Suami ada, tapi tak ada
Suami ada tapi tak ada
Sebuah kisah nyata...
Minggu kemarin,aku liat video di IG,anak kecil yang badannya penuh biru karena kekerasan yang dilakukan ibunya sendiri.Dan semua caci maki langsung tertuju pada wanita yang disebut bunda oleh sang anak.Mulai dari caci maki yang it's really hurt to say,sampe segala dalil cacian dibungkus kata bijak...dan Aku diam,tidak berani komentar,tidak berani posting,karena belum tau kebenaran dibalik itu.Dan....boooom..!!!,as i thought..she's depression because her HUSBAND..iyup...lakinya,suaminya...dan semua depresi dia luapkan pada anaknya.
Minggu ini...tersentak lagi membaca tentang seorang ibu yang memilih mengakhiri gelak tawa dan tangis anaknya di dunia,bahkan ada yang masih bayi.4 bulan...bayi itu bahkan belum memahami betapa kejamnya perlakuan orang pada ibunya.Tapi dia sudah pergi,berakhir ditangan ibundanya lewat perantara tangan ibunya.so sad...of course...tapi yang lebih menyedihkan saat tau tirai dibalik itu.
No...aku tidak membela apa yang dilakukan sang bunda,big NO..tapi setelah tau apa yang mendasarinya,aku kembali miris,karena...lagi lagi...,lagi lagi... semua karena depresi dan penyebab utama adalah suami nya.seorang istri dan ibu yang tidak didampingi suaminya,berjuang dengan tiga anak yang terlahir dengan akte yang tidak lengkap,bahkan dipertanyakan kesetiaannya lewat sang anak.i can't imagine if its happen to me..(nahan biar ga nangis,akhirnya jebol juga air mataku 😑😫😥😥)
Bisa kita tarik kesimpulan dr dua cerita nyata diatas(diantara ribuan bahkan jutaan cerita sama yang tak terungkap..?).
Maaf..jika aku harus kukatakan,mereka bernasib sedih memiliki suami yang ada tapi tak ada.Sejatinya...suami adalah penopang rumahtangga,dan Istri adalah tonggaknya,bayangkan jika tonggaknya rapuh dan penopangnya tak perduli,apa yang terjadi.
Moment rentan bagi istri adalah saat mereka melahirkan,believe me,rentan banget..ga sedikit yang jadi gila karena depresi...akibat ga ada dukungan,sokongan dr keluarga dekat terutama suami.
Alahhh...baby blues aja kok,ga usah sok dramatis deh...
jika ada yang berkata seperti itu,aku doakan semoga yg ngomong ga pernah mengalaminya,karena akan terlalu berat untuk otak picik kalian melewatinya.
Kenapa aku bisa berkata seperti itu..?
Yupp...aku salah satu dari mereka...aku pernah mengalaminya,dulu aku ga paham apa itu baby blues,yang aku tau...yang aku rasakan...stress...depresi...setiap lihat anak nangis aku ikut nangis,bahkan jeritanku lebih kencang dari bayi yg berusaha menarik perhatianku,aku bahkan pernah menjambak rambutku,memukuli wajahku,bahkan menghantamkan kepalaku ke dinding dan berharap aku mati.Berat...??,yup...it's so hard..Bahkan aku pernah mengira aku gila karena begitu lempengnya mukulin anak yang masih bayi,nyuekin tangisannya.Kemudian ikut nangis bersamanya dipenuhi rasa penyesalan.Nggak mudah,baby blues itu menguras seluruh jiwa ragamu untuk tetap berlaku waras.
Bisa bayangkan..saat perasaan cinta pada anak,bercampur dengan rasa benci padanya,ditambah rasa menyesal seharusnya aku ga menikah kalo hanya akan melewati hidup seperti ini.
lalu...dimana suamiku...?.well...dia ada tapi tak ada.pulang kerja langsung tidur,tidak ada waktu mendengarkan cerita betapa lelahnya aku melewati hari itu.Karena dia ga paham,yang dia tau dulu prinsipnya,suami nyari duit,Istri ngurusin rumah..(anak pertama lahir ditempat mertua,jd doi ga tau perjuanganku tiap malam bangun karna anaknya).
Dan semua berubah waktu kelahiran anak kedua,kami menghandle sendiri semuanya.Dan disana...dia baru tau,urusan istri yang selama ini dia anggap sepele,ah..cuma nyuci piring aja kok capek,akhirnya dia merasakan saat harus turun tangan sendiri.Sampai demam anak orang ngurusin rumah 😂😂😂,nahh...baru tau kan rasanya.Tapi aku ga koment..cukup dia paham,inilah yang aku lakukan setiap hari .
Sejak itu prinsipnya berubah,tidak ada lagi urusan rumahtangga adalah kewajiban istri,tapi kewajiban bersama.Membawaku dan anak anak jalan jalan rutin,meskipun cuma muter komplek tiap sore 😂😂.sekedar piknik tipis biar bininya ga stress..😅.Dan percayalah...saat kelahiran anak kedua,no more baby blues..i'm happy wife,a happy mother..dan dikesempatan itu aku memohon ampunan anak pertamaku untuk semua yang kulakukan padanya.😥
jadi...jangan anggap enteng baby blues dan jangan memandang rendah yang kena baby blues...mereka sesungguhnya berjuang mengendalikan dirinya.dampingi...
bukan malah menghujatnya..jangan jadi manusia heartless deh,bantuin kagak ngatain paling kenceng 😏😑.
wahai suami...jadilah suami yang ada tubuh dan hatimu untuk istrimu.Pandangilah wanita yang engkau pilih sebagai ibu dari anakmu,tataplah gurat lelah dari sanggulan rambutnya yang dulu tergerai penuh keindahan.rasakanlah setiap letihnya yang tergambar dr garis di sudut matanya.Sometimes..dia hanya ingin tau..kamu ada untuknya,meski lewat sentuhan kecil di rambutnya,atau belaian penuh sayang lewat tatapanmu.
Dia hanya ingin tau,bahwa kau adalah suami yang ada.Peganglah prinsip..happy wife happy life,jika istrimu bahagia anakmu juga bahagia,jika tidak...
Tetaplah kuat para istri didunia..karena kita adalah tonggak rumahtangga.
Tetaplah bahagia para istri di dunia,karena kita adalah nyawa rumahtangga.
Dikutip dari FB Rani Ummu Bahran
#catatan Rani Ummu Bahran
#happy wife happy life.