death and Existence of Humanity
There is no philosophy that speaks of death as accurately as existentialism. Although in its own existentialism death has many different perceptions. However, all agree, that death is a reflection of human limitations. Heidegger states that man can capture the meaning of his life in the bright light of death. Life is the direction of man to death, where human acceptance of him is the agian of his existence. In death, so Gabriel Marcel said, man achieves victory, although only a false victory, because existentially, death can not be felt by humans. Death is the culmination of human truth. Only by appreciation of the truth, man arrives in his essence, as a scholar of life, in which in his movement man has prepared himself to meet death sincerely.
With sincere acceptance of death, man becomes himself and becomes every moment now as the moment of calling to establish himself. With death, man realizes his imperfection, and his impossibility to achieve perfect. Death is not just completion, but is the human effort to transcend in its absence.
However, no doubt, that one of the greatest fear of man, especially modern man is the uncertainty of the nature of life in the world with the inevitability of death. The loss of man over his appreciation of this anxiety, makes man avoid his consciousness of death. From the condition of existential anxiety (anxiety that is part of human existence) man turns into fear.
Therefore, fear and helplessness of death make people try to deny it. In everyday life, death is often regarded as taboo talk. Once the taboo, so various attempts made man to escape from death. Death is tried to be seen as not a human fact.
Death is a human tragedy, such as requiring humans to make it a dramatic illusion. A temporal atmosphere or circumstance, in which death must be addressed not-atmosphere-death. Created various rituals, manipulations to alleviate the burden of human beings will spook the death, so with such events, as if humans are not faced with death.
Image Source
A modern human tragedy, ritual or ceremonies of death, which should be done in honor of the dead, reversed as a false illusion to forget man over death. It needs a certain ceremony that is luxurious and majestic, in order to make people forget that they are faced with death. Death as absurd, an incomprehensible mystery becomes something rational and objective by humans.
Death in existentialism is the way of existence of existence in a new way, because what is lost here is only a mere abstraction, a person who has no concrete existence. This abstraction is also the memory, the memories, of the concrete human ever. With the situation of appreciation of this new presence, man then paves the way for a definitive understanding of man's own nature
Image Source
Bahasa Indonesia
Kematian sebagai Tragik dalam Eksistensi Manusia
Tak ada filsafat yang membicarakan kematian secermat eksistensialisme. Walaupun dalam eksistensialisme sendiri kematian memiliki banyak perbedaaan persepsi. Namun, semuanya sepakat, bahwa kematian merupakan refleksi dari keterbatasan manusia. Heidegger menyatakan, bahwa manusia dapat menangkap makna hidupnya dalam sinar terang kematian. Kehidupan adalah pengarahan manusia kepada kematian, di mana penerimaan manusia atasnya adalah agian dari ada-nya. Dalam kematian, demikian Gabriel Marcel, manusia mencapai kemenangan, walaupun hanya kemenangan semu, karena secara eksistensial, kematian tak dapat dirasakan oleh manusia. Kematian merupakan puncak kebenaran manusia. Hanya dengan penghayatan atas kebenaran, manusia tiba di esensinya, sebagai sarjana kehidupan, di mana dalam geraknya manusia telah mempersiapkan dirinya menemui kematian dengan tulus.
Dengan penerimaan secara tulus terhadap kematian, manusia menjadi dirinya dan menjadi setiap saat sekarang sebagai saat penggilan untuk mengukuhkan diri. Dengan kematian, manusia menyadari ketidaksempurnaannya, dan ketidakmungkinannya untuk mencapai sempurna. Kematian bukan sekedar selesai, namun adalah upaya manusia melakukan transendensi dalam ketiadaannya.
Namun, tak dipungkiri lagi, bahwa salah satu ketakutan terbesar manusia, terutama manusia modern adalah ketakpastian hakikat hidup di dunia dengan tak dapat dielakkannya kematian. Kehilangan manusia atas penghayatannya terhadap kecemasan ini, membuat manusia menghindari atas kesadarannya terhdap kematian. Dari kondisi kecemasan eksistensial (kecemasan yang merupakan bagian dari eksistensi manusia) manusia berubah menjadi ketakutan.
Karena itu, ketakutan dan ketidakberdayaan terhadap kematian, membuat manusia mencoba mengingkarinya. Dalam kehidupan sehari-hari, kematian sering dianggap sebagai pembicaraan tabu. Begitu tabunya, sehingga berbagai usaha dilakukan manusia untuk melarikan diri dari kematian. Kematian dicoba untuk dilihat sebagai bukan fakta manusiawi.
Kematian sebagai tragik manusiawi, seperti mengharuskan manusia menjadikannya sebagai sebuah ilusi yang dramatik. Sebuah suasana atau keadaan temporal, di mana kematian harus ditanggapi bukan-suasana-kematian. Diciptakan berbagai ritual, manipulasi untuk meringankan beban manusia akan seramnya kematian, sehingga dengan peristiwa tersebut, seolah-olah manusia tidak sedang berhadapan dengan kematian.
Image Source
Sebuah tragik manusia modern, ritual atau upacara-upacara kematian, yang seharusnya dilakukan sebagai penghormatan terhadap orang mati, berbalik sebagai sebuah ilusi palsu untuk melupakan manusia atas kematian. Diperlukan tata upacara tertentu yang mewah dan megah, agar dapat membuat manusia lupa bahwa sedang berhadapan dengan kematian. Kematian sebagai hal yang absurd, misteri yang tak-terpahamkan menjadi sesuatu yang rasional dan diobyektivitakasi oleh manusia.
Kematian dalam eksistensialisme merupakan cara kehadiran eksistensi dengan cara baru, karena yang hilang di sini hanyalah sebuah abstraksi belaka, yakni seseoang yang penah konkret ada. Abstraksi ini adalah juga ingatan, kenangan, tentang manusia yang pernah konkret. Dengan situasi penghayatan atas kehadiran baru ini, manusia kemudian membuka jalan bagi pemahaman definitif manusia akan hakikat dirinya sendiri.
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by emong nova-ostia from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.