Blang Padang; Ramalan Ahli Nujum, Suara Gentayangan dan "Truck Penuh Kenanangan"
Ini sepenggal tampilan Blang Padang, sepetak tanah lapang di jantung Banda Aceh yang diwariskan nenek moyang terdahulu untuk cucu-cicitnya yang telah diramal bakal hidup di zaman penuh konser dan butuh banyak hiburan.
Ramalan itu juga termasuk kondisi cucu-cicitnya yang bakal butuh lokasi jogging untuk sekedar memerah keringat, karena sesuai ramalan itu, para cucu dan cicitnya akan melewati zaman serba sesak sehingga orang-orang tak lagi punya tempat berolahraga.
Maka, pada sore hari tadi, saat cuaca Banda Aceh kelihatan lebih berkabut, saya bersama istri dan anak tercinta datang ke sana. Kami menggelar tikar dan duduk persis di tempat yang sama saat Sultan Iskandar Muda pernah beristirahat suatu senja setelah beliau lelah bermain kuda.
Tak jauh dari kami para pengunjung lain juga melakukan hal yang sama. Mereka yang kebanyakan datang bersama keluarga juga memilih duduk berselonjor pada rumput kuning yang sedang menunggu tumpahan air mineral barang setetes agar tak segera mati sore itu juga.
Tapi namanya juga ramalan. Tak seluruhnya benar, atau paling tidak tak seluruhnya teramalkan.
Konon, meski telah meramal bakal datang zaman penuh konser, Sang Ahli Nujum pada masa itu lupa meramal bahwa Blang Padang juga akan dipenuhi rak siomay, pangsit dan kelapa muda.
Namun lebih dari itu, kesalahan ahli nujum yang lebih parah adalah mereka lupa meramal bahwa Blang Padang bakal dikudeta dan diklaim milik orang lain.
Seperti yang kami alami Minggu sore tadi, saat langit Banda Aceh terlihat lebih berkabut, para pengunjung yang tengah asik bersantai tiba-tiba disuruh bubar melalui alat pengeras suara.
"Kepada para pengunjung di lapangan upacara, tolong segera tinggalkan lapangan upacara, kami sedang melakukan gotong royong buat upacara besok," begitu bunyi yang terbawa angin melalui cerobong.
Mata saya mencoba mencari-cari sumber suara, tapi tak berhasil. Ini seperti suara guru Wiro Sableng yang terdengar gentayangan di udara. Saya menebarkan pandangan ke panggung upacara yang dibikin permanen persis di tengah lapangan. Tapi mata saya hanya berhasil menangkap "truck-truck penuh kenangan" sedang terparkir berjejer di sana.
Akhirnya, para pengunjung dengan muka kesal bangkit dan berkemas. Sebagian mengikuti instruksi suara gentayangan agar pindah ke bagian lapangan di belakang panggung upacara. Sebagian memilih pulang.
Jadi ceritanya yang jadi salah satu keluarga korban penggusuran di Blang Padang, rupanya Bung @burong7 wkwkwk. Kalau tau tadikan mending gabung sama awak dan Bang Joel Masri main bola wkwkwk
Lain kali main bola ja kita Saiful 😀
Betul tu bang wkwkwk
U laot kajak @burong7, pasti hana soe larang-larang. Hahaha, bak tempat Iskandar Muda duek, menye jameun dile, rakyat meu dijak kalen hanjeut.
Sang bit payah tajak duek u laot Pak Ketua 😂 Si buleun na lapan blah go upacara inan. Medueh uroe minggu kon ibi keutanyoe si uro..