Mengatasi Pengangguran Melalui Berwirausaha
Lokasi Kolam Ikan di Jawa Tengah, Berkunjung saat Studi Banding KKMB KKP
SEMANGAT wirausaha (entrepreneursip) sedang menggema dan ngetren di Indonesia beberapa tahun terakhir. Bukan hanya di kalangan praktisi bisnis bahkan di universitas-universitas, akademi, dan lembaga pendidikan bisnis mulai memberikan perhatian serius dengan mengembangkan bakat dan minat mahasiswa secara khusus melalui mata kuliah kewirausahaan untuk menyiapkan calon pengusaha di masa depan dan “mengarahkan” mereka agar menjadikan wirausaha sebagai satu pilihan hidup. Fenomena ini sangat positif.
Sebagai pilihan hidup maka seseorang harus menyiapkan sesuatunya dengan baik agar hasil yang didapat dari satu keputusan yang di pilih benar-benar memuaskan atau dengan kata lain tidak ada penyesalan di kemudian hari apalagi sampai “menyalahkan” Tuhan atas nasibnya yang mungkin saja ternyata berbeda dengan yang dibayangkan sebelumnya.
Persiapan mental
“…Sesunggunya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri..”(Ar-Ra`d:11).
Perubahan harus dimulai dari cara pandang dan cara berpikir yang kemudian diharapkan mampu mengubah tindakan dan perilakunya. Dalam konteks kewirausahaan, kesiapan mental adalah hal yang paling fundamental untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan terhadap rencana bisnis yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karena memasuki dunia usaha akan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan risiko terutama tantangan yang terdapat di luar diri wirausahawan (eksternal) yang membawa efek bagi calon wirausahawan (internal). Situasi dan kondisi yang demikian dinamis dan perubahan bisa terjadi dengan begitu cepat yang kemudian membawa dampak terhadap usaha yang dijalankan.
Beruntung kalau perubahan yang terjadi dapat memberi pengaruh positif akan tetapi jika dampak dari perubahan eksternal itu membawa pengaruh negatif maka di situlah mentalitas seorang wirausahawan sedang diuji. Bahkan jika kita cermati, banyak pengusaha besar sukses ternyata hanya berlatar pendidikan sekolah menengah dan bahkan ada juga yang hanya lulusan SD akan tetapi mereka mempunyai pemikiran dan sikap mental maju (Soesarsono, 1996). Bagi seorang muslim, sikap mental sukses dan maju pada hakikatnya merupakan konsekuensi dari tauhid dan buah dari kemuslimannya dalam seluruh aktivitas kesehariannya. “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga Aku menjadi akalnya yang ia berpikir dengannya”.(Hadits Qudsi). Karena itu seorang wirausahawan perlu membekali dirinya dengan mental berpikir positif,taktis dan strategis.
Persiapan sikap dan perilaku
Aribowo Prijosaksono dan Sri Bawono dalam bukunya “The Power Of Entrepreneurial Intelligence” menuliskan sedikitnya ada tiga unsur penting dalam membangun sikap dan perilaku entrepreneur (wirausaha) dalam diri kita yakni destiny (takdir),courage (keberanian),dan action (tindakan).
Takdir (destiny) sebenarnya lebih merupakan tujuan hidup, bukan nasib. Dengan memiliki tujuan hidup maka kita mengetahui ke mana arah yang akan kita tuju dan itu akan menjadi cikal bakal penentuan takdir kita. Tujuan dan misi hidup adalah fondasi awal untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses. Dengan memiliki tujuan hidup (life purpose) yang jelas, maka akan melahirkan semangat dan sikap mental (attitude) yang dibutuhkan dalam membangun usaha.
Sehingga impian besar akan mampu diraih yang pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah dalam kehidupan untuk meningkatkan standar dan kualitas hidup. Agama Islam mengajarkan umatnya bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya sehingga apa pun yang kita lakukan hendaknya haruslah mengarah kepada tujuan mendapatkan ridha-Nya. Sekurang-kurangnya menjadikan kehidupan kita hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Maka kita perlu mempunyai keberanian untuk melakukan perubahan-perubahan dan terobosan-terobosan baru. Terutama pemerintah, bagaimana menyusun strategi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan menggerakan seluruh sumberdaya pengusaha yang telah ada seiring menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru.
Banyak sekali pemuda-pemudi Aceh yang mempunyai gagasan kreatif dan ide bisnis yang cemerlang, namun seringkali juga ide bagus tersebut tidak mampu mereka jalankan karena tidak adanya keberanian (courage) untuk memulainya karena takut menghadapi risiko kerugian atau kegagalan, sehingga kreativitas tersebut hanya menjadi angan-angan semata tanpa mampu direalisasikan. Maka tidak ada jalan lain untuk meraih kesuksesan, keberanian untuk melakukan dan mencoba (action) adalah hal yang mutlak.
Peran pemerintah
“Idealnya persentase wirausaha dalam sebuah negara untuk menggerakan ekonomi negara tersebut adalah 2% dari jumlah penduduknya, sementara pada tahun 2007 jumlah wirausaha Indonesia hanya baru mencapai 0,18% atau 400.000.-orang dan butuh waktu 30 tahun untuk mancapai 2%”. Agus Muharram Deputi Bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM (Bisnis Indonesia, 31 Januari 2011). Sementara Singapore jumlah wirausahanya 7,2% dan Malaysia 2,1%.
Kalau saja Pemerintah Aceh mampu menciptakan jumlah wirausahanya 2% dari 4,5 juta penduduknya atau hanya 90.000.-orang setiap tahunnya dan setiap wirausaha mampu mempekerjakan minimal dua orang saja maka jumlah angkatan kerja yang mampu diserap adalah 180.000.-tenaga kerja maka tingkat kemiskinan Aceh yang mencapai 21% (893 ribu) jiwa (data: BPS Aceh 2010) selama masa kerja lima tahun akan mampu diselesaikan, ditambah lagi pendapatan asli daerah dari retribusi dan pajak akan meningkat. Teori dasar mengatakan bahwa penyebab utama kemiskinan adalah pengangguran.
(Dimuat pada kolom Opini Harian Serambi Indonesia, 11 Oktober 2011)
Congratulations @hamdani-poltek! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Congratulations @hamdani-poltek! You received a personal award!
Click here to view your Board