MENUJU BANDARA BIM TERJEBAK MACET: KAMI BERISTIRAHAT DAN MEMILIH MAKAN DURIAN
Aku bersama keluarga (Sabtu, 30 Juni 2018) mengantar narasumber Pelatihan Jurnalistik UPT. Pusindok ISI Padangpanjang. Kedua narasumber itu adalah Redaktur Koran Tempo, Jakarta. Pertama Mustafa Ismal (Redaktur Budaya Koran Tempo) yang sesunguhnya sahabatku, bahkan sudah saya anggap sebagai adik kandungku. Kedua, Gunawan Wicaksono (Redaktur Foto Koran Tempo), tentu aku mendapat sahabat dan saudara yang baru, dan seorang cucuku bernama Ichsan Saputra.
(Antrian Kemacetan panjang. Dok. Foto: Gunawan Wicaksono)
Ada hal yang ingin aku paparkan, sabtu kemarin semenjak dari Silaing bawah Kota Padangpanjang telah terjadi kemacetan hang luar biasa. Perjalanan nyaris tak bergerak. Sesampai di Kayutanam, Aku menawarkan agar kita istirahat sambil menikmati durian. Kebetulan Kayutanam sedang musim durian pula. Aku, Mustafa Ismail, dan Gunawan Wicaksono meminta si pedagang untuk memilih tiga buah durian, tentu yang isinya sangat luar biasa.
Gunawan Wicaksono mengatakan "ini durian yang luar biasa. Saya memang lebih suka durian lokal yang baru selesai jatuh dari batangnya seperti ini" Paparnya sambil mencicipi beberapa biji durian yang sangat menggoda. Sedang Mustafa Ismail mengatakan "ini pasti buah durian yang jatuh dati pohonnya, bukan jatuh karena dikarbit. Di Jakarta sulit mendapatkan kualitas rasa durian seperti ini" Ungkap Redaktur Budaya yang penyair itu.
Usai kami menikmati durian tersebut, jalanan mulai agak lancar. Kami melanjutkan perjalanan kembali dari Kayutanam menuju Kota Padang. Segaja kami tidak langsung ke Bandara BIM karena kami ingin pula mencicipi Mie Aceh dan kopi Aceh di Kota Padang. Terima kasih adinda Mustafa dan Gunawan telah berkenan berbagi ilmu dengan adik-adik saya di Pusindok ISI Padangpanjang, dan di Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang. Bravo! Sampai jumpa dilain waktu dan kesempatan(***)