Perilaku Sosial Terhadap Alam

Pada dasarnya kita mengetahui betapa pentingnya untuk menjaga sistem Ekologi, dimana seperti yang dijelaskan bahwa ekologi merupakan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya. Dimana manusia yang seharusnya memanfaatkan ekologi lingkungan atau alamnya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dengan memanfaatkan kekayaan alam tanpa merusak masa depan dari ekologi itu sendiri.

Ada suatu fenomena ekologi dalam masyarakat yang sudah lama saya amati, namun mungkin baru kali ini saya berkesempatan menuliskannya. Fenomena ini tak jauh terletak di daerah tempat tinggal saya yaitu daerah seputar jalan Lintas Medan-Banda Aceh yaitu di ruas jalan Blang Panyang, lhokseumawe. Ketika saya melihat pemandanagn perbukitan yang mulai di keruk dengan leluasa oleh alat berat eskavator yang diturunkan di lokasi perbukitan tersebut, pengerukan tanah perbukitan di Blang Panyang yang daerahnya tepat di belakang rumah warga dan bahu ruas jalan lintas Medan-Banda Aceh dengan perbukitan yang awalnya di penuhi pepohonan dan memiliki kemiringan tanah yaitu ± 60 derajat, kini perlahan mulai terkikis akibat tangan-tangan manusia.
Jika kita melihat spontan pastilah timbul kritik kita terhadap hal ini, saya sendiri sangat prihatin ketika melihat betapa alam saat ini telah dieksploitasi tanpa melihat resiko ancaman bencana yang mungkin saja bisa terjadi. Fenomena ini pastinya bisa saja menimbulkan longsor secara besar-besaran karena saya melihat tidak hanya di satu titik saja pengerukan dilakukan. Bencana alam yang seharusnya bisa dibaca oleh semua pihak karena apa bila kita melihat kondisinya, bukan hanya kemungkinan longsor saja, tanah-tanah bebukitan yang merupakan tanah liat atau tanah merah, tentunya jika sedang datang hujan maka ruas jalanan di Balang Panyang akan sangat licin dan ini bisa berbahaya bagi pengendara, terlebih ini merupakan jalan lintas Provinsi, selain itu apabila cuaca sudah mulai sangat panas dan menyengat, tentunya akan banyak debu-debu dari tanah tersebut yang berhamburan, dan hal ini pastinya akan membuat polusi udara.

Sebelumnya topik ini sudah pernah dituliskan oleh dosen saya bapak @teukukemalfasya, beliau mengkritik bagaimana kebijakan aparatur desa dan daerah terhadap hal ini. Banyaknya unsur politik demi menguntungkan diri sendiri termasuk dalam kasus ini.
Rupa-rupanya, tujuan dari pengerukan lahan perbukitan ini tak lain sepertinya untuk dijadikan kawasan perumahan. Nah dari kondisi ini berarti kita melihat bahwa ada beberapa pihak yang mengatas namakan pembangunan yang diabadikan pada pengejaran target pertambahan ekonomi (Economic Growth Target), demi peningkatan pendapatan, maka pemanfaat Sumber Daya Alam (SDA) dilakukan tanpa memperhatikan keberlanjutan fungsi SDA. Implikasi yang timbul akibat dari praktik-praktik SDA yang mengedepankan pencapaian pertumbuhan ekonomi, semata adalah karena terjadinya proses penurunan (degradasi) kuantitas dan kualitas SDA tersebut.

Maka dari itu pentingnya pemerintah dalam memperhatikan kerusakan alam seperti ini yang pastinya amat berpengaruh bagi kehidupan warga sekitar ruas jalan Blang Panyang, dimana keselamatan mereka bisa terancam kapan saja. Tentunya tidak hanya mengandalkan kajian dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), pemerintah bisa mengagaskan suatu program teknologi yaitu Ekoteknologi. Bidang ini muncul karena timbulnya semangat untuk mempertahankan keberadaan ekosistem demi keuntungan bersama antara manusia dan alam maupun sebaliknya. Teknologi ini didefinisikan kepada pemahaman yang mendalam tentang asas-asas dalam penerapan ekosistem. Dengan hal ini ekoteknologi mencakup semua teknik yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui persoalan lingkungan.

Dwi Anggraeni
150230036