Terimakasih, Ibu Telah Ajarkan Aku Berpuasa
Setiap orang tua wajib mengajari anak-anaknya untuk berpuasa. Caranya yang dilakukan oleh setiap orang tua hampir semuanya sama, yakni membiasakan anak-anak menjalani puasa hingga siang hari saja alias puasa setengah hari. Ada banyak orang tua juga berjanji memberikan hadiah baju lebaran yang bagus jika anaknya mampu menjalani puasa seperti yang diinginkan oleh orang tua.
Saya rasa semua orang tua sangat mengharapkan kelak ketika anaknya dewasa, si anak mampu menjalankan puasa sebagaimana mestinya. Maka berbanggalah jika sewaktu kecil si anak sudah dididik bagaimana harus menjalankan ibadah puasa. Walau belum sempurna, paling tidak ia sudah faham bahwa puasa adalah perintah Allah yang termasuk dalam rukun Islam yang ketiga.
Bercerita pengalaman. Orang tua saya juga menerapkan metode yang sama ketika melatih saya berpuasa. Sebenarnya orang tua saya tahu, bahwa puasa penuh hingga waktu berbuka tidaklah menjadi kewajiban saat usia saya masih sangat belia. Namun, Ibu tetap membangunkan saya di waktu sahur dan mengatakan bahwa esok hari saya harus puasa.
Ya, yang namanya anak-anak tentu susah sekali untuk menahan lapar. Saat perut sudah keroncongan, itu biasanya sekitar pukul 10 pagi, saya langsung temui Ibu. Tentunya Ibu sudah tahu kalau saya ingin mengadu bahwa perut sudah keroncongan. Dengan bijak Ibu berkata, “Sabar sedikit lagi nak, nanti jam 12 kamu boleh buka puasa”. Saya nurut dan langsung mencari tempat rebahan menunggu waktu berbuka yang tidak sesuai imsakiyah. Alhamdulillah, Ibu memang luar biasa.
Jika tidak demikian Ibu mendidik saya, sungguh hari ini untuk menjalan puasa akan menjadi suatu perkara yang sangat sulit. Bayangkan saja, saya harus menahan lapar dan haus sejak subuh hingga jelang magrib. Beruntung saya sudah dibiasakan oleh keadaan yang dulunya tidak pernah saya fahami makna kenapa Ibu menyuruh saya bangun sahur dan berpuasa.
Ada lagi yang lekat di ingatan. Ibu juga mengajarkan bahwa kalau sedang menjalani ibadah puasa, shalat juga harus dikerjakan. Soalnya, puasa tidak akan diterima Allah jika puasa dilakukan, sedangkan Shalat ditinggalkan. Ibu selalu meminta saya berdiri di sampingnya, dan mengikuti setiap gerakan saat ia Shalat. Walau tidak setiap waktu saya kerjakan, tapi lagi-lagi saya tahu sekarang bahwa kesempurnaan ibadah puasa harus didahului dengan kesempurnaan Shalat lima waktu sebagai rukun Islam kedua.
Kadang, untuk menyemangati saya yang masih kecil dan selalu meminta buka puasa setengah hari, Ibu membandingkan dengan anak tetangga yang juga berpuasa. Walau sebenarnya secara umur anak tetangga jauh lebih tua dari saya. “Lihat, anak si Fulan itu puasanya sampai sore. Apa kakak gak mau kayak dia?,” Begitu kata Ibu. Mendengar kata Ibu, biasanya saya kecil selalu mencoba untuk bertahan walau hanya lebih satu jam saja. Setidaknya Ibu sudah berhasil mengajarkan saya bertahan lebih lama.
Hari-hari bulan Ramadhan terus berjalan. Dan saya kecil mulai terbiasa dengan kata puasa dan bangun sahur. Bahkan ketika saya sakit dan Ibu memilih untuk tidak membangunkan sahur, esoknya saya menangis sejadi-jadinya. Saya protes kenapa Ibu tidak membangunkan saya sahur, padahal saya sangat ingin menjalankan ibadah puasa versi anak-anak.
Alhamdulillah, sekarang saat saya dewasa, puasa sudah melekat dalam hidup dan melaksanakannya bukan lagi karena paksaan. Terimakasih Ibu, Engkau telah mengajarkan aku untuk mengenal Tuhanku.
Dari Saya: @arny.eye